Dari pada mendengarkan ucapan Elard yang membuatnya sakit hati. Calista memilih untuk pergi dulu tapi setelah itu ia akan kembali lagi jika Elard sudah pergi.
Elard menahan tangan Calista yang mencoba pergi. "Mau kemana kamu?" tanya Elard.
"Aku mau kerja apa kamu tidak melihatnya? Lepaskan!"
"Lepaskan? Tidak semudah itu." Elard membawa tubuh Calista seperti mengangkat karung beras.
"Aauu." Calista mengeluh kesakitan ketika Elard membanting tubuhnya di atas kasur.
"Kamu mau apa?" tanya Calista ketakutan ketika melihat Elard melepaskan bajunya.
"Apa masih kurang jelas apa yang aku lakukan sekarang?" Papar Elard.
"Aku mohon jangan,"
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi,"
Calista benar-benar ketakutan saat ini hingga membuatnya menangis. Elard menatap mata Calista yang sudah menetaskan air mata tapi itu tidak membuat Elard luluh sedikipun.
"El, aku mohon lepaskan aku jangan lakukan hal kayak gini," ucap Calista penuh permohonan.
"Kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja? Bermimpilah kau," kata Elard.
Tangisan Calista semakin pecah ketika Elard mengeluarkan kata-kata itu. "Aku mohon jangan seperti ini, banyak cita-cita yang harus aku raih." Calista benar-benar tidak tau harus berbuat apa.
Elard tidak mendengarkan ucapan Calista, Elard tanpa ijin mencium bibir Calista dengan brutal. Tetesan air mata Calista pun jatuh ketika Elard berhasil mencuri first kissnya.
Calista terus memukul tubuh Elard tapi tidak membuat Elard berhenti mencium Calista. Calista bisa merasakan jika Elard sedang mabuk hingga membuatnya jadi seperti ini.
Dengan jantung berdetak kencang Calista mencoba memberanikan diri untuk melepaskan diri dari Elard.
Plak
Calista menampar pipi Elard begitu kerasa sehingga membuat tangannya sakit dan membuat Elard berhenti mencium Calista. "El, sadar kamu mabuk jangan berbuat yang bisa membuatmu menyesal namtinya," ucap Calista menyadarkan Elard.
Elard berdiri dan memandang Calista, saat ada kesempatan Calista mencoba kabur dari kamar tapi ketika di ambang pintu tubuh Calista di tangkap oleh Elard lagi yang membuat Calista ketakutan. Dengan keberanian banyak Calista menginjak kaki Elard agar bisa menyelamatkan diri dan ketika Calista berhasil membuka pintu dan di sanalah Calista berlari sekencang-kencangnya agar tidak tertangkap oleh Elard.
Nafas Calista terengah-engah ketika sudah berada di ruang ob khusus untuk dirinya. Tangis Calista pecah mengingat kejadian yang baru saja ia alami kenapa begitu berat cobaan yang ia jalani.
Begitu lama Calista berada di ruang ob, setelah tenang Calista kembali berkerja untuk mencukupi kehidupannya dan juga bisa melunasi hutang sang ayah. Cukup menenangkan diri Calista kembali berkerja, walaupun ada rasa takut yang Calista rasakan tapi jika tidak di bereskan maka atasannya akan marah dan bisa saja memecatnya, Calista tidak mau itu terjadi.
Langkah demi langkah Calista tapaki menuju kamar yang sebelumnya akan di bersihkan, berdoa dalam hati agar tidak bertemu dengan Elard lagi supaya Calista tidak mengalami kejadian seperti tadi. Di buka pintu kamar dan celingukan mencari keberadaan Elard tapi Calista tidak menemukan keberadaan Elard itu membuat Calista sedikit lega. Di ambil alat untuk membersihkan kamar.
Saat sedang membersihkan kamar tiba-tiba kamar terbuka yang membuat Calista terkejut, jantung Calista berdetak kencang takut jika itu adalah Elard lagi yang memasuki kamar. Perlahan Calista bersembunyi di balik kursi untuk bersembunyi jika bener itu yang masuk adalah Elard. Sedikit mengintip untuk memastikan bahwa itu benar-benar Elard tapi ketika melihat orang itu Calista bernafas lega pasalnya yang masuk adalah teman satu kerajaannya.
"Gue pikir siapa tadi yang masuk," ucap Calista.
"Emang kenapa sih?" tanya teman Calista.
Calista keluar dari persembunyiannya. "Gak apa-apa kok," jawab Calista.
"Cepetan lo beresin nih kamar soalnya ada yang mau booking kamar ini, orangnya nungguin di depan tuh,"
"Kenapa gak pakai yang udah di beresin aja?"
"Gak tau dia pengen kamar ini,"
"Oke bentar lagi selesai kok,"
"Gue bantuin deh,"
Akhirnya mereka membereskan kamar berdua. Tak membutuhkan waktu lama mereka sudah selesai membereskan kamarnya.
