Possessive Psychopath Boyfriend | 14. Balapan

"Maka gue akan buat hidup lo menderita,"

"Lakukan sesukamu karena hidupku sudah menderita jadi gue gak akan takut sama ancaman lo itu," ucap Calista.

Calista meninggalkan Novi yang terdiam memandang kepergian Calista.

"Akan ku lakukan sesuai apa yang lo mau," gumam Novi.

Calista berjalan menghampiri Elard yang mungkin saja tengah menunggunya.

"Dari mana saja kamu?" tanya Elard ketika sudah melihat Calista.

"Dari toilet," jawab Calista.

"Ya, udah kita langsung pulang," ucap Elard.

"Pulang ke mana?" tanya Calista memastikan karena yang Calista takutkan Elard membawanya ke rumahnya.

"Pulang ke rumahmu, bukannya kamu berkerja masih 5 jam lagi jadi aku antar kamu pulang dulu,"

"Ya, udah kalau gitu."

Elard membuka pintu mobil untuk Calista itu yang membuat Novi begitu kesal. Mobil berjalan menyusuri jalan yang lumayan macet. Memandang di luar jendela kaca mobil Calista melihat orang sedang bersama keluarganya di taman menikmati suasana.

Mobil Elard berhenti di depan gang rumah Calista. "Nanti aku jemput kamu." ujar Elard.

"Enggak usah di jemput karena nanti aku mau ke perpustakaan," kata Calista.

"Aku aja yang antar kamu,"

"Udah gak usah. Soalnya aku bakalan sedikit lama jadi nanti aku naik bus dan langsung ke rumahmu aja."

"Oke kalau begitu,"

"Aku pergi dulu."

Calista berjalan menyusuri jalanan menuju ke rumahnya yang tidak jauh dari jalan raya. Sambil sesekali melihat kearah di mana Elard masih berada di depan gang.

Setelah sampai rumah Calista mengintip dari balik tirai jendela. "Aku bingung dengan sikapmu di mana kamu terkadang menjadi baik dan begitu jahat yang membuatku hampir menyerah." Berjalan ke arah kamar Calista melepas semua baju kotor yang ia pakai tadi.

Menuju ke dapur untuk mengecek sang bunda yang siapa tau belum berangkat bekerja.

Kosong, itulah yang Calista lihat. Membuka tudung saji di mana sang bunda sudah masak untuk dirinya, walaupun sederhana akan tetapi sangat Calista syukuri.

...•••...

Malam harinya Elard berniat untuk pergi ke markas setelah mengantar Calista menuju ke rumahnya.

"Kamu telfon aku kalau sudah selesai kerja, jangan coba-coba buat naik angkutan umum karena itu bakalan bahaya buat kamu," pesan Elard.

"Iya, aku bakalan telfon kamu kalau aku sudah selesai," jawab Calista.

"Oke kalau gitu aku pergi dulu." Pamit Elard sambil mengelus rambut Calista.

Calista menganggukkan kepalanya.

Setelah kepergian Elard, Calista masuk kedalam rumah untuk berkerja. Dengan senyum merekah Calista menyapa Nadila dan juga Bu Rani.

Di sisi lain ada seorang pria yang tengah bersenandung menyanyikan lagu kesukaannya, Elard ingin menuju ke markas mereka, di mana Elard sudah lama sekali tidak pergi ke sana semenjak bersama dengan Calista. Saat ingin menancap gas mobilnya ponsel Elard berbunyi sebuah panggilan masuk ke ponsel Elard.

Tertera nama Arga di panggilan itu. "To the poin," ucap Elard.

"Reffan ngajak balapan," ujar Arga.

"Gue ke sana."

Berencana ingin menuju ke markas Elard langsung membelokkan mobilnya melaju dengan cepat menuju ke lokasi di mana biasanya Elard akan melakukan balapan. Di sebuah jalanan yang sepi dan luar di sinilah Elard akan melakukan balapan dengan taruhan mobil yang akan mereka perebutkan. Sebenarnya Elard tidak pernah mengambil mobil itu karena Elard selalu menjualnya, dan uangnya akan di bagikan ke semua anak buahnya.

Elard menatap Reffan yang tersenyum sinis kepadanya. "Sudah lama kita tidak bertemu," sapa Reffan.

"Tidak usah basa-basi langsung saja," ujar Elard.

Mereka masuk kedalam mobil mereka masing-masing bersiap untuk balapan. Saling bertatapan dengan pandangan sengit antara Elard dan juga Reffan.

