Possessive Psychopath Boyfriend | 12. Balas Dendam

Mobil Elard berhenti di gang rumah Calista.

"Terima kasih udah ngantar aku, aku masuk dulu, ya."

"Jangan lupa mulai besok kamu harus berkerja."

"Iya, itu aku tidak akan lupa terima kasih sudah kasih aku pekerjaan."

Elard tidak menyahut perkataan Calista karena ia memilih untuk pergi pulang. Calista berdiri menatap mobil Elard yang mulai tidak terlihat.

"Aku tidak boleh luluh kepadanya karena mungkin saja ini jebakan untukku untuk menjadikanku korbannya." ucap Calista langsung berjalan menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Calista mencium aroma bau yang sudah sangat lama ia rindukan dengan cepat Calista masuk kedalam dan ternyata malam ini mereka kedatangan tamu yang sebenarnya sudah Calista kenal begitu lama.

Calista mendekati mereka karena aroma dari luar sudah tercium begitu enak. "Ada acara apa ini? Tumben banget masak kayak gini?"

"Enggak lagi ada acara apa-apa kok, gue lagi pengen makan bareng aja soalnya orangtua gue lagi di luar negeri untuk urusan kerja karena gak mau makan sendiri jadi gue memutuskan untuk ke sini," ujar Reyhan.

"Ya, udah kalau gitu kamu ganti baju dulu terus kita makan bersama," ucap Bu Malinda.

Calista menganggukkan kepalanya.

Selesai berganti baju dan membersihkan diri Calista bergabung dengan Reyhan dan juga sang Bunda. Makan dengan beralaskan tikar di bawah dan makan bersama membuat Calista mengingat sewaktu sang ayah belum meninggal.

Walaupun makan begitu sederhana tapi itu sudah membuat Calista begitu bersyukur karena bisa makan hari ini. Selesai makan Calista dan juga Reyhan duduk di teras rumah.

"Kayaknya lo sama Elard makin deket aja," ucap Reyhan.

"Masa sih? Perasaan enggak deh biasa aja malahan, gue menganggap kalau gue masih di jadikan korban bagi Elard tapi gak tau kapan gue akan bernasib sama dengan korban Elard." jelas Calista.

Reyhan menatap Calista.

"Lo gak mau menghindar dari Elard?"

"Menghindar gimana? Kalau bisa menghindar bakalan gue lakuin dari dulu, tapi gue gak bisa lakukan itu,"

"Kenapa?"

"Lo tau tempat kerja gue yang buka 24 jam?"

Reyhan mengangguk mengerti.

"Nah karena satu kesalahan yang gue buat Elard membuat gue kehilangan pekerjaan gue,"

"Jadi lo di pecat? Apa jangan-jangan yang lo tidur di rumahnya itu?"

Calista mengangguk. "Jadi mau gue lari ke manapun kalau targetnya tetap gue bakalan Elard kejar sampai gue akan bernasib sama dengan korbannya."

Ada rasa sakit yang Reyhan rasakan ketika melihat sahabatnya menjadi seperti ini.

"Apa lo ingat temen sekelas kita yang dulu pindah karena di keluarkan sebab hamil duluan?"

"Ingat kenapa? Apa yang lakukan itu Elard,"

"Menurut kabar yang gue terima itu memang perbuatan Elard, itu adalah salah satu korban Elard,"

Tangan Calista gemetar saat mendengar ucapan Reyhan yang menjelaskan tentang korban Elard yang ternyata ada yang hamil. Apa ia akan bernasib sama dengan korban Elard yang hamil itu? Entahlah, akan tetapi Calista berdoa Elard tidak berbuat demikian. Reyhan menatap Calista yang menunduk sambil meremas rok yang ia kenakan, Reyhan mengerti perasaan Calista sekarang karena Elard sudah menetapkan Calista sebagai korban barunya.

"Ini udah malam gue balik dulu deh." Reyhan tidak mau membuat suasana makin membuat Calista takut, jadi Reyhan memilih untuk pulang.

"Oh, oke oke, hati-hati, ya."

Setelah kepergian Reyhan, Calista masuk kedalam rumah untuk beristirahat. Calista memandang plafon di mana catnya sudah mulai memudar akan tetapi pikiran Calista tidak mengarah kesana tetapi sedang memikirkan perkataan Reyhan yang memberi tau jika Elard akan berbuat sejauh itu jika korbannya mencoba melawannya. Kelud dengan pikiran membuat Calista sulit tidur.

Sebuah panggilan telepon membuat Calista tersadar dari lamunannya. Panggilan masuk dari Elard yang membuat Calista langsung terperanjat bangun dari tidurnya ingin rasanya mengangkat telfon dari Elard tapi di lihat jam sudah menunjukan jam 12 malam, mungkin saja Elard menelpon karena ingin mengajaknya keluar. Calista memodekan ponselnya menjadi senyap agar tidak mendengar suara telfon dari Elard lagi.