"Yaudah ayo,"
Tubuh Calista menenggang ketika melihat siapa berada di depan, Calista tau siapa yang menunggu di depan dan siapa yang menginginkan kamar ini. Elard berada di depan sambil merangkul pundak perempuan yang berpakaian sangat terbuka dan bergelayut manja di lengan Elard.
"Ca, ayo ngapain lo bengong di situ." Alya menarik tangan Calista.
Calista menengok kebelakang di mana Elard tersenyum kepadanya dan memasuki kamar.
"Alya, apa pengunjung tadi sering datang ke hotel ini?" tanya Calista.
"Tuan muda Elard maksudnya?"
"Tuan muda Elard? Apa orangtuanya pemilik hotel ini?"
"Iya, dia adalah tuan muda dari pemilik hotel ini, jadi dia bebas keluar masuk hotel ini tanpa ada larangan," jelas Alya.
"Lalu apa dia sering bergonta-ganti pasangan?" Makin kesini makin membuat Calista penasaran.
"Sering banget, seperti yang tadi itu adalah cewek tuan Elard yang baru, mungkin besoknya lagi dia ganti lagi,"
"Apa orangtuanya pemilik hotel ini dan sekolah aja?"
"Oh tidak hanya itu orangtuanya memiliki banyak usaha yang sudah mendunia, seperti sekolah, hotel, restoran, perusahaan, supermarket, Penthouse, perusahaan kosmetik, olahraga, mobil, apartemen dan sekarang mereka sedang merencanakan membuat sebuah bandara pribadi," jelas Alya.
Calista tercengang ketika Alya menjelaskan semua tentang kekayaan orangtua Elard yang begitu luar biasa. Setelah mengobrol sejenak mereka kembali berkerja.
Berkerja hampir 6 jam akhirnya Calista pulang menuju ke tempat kerja selanjutnya yaitu restoran 24 jam. Di depan sudah ada Reyhan yang menunggunya sebenarnya bukan Calista yang menghubungi Reyhan tapi kebetulan Reyhan melewati tempat kerja Calista sekarang dan Reyhan menawarkan tumpangan kepada Calista.
"Lo lama nungguin?" tanya Calista saat sampai di mana Reyhan menunggu.
Reyhan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Emm enggak juga sih ya 1 jam gue nungguin," jawab Reyhan.
"Lo gila nungguin gue sampai 1 jam kenapa gak pulang aja sih,"
"Gak masalah kali gue nungguin toh gue juga yang nawarin, yaudah ayo gue anterin lo,"
Reyhan memberikan helm kepada Calista. Motor Reyhan keluar meninggalkan hotel dan menuju ke tempat kerja Calista selanjutnya.
Di atas kamar hotel Elard masih bisa melihat interaksi antara Calista dan juga Reyhan.
...•••...
Motor Reyhan tiba di depan restoran tempat Calista berkerja.
Calista memberikan helm kepada Reyhan. "Nanti lo gak usah jemput gue deh kasihan lo udah antar gue masa harus jemput gue juga,"
"Gak masalah gue jemput lo lagi, lagian gak mungkin gue tega biarin lo naik bus," ucap Reyhan sambil menerima helm.
"Lo gak capek apa?"
"Enggak kenapa mesti capek lagian kenapa tiba-tiba lo jadi sungkan sama gue sih? Kek bukan gaya lo aja,"
Calista tertawa mendengar ucapan Reyhan. "Apa iya? Tapi gue serius yang gue bilang tadi,"
"Dan gue juga serius bilang itu sama lo, udah sana masuk,"
"Oke gue masuk dulu, bye."
Setelah Calista masuk ke dalam barulah Reyhan pergi.
"Ca, lo di panggil sama bos,"
"Gue? Kenapa tiba-tiba?" tanya Calista.
"Gue juga gak tau mending lo kesana aja deh,"
"Oke, thanks ya,"
Calista menuju ke ruangan di mana ruangan bosnya berada.
Tok!
Tok!
Tok!
Calista mengetuk pintu dan setelah ada suara menyuruhnya masuk barulah Calista masuk.
"Oh, Calista, silahkan duduk," suruh bosnya.
Calista duduk berhadapan dengan bosenya dan jantung Calista berdetak sangat kencang takut jika akan terjadi sesuatu.
"Sebelumnya saya meminta maaf sama kamu tapi semua ini harus saya lakukan," ucap bosnya.
Bosnya menyodorkan sebuah amplop coklat kepada Calista.
"Apa ini Pak?" tanya Calista.
"Itu adalah uang pesangonmu,"
"Maksudnya uang pesangon? Saya di pecat?"
Bos Calista menganggukkan kepalanya.
"Kenapa Pak? Apa saya buat kesalahan? Atau kerja saya kurang giat? Jika seperti akan saya perbaiki tapi tolong jangan pecat saya Pak,"
"Tidak kerja kamu sangat bagus tapi restoran ini sudah di beli dengan harga tinggi maka dari itu saya melepaskan restoran ini karena saya juga lagi membutuhkan uang,"
Tubuh Calista lemas seketika. "Jika memang seperti itu maka saya tidak bisa berbuat apa-apa, kalau begitu saya pamit Pak, terima kasih sudah menerima saya kerja di sini." Setelah mengambil uang Calista keluar dari ruangan dengan perasaan lemas.
Ketika ingin pergi Calista dengar bosnya menelpon seseorang yang membuat Calista berhenti sejenak untuk mendengarkan pembicaraan bosnya dan juga orang yang ada di sambung telfon dan ketika nama Elard di sebut Calista menjadi tau kenapa ia di pecat semua ini karena ulah Elard yang membuat dirinya di pecat dan kehilangan pekerjaan dan juga penghasilannya. Calista mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Elard.
Awal Calista takut jika bertemu di hotel tapi harus Calista lakukan jika tidak mau kehilangan pekerjaannya. Di berhentikan taksi yang lalu dan menyebutkan hotel di mana sebelumnya Calista berkerja.
Sesampainya di hotel Calista langsung berlari menuju ke kamar di mana Elard berada.
"Loh Ca kenapa balik lagi? Apa ada barang yang ketinggalan!" teriak temannya.
Calista tidak menjawab pertanyaan sang teman ia lebih menfokuskan bertemu dengan Elard. Setibanya di depan kamar Elard, Calista menarik nafas panjang lalu mengetuk pintu.
Pintu terbuka menampilkan Elard yang memakai kimono putih.
"Masuk," jawab Elard.
Calista tidak langsung masuk karena ia takut mengingat kejadian tadi.
"Kenapa diam aja di situ? Katanya ada yang mau di bicarakan?" tanya Elard.
Pada akhirnya Calista memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar, di dalam kamar masih ada wanita yang bersama Elard sebelumnya dan ia hanya memakai bikini yang membuat Calista tercengang.
Elard mengeluarkan uang begitu banyak lalu memberikan kepada wanita itu. "Cukup untuk hari ini,"
Wanita itu menerima uang pemberian Elard dan berjalan begitu santai walaupun hanya memakai bikini saja. Setelah wanita itu pergi, Elard mendekati Calista yang duduk di kursi.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Elard.
"Jangan berlagak gak tau semua itu kerjaan kamu kan," ucap Calista sambil menyodorkan sebuah amplop berisikan uang dari bosnya.
"Apa yang tengah aku lakukan?"
"Kamu kan yang buat aku di pecat? Kamu membeli restoran tempat kerjaku lalu menyuruh bosku untuk memecatku bukan?"
Elard tertawa puas. "Iya aku yang melakukannya, karena menurutku itu restoran yang pas buat tempat cafe yang akan aku bangun,"
"Apa tidak ada tempat lain? Kenapa kamu enggak beli aja tanah lalu bangun cafemu sendiri, kenapa harus restoran tempatku berkerja?"
"Gimana ya lokasinya sangat strategis ramai pengunjung jadi pas untuk cafeku yang aku bangun nanti,"
"Cukup El! Apa tujuanmu sebenarnya? Jangan membuat aku kehilangan pekerjaanku lagi,"
Elard mendekati Calista lalu berbisik. "Sebenarnya aku ingin membuat hidupmu sengsara maka dari itu aku sengaja membeli restoran tempatmu berkerja,"
"Kenapa kamu melakukan hal itu? Hidupku sudah menderita jangan kamu tambahin lagi,"
"Oh, itu belum seberapa, apa kamu tidak ingat jika kamu adalah korbanku," ucap Elard lalu menjauh dari Calista.
Calista berdiri lalu berlutut di hadapan Elard dan untuk pertama kalinya Calista melakukan hal ini.
"Aku mohon El, jangan membuatku kehilangan perkerjaan lagi? Jika aku kehilangan pekerjaanku lalu bagaimana aku bisa membayar hutang mending ayahku,"
Elard berlutut dihadapan Calista lalu memegang dagu Calista hingga membuat Calista mendongak menatap wajah Elard.
"Jika kamu tidak mau kehilangan pekerjaanmu maka turuti apa perintahku, apa kamu paham?" tanya Elard.
Calista menganggukkan kepalanya.
"Bagus, besok kamu harus nemenin aku,"
"Ke mana?" tanya Calista.
"Pertandingan Basket, jika kamu tidak menemaniku maka akan aku pastikan kamu akan kehilangan pekerjaanmu lagi,"
"Akan aku usahakan," jawab Calista cuek.
Benar apa yang di katakan oleh Elard ia akan membuat hidup menderita dan mungkin bagi Elard ini baru permulaan akan lebih banyak penderitaan yang akan Calista rasakan jika ia tidak menuruti apa yang Elard katakan. Lebih baik Calista mengalah dari pada ia harus kehilangan pekerjaannya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments