Possessive Psychopath Boyfriend | 18. Menerima Keadaan

Seperti yang Calista katakan kepada Elard bahwa setelah kelas selesai ia akan pergi menuju ke markas mereka, sebenarnya Reyhan ingin ikut bersama Calista tapi dilarang oleh Calista karena ia takut jika Reyhan akan terluka seperti sebelumnya di mana Elard menghajar Reyhan.

Di tengah perjalanan Calista di hadang oleh Novi yang memandang dirinya begitu sinis, tanpa Novi berbicara pun Calista tau jika Novi menghadangnya karena masalah Elard.

"Mau ke mana lo? Ke markas Elard? Dia enggak ada karena dia baru aja pulang gue baru aja dari sana," ucap Novi berbohong.

"Benarkah? Jika seperti itu maka gue balik aja." Calista berbalik arah.

Ketika Calista baru dua langkah suara Novi menghentikan langkahnya. "Jauhi Elard, gue tau jika gue di jadikan pelampiasan Elard tapi gue gak mempermasalahkan hal itu karena gue menyukai dia jadi gue mohon lo harus jauhi Elard,"

Calista menatap Novi. "Lo tenang aja gue gak akan merebut Elard dari lo karena gue enggak suka sama dia, tapi asal lo tau Elard mendekatiku karena gue adalah korbannya bukan orang yang dia suka jadi lo gak usah khawatir akan hal itu," jelas Calista.

"Walaupun keadaannya seperti itu gue gak mau lo masuk dalam kehidupan kami berdua, ingat itu," ujar Novi langsung meninggalkan tempat.

Memandang kepergian Novi menuju kelas, Calista kembali melanjutkan perjalanan menuju ke markas Elard, karena Calista tau jika Elard masih berada di sana. Di luar markas banyak geng Elard, di mana mereka tengah menghisap rokok.

"Lo ke sini pasti cari Elard bukan?" Suara keras itu membuat Calista terkejut.

Ternyata Arga dan juga Juna yang sedang menenteng beberapa kantong yang berisikan makanan terlihat dari logo kantong yang mereka bawa.

"Dia ada di dalam dan lo udah di tunggu sejak tadi," ucap Juna.

"Sejak tadi? Jadi dia tadi gak masuk kelas?" tanya Calista.

"Eh ralat, sejak istirahat tadi," jawab Arga kali ini.

"Lo masuk aja, lo masuk ambil jalan kiri terus ada pintu warna hitam lo buka aja," tambah Arga.

Calista masuk kedalam di mana katanya Elard sudah menunggunya. Ketika masuk kedalam markas. Ternyata ada sebuah ruangan tersembunyi lagi Calista kira hanya bagian depan yang sebelumnya ia lihat tapi ternyata masih ada lagi.

Berjalan menuju arahan yang di maksudkan oleh Arga tadi, di mana Calista harus mencari pintu warna hitam tapi sejak tadi tidak Calista temukan yang Calista lihat sejak tadi adalah pintu berwarna coklat. Markas Elard memiliki banyak kamar yang entah itu fungsinya untuk apa Calista pun tidak tau, sekarang yang harus Calista lakukan adalah mencari pintu berwarna hitam.

"Ca, lo belum nemu juga?" kata Juna yang mengagetkan Calista.

Calista menggelengkan kepalanya. "Iya nih gue belum nemuin pintu yang di maksudkan oleh Arga." jawab Calista.

"Emang Arga tadi bilang apa?"

"Tadi Arga bilang kalau Elard ada di ruangan yang pintunya berwarna hitam,"

"Bener yang di katakan oleh Arga, tapi ada yang ketinggalan, lo lihat tangga itu bukan? Nah lo naik saja ke sana karena itu ruangan khusus untuk Elard."

"Oke, terima kasih ya Jun."

"Yoi, sama-sama."

Calista mengikuti arah dari Juna dan benar ketika Calista sudah berada di tangga terakhir Calista bisa melihat jika ada pintu berwarna hitam. Berjalan menyusuri sedikit Calista mengetuk pintu untuk memberitahukan jika ia sudah datang.

Tok!

Tok!

Tok!

"El, ini aku Calista," ucap Calista dari luar.

"Masuk!" terik Elard dari dalam.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan Elard yang sedang duduk di sebuah meja dengan tumpukan buku yang hampir mengelilinginya. Tak Calista sangka jika Elard begitu rajin belajar tidak heran jika Elard mendapatkan nilai yang begitu sempurna.

Masih tercengang dengan apa yang Calista lihat di hadapannya membuat Calista cukup terkagum-kagum dengan Elard. Tanpa ijin Calista duduk di hadapan Elard di mana ia masih fokus dengan buku juga pulpen di tangannya.

Calista tidak berani untuk menegur Elard karena ia tau jika Elard mungkin saja tidak bisa di ganggu maka dari Calista diam saja sambil memperhatikan Elard. Hampir menunggu setengah jam akhirnya Elard menutup buku yang ia gunakan tadi. Elard berdiri dan menarik tangan Calista agar mengikuti dirinya.

"El, kita mau ke mana?" tanya Calista.

"Aku lapar jadi kita ke kantin," jawab Elard.

Calista menghentikan langkahnya membuat Elard memandang Calista. "Kenapa?"

"Jika kamu mau ke kantin apa bisa kamu sendiri aja?" Calista berkata seperti itu karena ia teringat dengan perkataan Novi tadi.

"Apa kamu tidak mau menemaniku ke kantin?"

"Bukan seperti itu, tap–"

"Apa karena Novi?"

Calista hanya memandang Elard.

"Kamu tenang aja gak usah khawatir, jika dia macam-macam sama kamu, aku bakalan turun tangan, jadi sekarang temani aku ke kantin."

"Oke aku temani kamu ke kantin tapi bisa gak kita gak usah gandengan seperti ini?"

"Kenapa jika kita gandengan seperti ini?" ujar Elard sambil mengangkat tangannya yang sedang menggenggam tangan Calista.

"Udah gak usah mikirin yang lain."

Akhirnya setelah perdebatan itu Elard langsung mengajak Calista menuju kantin. Seperti perasaan Calista tadi jika ini akan terjadi di mana semua mata memandang kearah Calista juga Elard yang mengandeng tangan Calista. Begitu juga dengan Reyhan yang sedang makan pun terhenti ketika melihat mereka berdua. Tak ketinggalan juga Novi yang memandang interaksi keduanya.

Calista bisa melihat Novi yang memandang dirinya begitu sengit. Sedangkan Elard begitu santai melihat keadaan sekarang. Di ambil duduk paling pojok dan ternyata makanan sudah tersedia di meja, mungkin saja teman-teman Elard yang melakukannya.

"Kamu makan, aku tau kamu belum makan." Elard menyodorkan makan dan minum kepada Calista.

Tanpa membantah Calista pun makan bersama Elard. Setelah selesai mereka kembali ke kelas masing-masing sedangkan Elard harus mengantar Calista menuju ke kelas.

"Nanti pulang sama aku jangan naik bus kayak tadi pagi," ucap Elard.

Tubuh Calista menenggang ketika mendengar ucapan Elard barusan, mungkin saja Elard melihat dirinya naik bus tadi pagi maka dari itu Elard mengatakan itu.

"Iya, kamu kembali ke kelas sana sebentar lagi kelas akan di mulai,"

Elard pun kembali ke kelas. Saat hendak masuk ke kelas segerombolan wanita menarik Calista keluar kelas.

"Kalian mau bawa gue ke mana?" tanya Calista dengan nada takut.

"Diam!" ucap Aluna.

"Jika lo gak mau kenapa-kenapa mending nurut dan diam," tambah Gladis.

Calista di bawa menuju ke dalam gudang kosong yang sudah lama tidak terpakai, di sinilah Calista sekarang bersama dengan mantan-mantan Elard dan di tambah lagi seseorang yang sedang dekat dengan Elard yaitu Novi.

"Ikat dia." perintah Novi.

Sesuai perintah Novi mereka mengikat Calista di sebuah kursi yang mungkin saja sebelumnya mereka siapkan.

Novi memandang Calista. "Apa lo gak ingat apa yang gue katakan beberapa jam lalu?"

"Gue ingat, tapi Elard yang memaksaku," jawab jujur.

"Gue gak butuh alasannya apapun itu, di mata gue lo tetap salah,"

Novi menampar Calista.

Calista tau jika akan seperti ini jadinya, tapi bener apa yang ia katakan tadi jika itu semua kehendak Elard bukan dirinya. Apa mungkin Elard sengaja melakukan hal itu agar ia bisa di siksa oleh Novi dan juga mantan-mantan mereka, Calista lupa akan hal itu.

"Apa penjelasan gue tadi kurang jelas bagi lo? Jauhi Elard jangan pernh lo mendekati dia!"

Novi menampar Calista untuk kedua kalinya begitu keras sehingga membuat sudut bibirnya berdarah. Pintu terbuka menampilkan seorang pria yang entah itu siapa.

"Lo tau bukan tugas lo?" ucap Novi.

Pria itu mengangguk mengerti. Novi juga mantan Elard menjauh dan duduk di sebuah meja. Pria itu melepaskan ikatan yang sebelumnya mengikat tangan Calista. Sebuah pukulan keras mengenai pipi Calista hingga membuatnya terjauh di lantai dengan luka membiru di pipinya di tambah dengan sudut bibirnya mengeluarkan banyak darah.

Tidak ada tenaga untuk bangun Calista hanya memandang pria itu kembali memberikan pukulannya ke Calista, kali ini tidak di wajah lagi melainkan di perut Calista sehingga membuat Calista mengeluarkan darah dari dalam mulutnya. Sungguh tak berdaya Calista kali ini karena semua badannya begitu sakit karena mendapatkan pukulan dari pria yang di suruh oleh Novi. Benar-benar pria tidak memendam bulu, wanita saja di hajar olehnya. Kali ini Calista benar-benar pasrah jika nasibnya seperti korban Elard lainnya walaupun bukan Elard yang melakukannya, Calista menerima keadaannya sekarang.

Dobrakan pintu membuat pria itu urung melakukan pukulannya kepada Calista. Sebuah suara yang samar-samar tapi masih Calista kenali masuk kedalam dan melihat Calista tergeletak tak berdaya di lantai membuat pria itu mengepalkan tangannya.

"Apa lo bisanya cuma ngelawan cewek aja hah?" tanya Elard.

Elard menghajar pria yang telah menghajar Calista. Pukulan begitu brutal di berikan kepada pria itu, Calista bisa melihat jika pria itu sudah tidak berdaya karena pukulan keras dari Elard, di tambah lagi Novi dan juga mantan-mantan Elard begitu ketakutan.

Dengan sekuat tenaga Calista mencoba berdiri dan menghentikan Elard, jika tidak di hentikan maka bisa saja pria itu mati di tangan Elard.

Calista memeluk tubuh Elard dari belakang agar Elard menghentikan pukulannya. "El, hentikan," ucap Calista lirih

"Aku mohon jangan bunuh dia," sambung Calista.

"TAPI DIA YANG SUDAH BUAT KAMU SEPERTI INI!!!" Teriak Elard.

"Aku gak apa-apa," ucap Calista bohong.

"Apa katamu? Enggak apa-apa? Coba lihat dirimu sekarang, aku akan bunuh dia,"

Buk!

Buk!

Buk!

Dengan berutal Elard menghajar pria yang telah memukul Calista. Tubuh yang begitu lemah Calista paksakan untuk menghentikan Elard.

Calista mencoba menahan Elard sekuat tenaga. "El, aku moh–" belum selesai menyelesaikan perkataannya Calista jauh pingsan yang membuat Elard menghentikan pukulannya.

"Ca, bangun!" Elard menepuk tangan Calista tapi tidak ada sahutan dari Calista.

Elard mengendong ala bridal style untuk membawa Calista menuju ke rumah sakit. Luka yang di alami oleh Calista begitu parah. Tapi sebelum keluar Elard berhenti di ambang pintu.

"Urusan kita belum selesai ingat itu," ucap Elard.

Elard berjalan begitu cepat untuk membawa Calista ke rumah sakit tapi di tengah perjalanan Reyhan menghadang mereka. Reyhan mencari Calista karena di dalam kelas sahabatnya tidak ada maka dari itu Reyhan berinisiatif untuk mencari keberadaan Calista, tapi saat sudah menemukan Calista apa yang Reyhan lihat Calista penuh dengan luka.

Di rebut Calista dari gendongan Elard yang membuat sekarang Calista berada di gendongan Reyhan.

"Semua ini karena lo andai lo gak masuk dalam kehidupan sahabat gue, dia gak akan seperti ini," ucap Reyhan sambil memandang wajah lebam Calista.

Saat Reyhan ingin membawa Calista menuju ke rumah sakit Elard menghentikan langkahnya.

"Biar gue aja?" ucap Elard.

"Apa lo mau saat di rumah sakit Calista mengalami kejadian seperti ini lagi! Gue gak akan rela!"

"Heh! Ada apa ini?" tanya Juna saat melihat keributan antara Elard juga Reyhan.

"Ya, ampun Calista!" Arga terkejut melihat keadaan Calista yang pingsan di gendongan Reyhan.

"Mending lo cepetan bawa Calista ke rumah sakit," kata Juna sambil memberikan kunci mobilnya kepada Reyhan.

"Terima kasih." balas Reyhan.

Setelah kepergian Reyhan, sahabat Elard memandang Elard.

"Sudah gue katakan bukan malam itu untuk menghentikan kegilaan lo? Dan lo lihat sekarang Calista sudah menjadi korban kegilaan lo itu," ucap Arga.

"Hanya Calista korban wanita lo yang terluka parah seperti itu? Apa lo masih mau melanjutkan kegilaan lo ini? Apa lo mau Calista seperti korban lo yang dulu? Mending lo dilepaskan Calista."  Sambung Juna.

Elard hanya diam saja ketika kedua sahabatnya berkata seperti itu. Benar apa yang Arga dan Juna katakan jika bukan karena dirinya Calista tidak akan mengalami hal sekarang. Semua memang karena dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!