Seorang wanita berpakaian seksi berada di tengah jalan sambil membawa sebuah bendera. Setelah memberi isyarat balapan pun di mulai.

Mobil Elard melaju dengan kecepatan yang begitu tinggi di mana itu membuat Reffan tertinggal di belakang. Di belokan kedua mobil Reffan mendahului mobil Elard yang membuat Elard jengkel. Entah kenapa malam ini Elard tidak bisa mengejar mobil Reffan, hingga putaran terakhir pun mobil Elard tidak bisa membalap mobil Reffan. Pada akhirnya Reffan lah yang memenangkan pertandingan balapan malam ini.

Keluar dari mobil dengan perasaan marah Elard menghampiri Reffan.

"Nih kunci mobil gue," ucap Elard memberikan kunci mobilnya.

"Gue menolak mobil dari lo," ujar Reffan menolak mengambil mobil yang Elard tawarkan kepadanya.

"Kenapa? Lo mau hadiah lainnya? Lo mau mobil baru? Gue akan turutin,"

"Gue suka gaya lo yang seperti ini, tapi lo harus bersumpah kalau lo akan memberikan hadiah ini ke gue," ucap Reffan.

"Gue bersumpah," ucap Elard.

"Sekarang apa mau lo?" Sambung Elard

"Apa lo yakin mau nurutin apa yang akan gue minta?"

"Gue yakin 100%," ucap Elard.

Arga dan Juna mendekati Elard.

"Lo jangan langsung ngiyain ucapan Reffan dong. Siapa tau nanti dia minta separuh harta lo gimana coba?" Ujar Arga.

Juna memukul kepala Arga. "Lo kalau ngomong gak usah ngaco deh, gak mungkin Reffan minta itu, lagian orangtua dia pun kaya,"

"Udah deh gak usah,"

"Gimana apa lo yakin mau berikan hadiah yang gue minta ini?" tanya Reffan mencoba bernegosiasi kepada Elard.

"Gue yakin."

"Oke kalau lo sudah yakin dan lo juga sudah bersumpah akan memberikan apapun hadiah yang gue minta,"

"Apa yang lo mau?" tanya Elard.

"Gue mau Calista," jawab Reffan yang membuat Elard dan juga kedua sahabat Elard terkejut.

"Gue mau lo memberikan Calista ke gue."

Elard menarik baju Reffan. "Bagaimana lo bisa kenal dengan cewek gue?" tanya Elard.

"Apa lo bisa meralat kata cewek lo tadi? Karena Calista itu bukan pacar lo,"

"Sampai kapanpun gue gak akan memberikan Calista ke lo,"

"Tidak bisa itu adalah hadiah yang gue mau, bukannya lo udah setuju apapun yang gue mau lo bakalan beri dan sekarang gue mau Calista," ucap Reffan sambil melepaskan tangan Elard yang memegangi bajunya.

"Gue akan memberikan hadiah apapun ke lo tapi tidak dengan Calista karena dia bukan barang yang bisa di jadikan taruhan." Ucap Elard.

"Tapi gue cuma mau dia."

"Gue gak rela lo jadiin mainan dia seperti cewek-cewek sebelumnya,"

Reffan tertawa begitu keras. "Apa di rumah lo gak ada cermin? Sehingga lo gak sadar ngomong kayak gitu? Bukannya lo sama saja sama gue?"

Elard terdiam.

"Gue tunggu besok, jika lo tidak memberikan Calista maka gue akan ambil sendiri," ujar Reffan langsung pergi meninggalkan lapangan balapan.

Setelah kepergian Reffan, Elard membanting pintu mobil miliknya, melampiaskan marahnya.

"Bukannya kita tadi udah ngomong sama lo buat dengerin dulu apa yang Reffan minta tapi lo tidak mau,"

"Gue cabut dulu." Pergi meninggalkan mereka berdua, Elard menuju ke rumahnya memastikan bahwa Calista masih di rumahnya.

Tanpa membutuhkan waktu begitu lama mobil Elard memasuki rumahnya.

"Ca!"

"Ca!"

"Ca!"

Elard terus memanggil nama Calista akan tetapi tidak ada sahutan dari wanita itu, mencoba berinisiatif untuk kelantai dua siapa tau wanita itu berada di sana. Badan Elard terdiam saat melihat wanita yang tertidur di sofa dengan tangan di bawah kepalanya sebagi bantal.

Mengendap-endap masuk kamar agar tidak membangunkan Calista yang begitu damai tidurnya. Mata menatap wajah cantik Calista yang sedang tertidur, di elus wajah Calista pelan membuat Elard tersenyum senang.