Calista berusaha memejamkan matanya dan pada akhirnya ia bisa tertidur.

...•••...

Pagi yang sedikit rintik membuat Calista enggan rasanya untuk masuk sekolah akan tetapi jika di pikir lagi jika Calista melakukan hal itu bisa aja ia tidak mendapatkan nilai. Di buka payung lalu berjalan menuju ke halte bus transportasi biasanya yang membawa Calista menuju sekolah.

Berjalan sedikit santai karena banyak genangan air di setiap jalan yang Calista tapaki. Sesampainya di halte bus mata Calista bertemu dengan seseorang yang sedang duduk sambil melipat kedua tangannya di depan.

"Kenapa kemarin malam kamu gak jawab telfon ku?" tanya Elard

Tubuh Calista menenggang. "Oh, itu aku sudah tidur maaf, ya." Jawab Calista.

"Terus kamu di sini ngapain, El?" tambah Calista.

Elard menatap Calista intens. "Kamu pikir ngapain aku di sini kalau bukan nungguin kamu?" jawab Elard.

"Untuk apa?"

"Untuk apa katamu? Jelas untuk berangkat sekolah bersama," ucap Elard.

"Berangkat sekolah bersama?" Ingatan Calista langsung mengingat ucapan Reyhan tadi malam.

"Mungkin aku naik bus saja karena mobilmu tidak pantas untuk ku naiki," tolak Calista secara halus.

Mata Elard terlihat marah karena Calista menolaknya dengan paksa Elard menarik paksa tangan Calista untuk masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Calista mengelus tangannya yang sakit karena Elard menarik paksa dirinya.

Setelah Elard masuk kedalam mobil barulah Elard menancap gas menuju ke sekolah. Di mobil Calista sedikit takut jika Elard berbuat yang lebih jauh lagi mengingat ucapan Reyhan semalam yang membuat Calista menjaga jarak dengan Elard sedikit.

Melihat gelagat aneh Calista membuat Elard mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa?" tanya Elard.

"Hah? Kenapa? Kamu ngomong apa?"

"Kamu kenapa?" tanya Elard lagi.

"Oh enggak apa-apa kok," jawab Calista bohong padahal jantungnya berdetak kencang.

Mobil Elard memasuki gerbang sekolah, hari Calista pun mulai berangsur tenang. Saat Calista ingin membuka mobil tangan Elard menahan tangan Calista.

"Kenapa?" tanya Calista.

"Nanti pulang sama-sama,"

"Enggak, nanti aku pulang naik bus aja,"

"Apa kamu tidak ingat?"

"Soal apa?"

"Bukannya kamu hari ini harus berkerja?"

Calista menepuk jidatnya. "Iya, aku lupa,"

"Jadi nanti kamu pulang sama aku,"

"Oke, kalau gitu aku masuk dulu," ucap Calista yang di anggukin Elard.

Dengan langkah cepat Calista menuju ke kelas kali ini Calista tidak lewat di lapangan basket karena hari ini masih ada pertandingan basket. Entah kenapa hari ini Calista ingin di dalam kelas saja.

Di buka tasnya untuk mengeluarkan buku novel yang baru saja ia beli beberapa waktu lalu tapi belum sempat Calista baca dan baru kali ini Calista ingin membacanya. Dobrakan pintu kelas membuat Calista terperanjat kaget karena memang tadi Calista menutup pintu kelas karena tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

Mata Calista tidak memperdulikan kehadiran kekasih Elard yang mungkin saja akan menganggu Calista. Benar apa yang Calista tebak tadi, sekarang mereka berada di meja Calista dan ada juga yang duduk di samping Calista.

Aluna merebut novel yang di baca oleh Calista yang membuat Calista sedikit kesal. "Kalian mau apa sih! Balikin!" ucap Calista.

"Jadi lo yang namanya Calista baru tau gue," ucap Aluna.

"Kenapa kalau gue Calista? Mau ngerjain gue kayak Gladis juga?"

"Enggak kok buat apa gue ngotorin tangan gue yang berharga ini," ujar Aluna.

"Terus lo mau ngapain? Kenapa sampai ngrebut buku gue?"

Aluna menarik rambut Calista yang membuat Calista mendongak menatap Aluna dan juga kawan-kawannya. "Gara-gara lo kami semua di putuskan sama Elard."

Calista terkejut mendengar ucapan Aluna yang berkata jika karena dirinya Elard memutuskan mereka semua.

"Maka dari itu kami di sini ingin balas dendam karena Elard mutusin kami,"

Tiba-tiba tubuh Calista di pegang oleh kekasih-kekasih Elard lebih tepatnya sudah menjadi mantan Elard.

"Kalian mau ngapain?" tanya Calista ketika melihat Aluna mengambil gunting rambut.

"Rambut lo bagus banget tapi lebih bagus jika lo gundul," kata Aluna.

"Jangan!" teriak Calista.

"Kalian memotong satu helai rambutnya akan aku bunuh kalian semua." Suara berat membuat mereka menoleh ke sumber suara.

Di ambang pintu terlihat Elard yang sedang melipat kedua tangannya di depan dada.

"El--elard," ucap Aluna gugup.

Elard mendekati gerombolan wanita membuat Calista meneteskan air mata, melihat itu Elard menampar Aluna yang memang ini adalah pertama kali Elard berlaku seperti ini dan itu pun membuat Calista juga terkejut.

"El,"

"Kenapa sakit? Sudah gue katakan bukan waktu itu? Jika ini tidak ada hubungannya dengan Calista lalu kenapa kalian semua seperti ini?"

"Bukannya karena dia kamu jadi seperti ini? Memutuskan ku secara sepihak? Itu gak adil buatku, gara-gara wanita murahan ini kamu jadi berubah," ujar Aluna.

"Karena sikap kalianlah yang buat gue memutuskan kalian semua, mungkin selama ini gue hanya diam saja tapi tidak untuk kali ini, semua keputusan yang gue ambil tepat,"

"Sebab wanita miskin dan murahan ini kamu berubah total,"

Ketika Elard ingin melayangkan tamparan lagi, Calista memeluk tubuh Elard yang membuat Elard urung melakukannya.

"Jangan El, aku mohon jangan, lebih baik kamu bawa aku pergi dari sini," kata Calista.

Elard menurunkan tangannya dan menatap Calista yang memeluknya membuat Elard urung menampar Aluna. Elard mengambil tas Calista membawanya pergi tapi langkah Elard terhenti dan menoleh sedikit kearah mereka.

"Jika kalian melakukan hal seperti itu lagi maka jangan salahkan gue jika gue berbuat lebih dari itu,"

Perkataan Elard membuat tubuh mereka semua ketakutan karena mereka tau Elard tidak akan main-main dengan ucapannya.

Elard membawa Calista menuju ke taman belakang sekolah. "Ngapain sih kamu di kelas sendiri?" tanya Elard.

"Aku mau baca buku karena aku males lihat pertandingan basket,"

"Andai aku gak ada di sana lalu gimana nasibmu tadi?"

"Ya, jadi gundul," sahut Calista dengan enteng.

Elard menarik nafas panjang.

"Jadi bener apa yang mereka katakan?" tanya Calista

"Tentang?"

"Kamu mutusin mereka?"

"Iya, aku mutusin mereka bukan karena mu tapi aku sudah bosan mereka,"

Kata bosan membuat Calista kembali mengingat ucapan Reyhan semalam. Apa sekarang Calista adalah orang satu-satunya yang akan bernasib sama seperti wanita yang di katakan hamil karena ulah Elard.

"Mending kita pulang aja toh di sini juga membosankan,"

Calista menganggukkan kepalanya.

Elard mengandeng tangan Calista menuju ke parkiran karena mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang Calista juga sedikit khawatir jika Elard akan berbuat seperti yang ia lakukan di hotel tempo hari lalu.

Mobil Elard sampai di rumah dan mereka juga langsung turun. "Seragam yang aku beri waktu itu kamu bawa bukan?"

"Iya, aku bawa kenapa?" tanya Calista.

"Sekarang kamu ganti baju terus kamu kerja, tapi sesudah kamu ganti baju kamu harus menuju kamarku, kamu tau bukan kamarku ada di mana?"

Calista mengangguk lagi.

"Bagus, setelah berganti baju kamu harus menuju ke kamarku,"

Tubuh Calista menenggang ketika mendengar ucapan Elard yang menyuruhnya ke kamar. Apa hari ini nasib Calista akan bernasib sama dengan wanita itu? Calista meremas roknya untuk mengurangi rasa takutnya.

"Ya udah kamu ganti baju sana,"

"Iya." Calista menuju ke ruangan di mana tempat untuk dirinya berganti baju dan beristirahat nantinya.

Pantulan cermin memperlihatkan seorang gadis yang memakai baju pelayan di rumah ini. Walaupun tanpa ada polesan make up Calista tetaplah cantik.

"Kamu pasti bisa," ucap Calista memberi semangat pada dirinya.

Setelah merapikan pakaian, Calista langsung naik ke lantai 2 untuk menemui Elard yang sedang menunggunya. Cukup lama berdiri di depan kamar untuk menyiapkan mentalnya sebelum masuk, Calista menarik nafas dalam-dalam dan langsung mengetuk pintu.

"Masuk."

Terdengar suara masuk barulah Calista membuka kamar Elard dan ketika masuk pemandangan pertama yang Calista lihat adalah di mana Elard sedang duduk di kursi dengan bertelanjang dada membuat tubuh Calista lemas.

"Jadi aku akan bernasib sama dengan korban Elard yang hamil itu?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!