Seorang wanita berseragam lengkap duduk di sebuah
ayunan di bawah pohon yang rindang dengan air mata yang masih setia menetes saat mengingat kejadian kemarin malam.
Kehidupannya semakin sulit saat Elard masuk di dalam hidupnya. Begitu berat cobaan yang Calista jalani membuatnya ingin mengakhiri hidupnya akan tetapi Calista tidak mempunyai nyali seberani itu. Semakin hari kehidupan Calista tidak baik membuatnya benar-benar ingin pindah sekolah akan tetapi jika itu Calista lakukan maka ia akan mengeluarkan banyak biaya lagi yang membuat Calista harus berpikir keras lagi untuk tujuan yang satu itu.
Karena kehidupan Calista sudah menderita maka ia tidak akan menambah penderitaan lagi.
Sambil menikmati angin yang mengenai wajahnya Calista menutup matanya untuk menikmati suasana di taman biasanya tempat ia dan Reyhan duduk bersama. Mungkin baru pertama kalinya Calista melakukan hal semacam ini karena selama bersekolah Calista tidak pernah yang namanya bolos sekolah, tapi demi menghindari Elard, Calista pada akhirnya bolos sekolah untuk menghindari gangguan Elard.
Tujuan Calista bolos adalah untuk bisa menenangkan diri, walaupun hanya satu hari Calista merasakan itu lebih dari cukup baginya.
"Padahal hari ini adalah hari di mana penentuan pertandingan basket,"
...•••...
Di sisi lain seorang pria tengah uring-uringan, menyalahkan semua orang atas kesalahannya. Arga dan Juna yang sudah terbiasa dengan sikap Elard yang seperti ini. Sebelum pertandingan basket Elard memberikan sedikit arahan kepada timnya walaupun sedikit menahan kesal.
Peluit bertanda pertandingan akan segera di mulai beberapa tim sudah masuk dan juga tim Elard pun ikut masuk, untuk kali ini Elard tidak begitu semangat karena biasanya Calista berada di sini tapi kali ini ia tidak ada.
Pertandingan di mulai semua tim merebutkan bola yang akan di bawa ke ring lawan untuk mencetak angka, pertandingan kali ini menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam pertandingan basket ini.
Satu poin di cetak oleh tim Elard begitu sebentar, permainan kali ini Elard sangat menggunakan emosi tidak seperti biasanya maka dari itu banyak lawannya yang terkena lengan yang memang sengaja Elard lakukan.
Satu poin lagi di cetak oleh tim Elard kali ini Elard yang mencetak poin itu. Pertandingan terus berlanjut sampai peluit wasit menghentikan pertandingan untuk beristirahat sebentar dan akan melanjutkan pertandingan terakhir. Sudah 10 menit beristirahat waktunya pertandingan di mulai lagi.
Tapi kali ini Elard tidak masuk ke pertandingan karena ia begitu tidak bersemangat karena tidak ada Calista. Apa mungkin Elard menyukai Calista, akan tetapi hati Elard selalu menolak kehadiran Calista entah kenapa ia selalu ingin menyiksa Calista tetapi tidak bisa Elard lakukan.
Satu tim lawan mencetak satu poin dan itu membuat Elard semakin emosi, ia pun masuk ke dalam lapangan basket untuk menggantikan salah satu pemain. Pertandingan terus berjalan hingga satu poin lagi Elard cetak dan peluit pun berbunyi menandakan bahwa pertandingan selesai dan pertandingan basket di menangkan oleh tim Elard.
Setelah pertandingan selesai Elard langsung pergi dari lapangan. Di sebuah lorong ada wanita yang beberapa hari lalu mengancam Calista sekarang ia berada di hadapan Elard.
"Mau apa lo?" tanya Elard ketus.
"Nih minum buat lo," ucapnya sambil menyodorkan minuman dingin kepada Elard.
"Gue gak butuh," ujar Elard langsung pergi meninggalkan Novi.
Tapi Novi mencegah lengan Elard. "Apa wanita murahanmu tidak datang? Apa dia selingkuh? Kasihan banget sih lo di selingkuhi," ledek Novi.
Elard mendorong tubuh Novi hingga menabrak dinding membuat Novi merintih kesakitan.
Elard memegangi dagu Novi. "Sekali lagi lo ngomong kayak gitu akan gue sobek mulut lo," ucap Elard.
"Jika gue masih denger lo ngancem Calista maka lo bakalan tau akibatnya," ucap Elard.
Tanpa banyak bicara lagi Elard langsung pergi meninggalkan Novi yang memandang kepergian Elard.
...•••...
Setelah satu hari bolos sekolah Calista kembali lagi untuk bersekolah ya walaupun Calista tau apa yang terjadi selanjutnya. Satu hari tidak masuk sekolah membuat sang sahabat menanyakan perihal kejadian yang menimpa dirinya.
"Kenapa lo gak masuk kemarin? Gue udah cariin lo ke mana-mana gue pikir lo sama Elard tapi ternyata sama saja dia juga gak sama lo apa lo sengaja matiin ponsel lo biar gue gak bisa ngehubungi lo gitu!" Omelan yang membuat telinga Calista sakit tapi terdengar lucu bagi Calista.
Calista memang sengaja mematikan ponselnya agar tidak terganggu oleh siapapun termaksud sahabatnya.
"Maaf, lain kali gue gak akan berbuat seperti itu lagi," ucap Calista.
"Ya, udah gue mau ke toilet dulu," tambah Calista.
Calista berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju ke toilet, tapi di tengah perjalanan Calista menghentikan langkahnya karena Elard tepat berada di depannya membuat Calista harus pura-pura tidak tau.