"Maaf," ucap Elard begitu lirih.

"Karena ku kamu menjadi bahan taruhan ku,"

"Aku berjanji bagaimanapun caranya, aku tidak akan mengijinkan siapapun bisa memilikimu selain aku,"

Cup

Satu kecupan mendarat di kening Calista, di mana sejak dari tadi Calista sudah bangun tapi Calista tahan karena Elard berkata bahwa ia menjadi bahan taruhan.

Hati siapa yang tidak terluka mendengar perkataan seperti itu, betapa kejamnya Elard di mata Calista.

Calista benar-benar membenci Elard yang berbuat sesuka hatinya. Setelah mengecup kening Calista, Elard keluar dari kamarnya entah menuju kemana lagi.

Terbangun dari tidurnya air mata yang sudah di tahan sejak tadi menetes begitu saja tanpa aba-aba. Tanpa berpamitan Calista pulang menuju ke rumah walaupun yang dia tau perkerjaannya belum selesai tapi akibat kejadian ini Calista memutuskan untuk pulang saja.

...•••...

Seperti biasanya Elard menuju ke sekolah tapi kali ini ia sedang berlari mencari keberadaan wanita yang semalam baru saja ia temuin tapi setelah ia kembali Calista sudah tidak ada lagi di rumahnya, berpikir bahwa Calista berada di rumah tapi ketika menjelang pagi Elard berangkat seperti biasanya tapi tidak menemukan keberadaan Calista di halte biasanya ia menunggu bus.

"Apa Calista sudah datang?" tanya Elard kepada wanita yang duduk di depan.

"Belum, biasanya jam segini dia sudah datang," jawab wanita berkacamata.

"Kalau Calista datang lo bilang gue nungguin dia di taman belakang,"

Wanita itu mengangguk-angguk kepalanya.

Nomer Calista pun tidak bisa di hubungi yang Elard takutkan adalah ketika Calista sudah bertemu dengan Reffan maka tidak akan di lepaskan sampai bosan seperti dirinya. Tapi kali ini Elard tidak rela Calista menjadi korban, akan tetapi karena kebodohannya Calista pun sudah menjadi milik Reffan.

Rasa cemas mulai merasuki pikiran Elard. "Ca, kamu di mana sih?"

Tanpa berpikir panjang lagi Elard langsung menuju ke markas Reffan mungkin saja Calista sudah berada di sana.

Dengan kecepatan tinggi Elard membawanya menuju ke tempat Reffan. Terlihat Reffan duduk sambil membawa segelas air yang Elard tebak adalah minuman keras.

"Di mana lo sembunyi cewek gue!" Ucap Elard langsung menyerang Reffan.

"What! Cewek lo gue yang bawa? Lo mimpi apa gimana sih? Gue aja masih nungguin lo buat kasih hadiah itu ke gue," jawab Reffan.

"Gak usah bohong deh lo, gue yakin Calista ada di lo,"

"Kalau lo gak percaya lo bisa masuk dan cek setiap ruangan ini," kata Reffan.

Sesampainya di markas Reffan, Elard bergegas untuk mencari Calista.

Seperti yang di perintahkan oleh Reffan, Elard mencari keberadaan Calista di setiap ruangan tapi tidak menemukan keberadaan Calista di manapun.

"Gimana? Sudah menemukan sang pujaan hati? Kan gue udah bilang kalau cewek lo kagak ada di sini,"

Tanpa membalas perkataan Reffan Elard pergi mencari kembali Calista. Kehilangan Calista membuat Elard begitu gila.

Dan baru ini Elard menjadi seperti ini padahal sebelumnya tidak.

"Ca, lo ke mana sih?" gumam Elard di dalam mobil.

...•••...

Seorang wanita berseragam lengkap duduk di sebuah ayunan di bawah pohon yang rindang dengan air mata yang masih setia menetes saat mengingat kejadian kemarin malam.

Kehidupannya semakin sulit saat Elard masuk di dalam hidupannya. Begitu berat cobaan yang Calista jalani membuatnya ingin mengakhiri hidupnya akan tetapi Calista tidak mempunyai nyali seberani itu. Semkin hari kehidupan Calista tidak baik membuatnya benar-benar ingin pindah sekolah akan tetapi jika itu Calista lakukan maka ia akan mengeluarkan banyak biaya lagi yang membuat Calista harus berpikir keras lagi untuk tujuan yang satu itu.

Karena kehidupan Calista sudah menderita maka ia tidak akan menambah penderitaan lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!