Possessive Psychopath Boyfriend | 9. Makan Malam

"Ya, udah gue cabut dulu mau ke sekolah lagi,"

"Ngapain?" tanya Calista.

"Kan besok ada acara di sekolah gimana sih? Masa lo kagak inget,"

"Oh oke, hati-hati gak usah ngebut kalau bawa motor, lo bukan pembalap,"

"Siap laksanakan."

Setelah motor Reyhan tidak terlihat lagi barulah Calista masuk kedalam rumah. Ketika Calista masuk sang ibu sedang bersiap untuk pergi menuju ke tempat kerja tapi ketika melihat Calista sang ibu terdiam.

"Kenapa, Bun?" tanya Calista.

"Kamu dari mana aja semalam? Apa kamu tidur di tempat kerjamu?" tanya Bu Malinda.

"Iya Bun, aku nginep di tempat kerjaku karena ini hari libur sekolah jadi aku memilih buat nginep di sana dan di sana kebetulan ada acara." Calista terpaksa berbohong karena jika sang Bunda tau maka ia akan khawatir memikirkan hal semalam.

"Lain kali jika ada acara seperti itu kamu hubungi Bunda biar bunda gak khawatir, ya."

"Iya Bunda, maaf buat Bunda khawatir lain kali Caca gak akan melakukannya lagi,"

"Ya, udah kalau gitu Bunda pergi kerja dulu, itu di dapur Bunda udah buatkan makanan kesukaan kamu, kamu mandi dulu terus makan,"

"Terima kasih Bunda, hati-hati di jalan, ya."

Setelah sang bunda pergi, Calista langsung membersihkan diri karena sebentar lagi ia harus pergi berkerja, Calista berdoa untuk hari ini ia tidak bertemu dengan Elard karena jika bertemu semua harinya akan menjadi berantakan dan itu membuat kerjanya pun menjadi berantakan.

...•••...

Di sisi lain seorang pria tengah terlelap dalam tidurnya tanpa ada niatan membuka matanya. Tapi sebuah panggilan telfon membuat Elard terusik dari tidurnya, di raba ponsel yang berada di atas meja yang tak jauh dari sofa tempat ia tidur. Di lihat nama yang tertera dalam panggilan itu dan ternyata itu dari Arga.

"Kenapa? Ganggu gue tidur aja!" ucap Elard dengan nada marah.

"Gue cuma ngingetin lo doang kalau hari ini kita latihan basket," jawab Arga dari seberang sana.

Mata Elard langsung terbuka sempurna lalu duduk ketika mendengar ucapan Arga akan tetapi yang lebih mengejutkan lagi Elard tidak melihat Calista berada di tempat tidurnya.

"Oke gue akan segera ke sana setelah gue ngurus sesuatu." Elard langsung mematikan sambungan telepon sepihak karena ia ingin mencari berada Calista.

Elard berjalan menuju kamar mandi siapa tau Calista sedang mandi, tapi setelah di dengar Elard tidak mendengar suara air dari dalam ketika di lihat memang Calista tidak berada di sana. Dengan cepat Elard turun ke bawah untuk mencari keberadaan Calista.

"Kalian tau di mana wanita yang semalam kalian gantikan baju?" tanya Elard ketika melihat pembantunya yang menggantikan baju Calista.

"Oh dia sudah pergi pagi-pagi sekali Tuan,"

"Apa pergi?"

"Iya Tuan,"

"Sial!!" umpat Elard.

"Lalu apa Mama sempat berpapasan dengannya?" tanya Elard.

"Tidak Tuan, karena nyonya masih tertidur saat itu,"

"Baiklah kalian boleh pergi,"

Elard langsung menuju ke lantai atas untuk membersihkan diri karena ia harus menuju ke sekolah untuk latihan basket.

Setelah beberapa menit bersiap-siap Elard langsung menuju ke sekolah.

...•••...

Calista duduk termenung sambil melihat kearah jendela sambil memandang dua pasangan yang sedang duduk sambil bercengkrama bersama. Calista menghela nafas panjang ketika melihat mereka betapa enaknya memiliki pasangan.

"Doorr!!!!" Calista terkejut ketika Aca menyadarkan Calista dari lamunannya.

"Lo bener-bener minta di hajar keknya!"

"Kenapa sih ngelamun aja dari tadi?" tanya Aca.

"Gue cuma merenungkan diri aja,"

"Merenungkan tentang apa?"

"Tuh." tunjuk Calista dengan bibirnya.

Aca melihat siapa yang di maksud oleh Calista. Aca melihat sepasang kekasih yang sedang bermesra-mesrahan.

"Makanya lo cari pacar biar bisa kek mereka," ledek Aca.

"Gue gak ada waktu buat pacaran dunia gue di sibukkan dengan kerja, jadi mana sempat gue cari pacar,"

"Mending lo kurang-kurangin deh lo ngambil kerjaan biar bisa kek mereka,"

"Udah ah gue gak mau bahas itu mending kita lanjut kerja, tuh ada pelanggan." Mereka langsung bersiap untuk melayani pembelian.

...•••...

Elard mengiring bola menuju ring basket untuk mencetak poin. Tapi saat hampir mencapai ring Elard berhenti dan melemparkan bola basket ke arah Arga yang membuat Arga mengkerut keningnya.

"Lo kenapa sih? Dari tadi perasaan gue lihat-lihat kek gak mood banget," tanya Arga.

"Gue mau istirahat dulu," jawab Elard.

Akhirnya permainan di hentikan untuk sementara untuk beristirahat. Elard mengambil ponselnya lalu menghubungi nomer yang Elard tuju.

Sebuah getaran di sakunya membuat Calista mengecek ponselnya siapa yang mengirim pesan kepadanya. Ternyata pesan dari Elard yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang, Calista berharap ia tidak berusaha dengan Elard hari ini tapi nyatanya Elard menghubunginya.

Setelah melihat pesan terakhir Elard, Calista dengan cepat meminta ijin untuk pergi dan akan menggantikan Aca lembur.

Calista memberhentikan sebuah taksi dan memberikan tau alamat kepada supirnya. Saat taksi tiba di depan gerbang sekolah Calista langsung berlari menuju ke lapangan basket untuk menemui Elard, Calista mengatur nafasnya ketika akan tiba di lapangan basket.

Dari jauh Elard sudah melihat Calista dan Elard memberikan kode dengan melambaikan tangannya agar Calista mendekat kepadanya.

"Lama banget sih?" ucap Elard kesal.

"Jalanan tadi macet jadi wajar kalau lambat," jawab Calista.

"Nih." Elard memberikan minum kepada Calista.

"Terima kasih,"

"Kamu tunggu sini sampai aku selesai main basket jangan coba kabur kayak tadi pagi," sindir Elard.

"Iya."

Elard kembali ke lapangan untuk berlatih basket. Kali ini Elard benar-benar bersemangat ketika Calista berada di sini. Berlatih selama tiga jam akhirnya mereka selesai di mana pertandingan di menangkan oleh tim Elard.

"Pantes aja semangat latihannya ada penyemangatnya," ledek Arga.

"Ayo kita pergi." Elard langsung menggandeng tangan Calista untuk pergi.

"El, jangan tarik-tarik dong tangan aku sakit," keluh Calista.

Elard melepaskan tangan Calista.

"Makanya kamu kalau jalan cepet dikit kenapa sih,"

"Bedakan mana kaki cewek dan cowok dong, kamu enak bisa jalan cepat sedangkan aku? Jadi orang jangan egois dong yang pengennya menang sendiri," ucap Calista langsung meninggalkan Elard.

Tubuh Calista membentur tembok yang membuat Calista mengeluh kesakitan.

"Coba ulangi kata-katamu tadi," pinta Elard.

"Jadi orang jangan egois dong yang pengennya menang sendiri."

Elard mencium bibir Calista yang membuat Calista terkejut. Calista mencoba mendorong tubuh Elard tapi itu tidak membuat tubuh Elard bergerak sedikitpun.

"Jika kamu berkata lagi seperti itu maka aku akan melakukan hal yang jauh lebih nekat lagi, apa kamu mengerti itu?" ucap Elard ketika sudah melepaskan ciumannya.

Calista menganggukkan kepalanya bertanda ia mengerti.

"Sekarang kamu ikut aku." Elard kembali mengandeng tangan Calista untuk mengikutinya.

Calista memasuki mobil Elard entah Elard hendak membawanya ke mana.

"Apa kamu akan membawaku ke rumahmu lagi?" tanya Calista.

Elard mendekati Calista yang membuat tubuh Calista reflek mundur.

"Apa kamu sangat suka jika aku membawamu ke rumahku?" goda Elard.

"Tid---tidak bukan itu maksudku, jika ke rumahmu maka aku tidak mau,"

"Kenapa?"

"Ya, aku tidak mau,"

"Kamu cukup duduk diam saja nanti kamu akan tau aku membawamu ke mana,"

Mobil Elard meninggalkan sekolah dan menuju ke tempat tujuan yang di inginkan Elard. Menempuh waktu tak begitu lama mobil Elard tiba di sebuah restoran yang begitu besar yang membuat Calista tercengang.

"Ayo keluar."

Calista keluar dari mobil dan mengekori Elard di belakangnya. Mereka duduk di meja yang langsung menyuguhkan pemandangan kota Jakarta yang begitu indah.

"Kamu mau makan apa?" tanya Elard.

Calista mengecek buku menu dan melotot ketika melihat harganya. "Apa kamu yakin mau makan di sini?" tanya Calista.

Kening Elard mengkerutkan ketika Calista berkata seperti itu. "Emang kenapa? Apa kamu tidak suka makan di sini?"

"Bukan tidak suka tapi melihat menu harganya sama dengan gaji setengah bulanku,"

"Kamu pesan saja jangan banyak bicara dan jangan banyak bertanya."

Calista langsung memesan menu makanan yang dari dulu ia inginkan. Tak begitu lama makanan yang mereka pesan sudah tiba, melihat makanan di depan saja sudah membuat air liur Calista ingin keluar.

"Kenapa cuma di lihat? Makan."

Calista langsung memakan makanan yang tersaji di depan matanya. Perut Calista sudah tidak muat lagi tapi sayang jika makanan seenak ini harus di buang.

"El," panggil Calista.

"Kenapa?" tanya Elard.

"Apa aku boleh bungkus sisa makanan ini?"

"Buat?"

"Ya, buat di bawa pulang terus di makan lagi nanti sama bundaku," jawab Calista.

Elard memanggil pelayan.

"Saya mau pesan makanan yang sama seperti ini 2 ya," ujar Elard.

"Baik Tuan,"

"El, kamu gila kenapa kamu pesen makanan yang baru lagi? Kenapa gak bungkus yang ini aja?"

"Kamu gak mikir ya? Kamu mau bungkus makanan ini untuk ibumu bukan? Masa bundamu kamu kasih makanan bekasmu sih?"

Calista terdiam dengan kata-kata Elard, benar juga apa yang di katakan oleh Elard, Calista tidak mungkin memberikan bekas makanan yang sudah ia makan kepada sang bunda. Pelayan memberikan bungkus makanan kepada Calista.

"Ayo kita pulang."

Tapi sebelum pergi Calista menahan lengan Elard.

"Kenapa? Apa kamu mau pesan lagi?" tanya Elard.

"Enggak bukan seperti itu, kamu lupa sesuatu?"

"Lupa apa? Dompet sama kunci mobil udah ada kok,"

"Bukan itu,"

"Apa? Coba kalau ngomong langsung to the points aja gak usah berbelit-belit."

"Kamu lupa bayar, ya?"

"Nah gitukan jadi jelas gak usah pakai kata-kata yang terlalu rumit,"

"Ini restoran orangtuaku jadi gak usah bayar," ucap Elard.

Calista langsung terdiam dan mengingat ucapan Nilla jika orangtua Elard memang mempunyai sebuah restoran dan mungkin ini adalah restoran yang di maksudkan Nilla.

"Ayo aku antar kamu pulang,"

"Aku gak bisa pulang,"

"Kenapa? Apa kamu kerja hari ini?" tanya Elard.

"Iya, karena menemui kamu aku harus menggantikan temanku yang akan lembur hari ini,"

"Oke kalau gitu aku antar kamu ke sana,"

Calista mengekori di belakang Elard. Setelah makan malam Elard mengantar Calista menuju ke tempat kerjanya. Mobil Elard tiba di depan restoran dan Calista pun turun dari mobil Elard tapi sebelum keluar Calista memandang Elard.

"Kenapa?" tanya Elard heran.

"Terima kasih untuk hari ini dan terima kasih sudah mengantarku," jawab Calista.

Elard sedikit tersenyum yang nyaris senyum itu tidak terlihat oleh Calista. "Sama-sama,"

Setelah Calista masuk barulah Elard menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!