Lengan Calista di tahan oleh Elard membuat langkahnya terhenti. "Kamu mau apa lagi?" tanya Calista dengan lemah.
"Kamu dari mana? Kenapa kemarin tidak masuk? Di tambah lagi ponsel tidak aktif?"
"Aku pergi ke manapun itu bukan urusanmu," ucap Calista berlalu pergi, tapi selalu di tahan oleh Elard.
"Apa sih mau lo?"
"Mau lo? Barusan kamu bilang apa?" tanya Elard memastikan.
Calista tidak mengulangi perkataannya tadi yang di lontarkan kepada Elard, ia memilih untuk diam saja tanpa membalas pertanyaan Elard.
"Aku mau ke toilet dulu," ucap Calista.
"Urusan kita belum selesai,"
"URUSAN YANG MANA? APA KITA PUNYA MASALAH? BUKANNYA DI SINI KAMU YANG MEMBUAT MASALAH SEHINGGA AKU PUN KAMU JADIKAN BAHAN TARUHAN! APA KAMU TAU HIDUPKU SUDAH SEMAKIN SENGSARA JANGAN PERNAH KAMU TAMBAH LAGI!" Calista mengeluarkan semua unek-uneknya yang ia pendam sejak tadi malam.
Air mata yang ia tahan sejak tadi jatuh begitu saja tanpa aba-aba membuat Elard mengendorkan genggamannya kepada Calista.
"Apa kamu kurang puas dengan menyiksa aku kayak gini? Apa masih kurang? Jika masih lakukan semua mu," sambung Calista langsung pergi.
Pertengkaran mereka di saksikan oleh Novi yang memantau interaksi antara Calista dan juga Elard. Pertengkaran mereka membuat Novi begitu bahagia karena ini membuat Novi begitu mudah untuk mendekati Elard.
Di kamar mandi Calista menangis sambil menatap wajahnya yang begitu kacau di cermin, membasuh muka agar nampak segar barulah Calista keluar dari kamar mandi menuju kelas karena sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai. Nampak Elard masih berada di tempat di mana mereka bertengkar tadi.
Calista tidak menghiraukan keberadaan Elard yang sudah melihatnya. "Pulang sekolah nanti aku akan nungguin kamu kita pulang sama-sama," ucap Elard.
Saat ingin menolak ajakan Elard, ia lebih dulu pergi meninggalkan Calista. Memandang kepergian Elard setelah menghilang Calista kembali ke kelas.
"Kenapa lama banget?" tanya Reyhan.
"Antri tadi," jawab Calista bohong.
Kelas di mulai, murid pun sudah banyak yang datang dan guru yang mengajar pun sudah tiba di kelas, pelajaran pun di mulai.
Bel berbunyi menandakan bahwa kelas telah usai, murid keluar kelas untuk pergi ke kantin, begitu juga dengan Reyhan dan juga Calista.
Canda tawa mereka terdengar seseorang yang sedang menunggunya di luar. Ketika mata mereka saling bertemu senyum Calista langsung menghilang begitu juga tawanya mencoba untuk pura-pura tidak tau tapi Elard lebih dulu menggapai lengannya.
Saat Reyhan ingin menegur Calista memberikan isyarat untuk pergi saja.
"Kenapa lagi?" tanya Calista.
"Ikut aku." Elard menarik tangan Calista menuju ke taman belakang sekolah yang cukup luar.
"Aku minta maaf soal kemarin," ucap Elard.
Calista menatap Elard. "Apa minta maaf bisa mengembalikan semuanya?" tanya Calista.
Mulut Elard hanya terdiam tanpa bisa menjawab pertanyaan mudah Calista.
"Kenapa gak di jawab? Enggak bisa bukan? Lalu kenapa kamu bisa jadikan aku bahan taruhanmu? Gak habis pikir aku sama pikirkan kamu, bukannya kamu orang kaya seharusnya bisa menjadikan bahan taruhan yang lain,"
"Tapi yang di inginkan mereka itu kamu,"
"Mereka menginginkanku karena aku dekat denganmu bukan? Andai kita gak deket mungkin saja aku gak akan jadi bahan taruhan, kalau gitu kita gak usah bertemu lagi atau gak usah ada interaksi antara kita berdua,"
"Gak bisa!" Jawab Elard lantang.
"Apa katamu? Gak bisa? Kenapa? Seharusnya kamu bisa karena kita gak memiliki perasaan dan aku pun gak punya perasaan sedikit pun denganmu jadi seharusnya mudah untuk kita saling menghindari,"
"Aku bilang gak bisa ya gak bisa." Elard memeluk tubuh Calista begitu erat hingga membuat Calista sedikit tidak bisa bernafas.
Interaksi mereka terlihat oleh Novi yang memang dari tadi mengikut mereka. "Kenapa makin hari makin lengket sih," gumam Novi.
"El, lepasin," pinta Calista.
"Akan aku lepas asal ucapanmu tadi harus kamu tarik,"
"Ucapan yang mana? Banyak yang aku ucapkan tadi,"
"Kamu akan menjauh dariku,"
Calista tidak mengeluarkan satu patah katapun ia lebih memilih diam saja. Elard melepaskan pelukannya karena tidak mendengar suara Calista.
Calista memandang wajah Elard. "Aku tidak bisa," ucap Calista langsung pergi meninggalkan Elard yang diam.
Calista duduk di sebelah Reyhan yang hanya diam saja saat Reyhan sedang bertanya.
"Ca, lo kenapa? Apa ada masalah?" tanya Reyhan sedikit khawatir.
"Hah?"
"Lo kenapa? Kayak habis di kejar hantu aja,"
"Oh, gue gak apa-apa kok," jawab Calista.
Reyhan mengkerut keningnya tidak yakin akan jawaban Calista barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments