Possessive Psychopath Boyfriend | 6. Bukan Pilihan

Dari jauh Elard bisa melihat interaksi antara Calista dan juga Reyhan yang begitu akrab tidak seperti dirinya yang tidak di sukai oleh Calista. Elard begitu marah saat Reyhan mengelus rambut Calista.

Jam istirahat telah usai sekarang mereka melanjutkan pelajaran berikutnya. Sepanjang perjalanan Calista dan Reyhan terus bercanda hingga tiba di kelas. Entah suasana kelas kali ini berbeda dari biasanya, di mana mereka terus melihat kearah Calista yang membuat Calista sedikit tidak nyaman.

Di atas meja sudah ada tulisan dan juga ada bercak darah yang membuat Calista terkejut bukan main, mungkin inilah alasan kenapa mereka tadi melihat kearah Calista. Calista mengusap bercak darah yang ternyata hanya darah palsu siapa pelaku yang membuat mejanya menjadi kotor seperti ini.

"Siap-" belum sempat Reyhan berucap Calista menahan agar Reyhan tidak bersuara.

"Kita bersihin aja," ujar Calista.

Calista mengambil tissue di dalam tasnya untuk membersihkan darah yang ada di atas mejanya. Percuma saja jika berteriak dan menanyakan satu persatu anak di kelas karena tidak mungkin ada yang mengaku. Selesai membersihkan kotoran yang ada di atas meja Calista memilih untuk duduk saja tapi kali ini tempat duduknya pun aneh seperti ada yang menaruh sesuatu.

"Apa ini lem?" batin Calista.

Calista berusaha berdiri tapi tidak bisa, di mana kursi itu menempel pada pantat belakang Calista.

"Kenapa?" tanya Reyhan heran.

"Kayaknya ada yang naruh lem di kursi gue deh," jawab Calista.

"Kok bisa sih?"

"Gue juga gak tau,"

Reyhan mencoba membantu Calista tapi tidak bisa. "Lemnya lengket banget," ujar Reyhan.

"Udah gak apa-apa deh biar kayak gini aja dulu sampai kelas selesai," ucap Calista.

Mata mereka saling bertemu membuat Calista tau siapa sang pelaku yang membuatnya seperti ini tapi Calista hanya diam dan menerimanya.

"Tidak apa-apa Calista kamu pasti bisa melewatinya," Calista memberikan semangat pada dirinya sendiri.

Kelas berlangsung cukup lama dan kejadian ini membuat Calista tidak nyaman tapi mau bagaimana lagi jika Calista berdiri maka bisa saja roknya menjadi robek dan di tertawakan seisi kelas.

Kelas telah usah dan sekarang Calista juga Rayhan berusaha agar rok yang dipakai oleh Calista tidak robek.

"Lemnya terlalu kuat 99% bakalan robek rok lu," kata Reyhan.

"Terus gimana gue besok sekolahnya? Rok cuma ada 2 dong di rumah yang satu masih baru dan ini yang gue pakai masih bagus sayang bukan. Tapi mau gimana lagi kalau tetap diam aja gue di sini sendirian,"

Kreekkkk

Suara sobekan terdengar dari rok Calista, untungnya Reyhan dengan sigap memberikan jaketnya kepada Calista untuk menutupi robekan yang begitu besar.

"Gila sih yang buat ini gak ada kerjaan apa mereka sampai lakukan hal yang kayak gini," geram Reyhan.

"Lu ngomel pun percuma gak akan bisa buat rok gue balik lagi, mending kita pulang aja lagian gue harus kerja juga," ujar Calista.

"Gue antar lu,"

Calista menganggukkan kepalanya. Reyhan memberikan helm kepada Calista. Setelah Calista menaiki motor Reyhan dengan segera Reyhan menjalankan motornya dengan kecepatan sedang agar tidak membahayakan keselamatannya. Motor Reyhan keluar dari area sekolah dan interaksi antara Calista juga Rayhan di saksikan oleh geng Arthstar yang melihat Reyhan membawa korban Elard yang tak lain tak bukan adalah Calista.

"Si Reyhan bawa korban baru lu tuh," ucap Arga.

Tak ada respon dari Elard, Elard hanya memandang dua pasangan yang keluar dari sekolah. Kedua sahabat Elard hanya saling memandang dan mengikuti Elard menuju markas mereka seperti biasa.

Elard duduk di kursi sambil memainkan ponselnya.

"Kita pergi ke club malam ini yuk," ajak Juna.

Arga memberi kode kepada Juna untuk tidak menganggu Elard karena Arga tau jika mood Elard sedang tidak baik-baik saja.

"Mending kita pergi berdua aja." Mereka akhirnya pergi berdua tanpa mengajak Elard.

Setelah kepergian kedua sahabatnya, Elard memandang foto Calista yang ia ambil saat Calista sedang membenarkan rambutnya.

"Itu baru permulaan tunggu saja pembalasanku selanjutnya," ucap Elard.

Hampir satu jam Elard berada di markas ia memutuskan untuk pulang ke rumah walaupun suasana rumah tidak nyaman baginya.

...•••...

Calista duduk diam sambil membawa nampan dan kain lap yang ada di tangannya, duduk diam sambil memandang langit yang sedikit mendung pas dengan suasana hati Calista sekarang. Kejadian di sekolah tadi membuat Calista sedikit ketakutan karena kejadian di sekolah mungkin adalah ulah Elard, ingin membalas pun rasanya percuma karena Calista hanya gadis yang tidak apa-apanya di bandingkan dengan Elard yang apa saja bisa langsung ada, sedangkan Calista yang ingin apa-apa harus berusaha terlebih dulu tidak sewaktu yang ayah masih ada tanpa berusaha pun Calista langsung bisa mendapatkannya. Nasib Calista yang sekarang membuatnya benar-benar sadar jika menginginkan sesuatu semua harus ada usaha dan kerja keras.

Cukup lama termenung Calista kembali berkerja lagi, karena masih banyak yang harus ia kerjakan. Langkah Calista terhenti saat melihat seseorang yang sedang mengandeng tangan seorang wanita yang tidak Calista tau.

Calista langsung berlalu pergi karena ia harus melanjutkan kerjanya. Saat sedang mencuci piring sebuah panggilan membuat Calista menghentikan pekerjaannya.

"Ca, kamu antar pesanan ya di meja nomer 5 ya," ucap Nilla temannya.

"Oke aku antar," ucap Calista.

Calista meletakan semua makanan di atas trolley dorong dan langsung mengantarkan ke meja yang maksud oleh Nilla. Setelah mengetahui nomer meja itu Calista sudah tau siapa yang memesan makanan.

"Permisi," ucap Calista.

Elard memandang Calista yang tengah menyusun makanan keatas meja tanpa memperdulikan kehadiran dirinya itu membuat Elard sangat membencinya. Belum selesai Calista menyusun makanan, Elard dengan sengaja menjatuhkan piring yang membuat isi piring itu berantakan di lantai.

"Maaf saya tidak sengaja menjatuhkannya, saya akan mengganti," ucap Calista walaupun bukan ia pelakunya.

Calista sebenarnya tau jika itu ulah Elard tapi karena Calista tidak mau berdebat maka dari itu Calista memilih untuk mengalah.

Kembali dengan makanan sama yang di jatuhkan oleh Elard, Calista meletakkan di atas meja dengan hati-hati.

"Maaf atas kejadian tadi yang membuat anda tidak nyaman, saya permisi." Calista sedikit membungkukkan badannya dan pergi meninggalkan meja Elard.

Air mata Calista terjatuh saat ia berada di kamar mandi, mungkin ini adalah awal mula di mana Elard akan membuat hidup Calista tidak tenang seperti korban Elard yang dulu. Calista tidak ingin bernasib sama dengan korban Elard, Calista memikirkan nasib sang ibu jika Calista bernasib sama dengan korban Elard.

Ketika sudah tenang Calista keluar dari kamar mandi dan kembali berkerja, Calista sengaja melihat kearah meja Elard untuk memastikan ia sudah pergi atau belum tapi nyatanya Elard belum pergi sejak tadi.

...•••...

Calista bersiap-siap untuk menuju ke tempat kerjanya selanjutnya di mana ia baru saja masuk sebagai pegawai baru di tempat kerjanya yang baru. Memang Calista sedikit gila karena memiliki banyak kerjaan tapi Calista bisa membagi waktu antara kerja juga sekolah. Duduk di kursi sambil memainkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Reyhan yang hanya teman satu-satunya yang Calista punya sejak dulu hingga sekarang walaupun dulu Calista masih berstatus orang kaya tapi Reyhan adalah teman satu-satunya.

Bus datang dengan segera Calista masuk. Tak membutuhkan waktu yang lama bus tiba di pemberhentian tempat kerja Calista yang tak jauh. Berjalan sedikit menuju hotel di mana tempat baru Calista berkerja.

Berganti baju dan Calista mulai berkerja sebagai ob walaupun hanya berstatus ob saja itu sudah Calista syukuri. Calista mengambil pekerjaan di hotel karena gajinya yang lumayan ya walaupun tidak ada pilihan lagi tapi Calista sangat membutuhkan uang yang cukup banyak sekarang memang bukan pilihan tapi Calista terpaksa harus mengambil banyak pekerjaan.

Calista mulai dari kamar 112 yang baru saja di tinggal oleh penginapannya karena kamar itu segera di pakai. Calista diam di depan pintu ternyata kamar hotel yang akan Calista bersihkan adalah kamar vvip yang mungkin sewanya tidak main-main.

Mulut Calista terbuka saat melihat isi kamar hotel tersebut. Betapa mewahnya kamar inap ini.

"Wow bagus banget," kagum Calista.

"Semoga suatu saat nanti aku bisa tidur di tempat seperti ini," ucap Calista.

"Oke sekarang kita berkerja semangat Calista,"

Calista mulai membersihkan sampah-sampah yang berserakan di lantai, dan selanjutnya membersihkan lainnya. Cukup memakan waktu hampir 2 jam Calista baru selesai membersihkan kamarnya.

Sewaktu Calista keluar kamar ia berpapasan dengan seseorang yang ia lihat tadi di restoran, yang lain dan tak bukan adalah Elard yang merangkul pinggang wanita yang memakai baju sedikit terbuka. Calista langsung berlalu pergi dan Elard menatap kepergian Calista.

Sekarang Calista membersihkan kamar yang berada di sebelah kamar sebelumnya. Walaupun lelah tapi setiap pekerjaan selalu Calista syukuri.

Brakk

Pintu kamar hotel tertutup keras hingga membuat Calista terkejut ketika berada di kamar mandi hotel. Tubuh Calista menenggang ketika melihat orang yang masuk ke kamar hotel tempat di mana Calista berada.

"Sekarang kamu merangkap kerja di hotel juga? Terus besoknya di mana lagi? Diskotik? Jadi wanita penghibur?" ucap Elard.

"Apa maksudmu? Aku bukan wanita yang seperti itu," kata Calista.

Elard tersenyum tipis mendengar ucapan Calista. "Apa benera yang kamu katakan? Lalu kenapa kamu berada di hotel ini jika bukan jual diri?"

Hati Calista sakit ketika mendengar perkataan Elard. "Walaupun aku wanita miskin aku tidak akan melakukan hal kotor seperti itu." Tak terasa air mata Calista mengalir di pipi.

Dari pada mendengarkan ucapan Elard yang membuat sakit hati Calista memilih untuk pergi dulu tapi setelah itu ia akan kembali lagi jika Elard sudah pergi.

Elard menahan tangan Calista yang mencoba pergi. "Mau kemana kamu?" tanya Elard.

"Aku mau kerja apa kamu tidak melihatnya? Lepaskan!"

"Lepaskan? Tidak semudah itu." Elard membawa tubuh Calista seperti mengangkat karung beras.

"Aauu." Calista mengeluh kesakitan ketika Elard membanting tubuhnya di atas kasur.

"Kamu mau apa?" tanya Calista ketakutan ketika melihat Elard melepaskan bajunya.

"Apa masih kurang jelas apa yang aku lakukan sekarang?" Papar Elard.

"Aku mohon jangan,"

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi,"

Calista benar-benar ketakutan saat ini hingga membuatnya menangis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!