Dengan jalan lemas Calista menuju ke kelasnya untuk mengambil tasnya. Tidak mungkin ia melanjutkan sekolah dengan keadaan yang seperti ini yang ada Calista akan menjadi bahan bullying bagi mereka.
Ketika masuk ke dalam kelas banyak pasang mata yang menatap Calista dengan aneh. Bagaimana tidak badan basah kuyup, baju basah, dan kotor, di tambah lagi dengan aroma tidak sedap yang menambah ke burukkan Calista. Dengan cepat Calista mengambil tasnya dan segera keluar dari kelas.
Tetesan air mata jatuh dari mata cantik Calista. Begitu sengsaranya bersekolah di sini yang membuat Calista tidak betah akan tetapi mau bagaimana lagi Calista sudah terlanjur bersekolah di sini dulunya mau tau mau ia harus bertahan. Kehidupan Calista benar-benar jauh dari kehidupannya yang dulu walaupun dulu ia tidak pernah membulliy siapapun tapi kenapa ia mendapatkan perlakuan seperti ini.
Seperti biasanya Calista berjalan sendiri di lapangan basket.
Calista berhenti sejenak dan menatap langit. "Selamat datang kehidupan baru Calista. Semoga kamu bisa bertahan di hidung baru ini." Calista memberi semangat pada dirinya sendiri.
Di gerbang sekolah Calista berhenti sejenak sebelum menghentikan taksi. Jika ia pulang dalam keadaan seperti ini maka akan banyak pertanyaan yang sang bunda ajukan kepadanya seandainya ia berkata jujur maka bunda akan khawatir dan Calista tidak mau karena Calista tau jika sang bunda jam segini berada di rumah.
Sebuah tangan menarik paksa ia masuk ke dalam mobil.
"Ap—!" Belum sempat Calista meneruskan perkataannya ia cukup terkejut dengan keberadaan Elard yang menyeretnya dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Saat Calista ingin keluar dari mobil Elard dengan cepat Elard mengunci mobilnya agar Calista tidak bisa keluar.
"Aku mau keluar," ucap Calista.
"Aku anter kamu ke rumahku," ujar Elard.
"Gak mau, aku mau pulang sendiri,"
"Dengan keadaan yang seperti ini? Apa orang tuamu gak khawatir akan hal ini? Jika kamu kembali dengan penampilan seperti ini maka orangtua kamu akan bertanya-tanya kenapa kamu jadi kayak gini dan kejadian ini bisa membuat orangtua kamu semakin khawatir apa kamu mau?" jelas Elard.
Benar apa yang di katakan Elard tidak mungkin ia kembali dengan keadaan yang seperti ini. Calista tidak mau sang bunda khawatir.
"Lalu aku harus gimana? Semua ini karena ulahmu dan kekasih-kekasihmu itu," ucap Calista.
"Aku gak tau mereka akan seperti ini, biasanya mereka tidak seperti ini entah kenapa mereka jadi seperti ini,"
"Sekarang kita pergi ke rumah ku agar kamu bisa berganti baju," tambah Elard.
Kali ini Calista hanya diam dan menurut apa yang Elard katakan. Toh benar apa yang di katakan oleh Elard. Mobil Elard pergi meninggalkan area sekolah menuju entah ke mana Elard akan membawanya. Memasuki kawasan rumah-rumah yang begitu mewah dan megah berdiri dengan sangat indah berjajar. Calista takjub dengan semua rumah yang berada di kawasan ini. Tidak ada satu model rumah yang seperti rumah Calista dulunya.
Tanpa Calista sadar mobil Elard memasuki rumahnya.
"Ayo turun." Elard mengejutkan lamunan Calista.
Ketika Calista keluar dari mobil mulut Calista terbuka melihat rumah yang ia lihat. Rumah terbesar, termegah, dan terima mewah dari pada rumah lainnya membuat Calista tidak percaya.
"In---ini rumah kamu?" tanya Calista.
"Bukan ini rumah orangtuaku. Aku belum punya rumah," jawab Elard.
"Iya tau tapi kamu tinggal di sinikan?"
"Iya, kenapa?"
Pantas saja banyak wanita yang rela menjadi selingkuhan Elard karena Elard anak orang kaya raya ralat sangat kaya. Mengangumi interior rumah yang begitu megah dengan halaman yang sangat luar dan luar biasa.
"Hey! Kamu ngapain masih di sana? Ayo masuk," ucap Elard yang membuat lamunan Calista buyar.
Dengan langkah santai Calista menapaki anak tangga untuk masuk kedalam rumah Elard. Di dalam rumah Elard lebih menakjubkan dari pada di luar rumah tadi. Calista kembali di buat tidak bisa berkata-kata lagi dengan apa yang ia lihat sekarang. Isi rumah yang rata-rata memiliki nilai yang sangat mahal membuat Calista tidak bisa menghitung semua isi rumah Elard. Mungkin jika di bandingkan kehidupan Calista yang dulu jauh melebihi dari Elard mungkin saja kekayaan orangtua Calista tidak ada apa-apanya.
"Kalian ambil baju dari kamar mama dan urus dia agar terlihat bersih," perintah Elard kepada semua pelayan yang berbaju hitam putih seperti pelayan seperti orang luar negeri.
Sekarang Calista berada di kamar mandi lebih tepatnya sebuah kolam berukuran sedang yang memiliki suasana seperti pemandian air panas yang berada di cina-cina. Kolam yang berisikan bunga mawar dan bau aroma terapi yang sangat menyejukkan pikiran Calista saat berendam. Tak menyangka Calista akan di berikan semua ini. Sambil memejamkan mata Calista di berikan pijatan pada kepalanya yang membuat beban yang Calista menghilang sejenak.
Cukup lama berendam Calista keluar dari kolam sambil menggunakan kimono. Sekarang Calista di ajak ke sebuah ruangan yang memiliki beribu baju yang sangat indah. Pelayan yang sedari tadi bersamanya memberi sebuah dress berbentuk sederhana tetapi cantik kepada Calista. Berganti baju dan di beri sedikit polesan membuat Calista tidak mengenali dirinya sendiri.
"Apa ini beneran aku?" gumam Calista saat melihat pantulan dirinya di cermin.
"Iyalah itu kamu masa hantu," sela Elard.
Calista begitu terkejut dengan kedatangan Elard secara tiba-tiba. Raut wajah Calista menjadi cemberut saat kehadiran Elard yang mengganggunya.
"Sekarang kita kebawah." Tanpa sadar Elard mengandeng tangan Calista.
Menuruni anak tangga untuk menuju ke ruang makan di meja makan telah banyak berbagai macam masakan yang memiliki banyak pilihan. Sungguh kali ini Calista benar-benar di buat takjub oleh Elard.
"Sekarang kamu makan karena aku gak tega nyiksa korban aku kalau badannya kurus kayak triplek," ucap Elard.
Calista tidak ingin berdebat dengan Elard lagi pula jika ia berdebat dengan Elard maka ia akan kalah. Untuk pertama kalinya Elard kembali makan di meja makan yang biasanya selalu ramai dengan canda tawa kedua orangtuanya. Akan tetapi semua berubah saat Elard beranjak dewasa lambat lain kedua orangtuanya lebih mementingkan kekayaan yang mereka lakukan hanya kerja dan terus berkerja saja. Saat di rumah pun waktu malam hari dan itupun mereka langsung tidur tidak ada waktu untuk bercengkrama dengan Elard lagi . Sifat ceria, ramah dan penyabar Elard hilang begitu saja saat kedua orangtua Elard juga berubah.
"Hey! Kenapa kamu ngelamun sih? Kamu gak makan?" tanya Calista yang sudah menyantap makanan yang berada di hadapannya.
Elard menyuapkan sesendok makan ke mulutnya. Makan siang yang begitu nikmat bagi Calista dan sekarang Calista ingin pulang saja dari pada harus berada di rumah Elard. Calista sungkan jika terus berada di sini karena sedari tadi ia tidak berhenti makan.
"El, aku boleh pulang gak?" tanya Calista meminta ijin.
"Aku anterin kamu," ucap Elard.
"Gak, gak, gak usah aku udah di jemput sama sahabatku kok tadi aku habis kirim alamat rumahmu." Calista terpaksa berbohong karena tidak ingin merepotkan Elard lagi. Cukup untuk hari ini Elard berikan kepadanya tadi.
"Sahabat? Si Reyhan itu? Aku gak mengijinkan kamu pulang sama dia," ujar Elard.
"Kenapa? Dia sudah di sini enggak mungkin aku menolak dia,"
"Oke aku bakalan izinin kamu pulang sama dia tapi dengan catatan kamu gak akan bertemu dia lagi," bisik Elard kepada Calista.
Tubuh Calista menenggang ketika mendengar ucapan Elard. "Oke aku akan bilang sama Reyhan kalau aku gak jadi pulang bersama dia." Calista terpaksa melakukan karena dia tidak ingin jika Reyhan kenapa-kenapa mungkin saja ancaman Elard tadi bisa membunuh Reyhan.
Saat Calista mengetik pesan untuk Reyhan, Elard pun ikut melihat kearah ponsel Calista. Elard hanya ingin memastikan apa yang di katakan oleh Calista benar dan ternyata Calista menempati ucapannya.
"Oke sekarang kamu aku antar pulau," ucap Elard.
Calista mengambil tasnya dan membuntuti Elard dari belakang.
Di depan gerbang rumah Elard, Calista masih melihat Reyhan menunggunya.
"Apa Reyhan tidak membaca pesanku? Kenapa dia masih menunggu?" batin Calista.
"Udah lihatnya?" tanya Elard.
"Lih---lihat apa?" tanya Calista pura-pura.
"Lihat Reyhan?"
Calista hanya diam tanpa mau menjawab pertanyaan Elard.
Mobil Elard berhenti di depan gang yang lumayan sempit yang hanya bisa di lewati oleh motor saja dengan terpaksa Elard hanya mengantar Calista sampai depan yang saja.
"Terima kasih untuk semuanya," ucap Calista.
"Sama-sama, apa kamu yakin gak mau aku anterin sampai rumah?" tanya Elard.
"Iya gak usah, sampai di sini aja kamu langsung pulang aja lagian gak jauh juga kok dari sini," ucap Calista.
"Ya, sudah kalau gitu,"
Setelah Elard pergi tak berselang lama sebuah motor berhenti di depan Calista.
"Lo beneran sama Elard sekarang?" tanya Reyhan tiba-tiba.
"Maksud lo apa sih? Datang-datang dah ngomong gak jelas aja sarap lo,"
"Maksud gue kalian berdua pacaran?"
"Siapa yang bilang kami berdua pacaran?"
"Tuh buktinya lo aja di anter dia pulang,"
"Terus kalau gue di antara pulang udah di katain pacaran? Terus lo ada ngantar gue pulang itu juga di sebut pacaran juga?" tanya Calista.
"Enggak sih," jawab Reyhan sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya.
"Makanya kalau ngomong gak usah ngasal, dah mending lo pulang aja sana," usir Calista.
"Woy!"
"Woy!"
"Woy!" Reyhan mencoba memanggil Calista akan tetapi tidak di hiraukan oleh Calista karena Calista sudah berlalu pergi.
...•••...
Sore ini Calista sudah bersiap untuk pergi berkerja yang sebelumnya ia harus libur karena pemilik restoran memang meliburkan karyawannya untuk beberapa hari. Sudah bersiap dengan pakaian rapi di mana ia berkerja Calista lalu berangkat seperti biasa berjalan kaki menyusuri jalanan yang sedikit sempit yang hanya bisa di lalui oleh kendaraan dan pejalan kaki seperti Calista.
Sambil menunggu bus, Calista mencoba membuka ponselnya untuk mengirim pesan kepada Reyhan agar nanti malam dia bisa menjemputnya berkerja. Karena terkadang saat Calista pulang kerja kendaraan jarang yang ada maka dari itu terkadang Calista meminta Reyhan untuk menjemputnya.
Belum sempat Calista mengirim pesan kepada Reyhan sebuah klakson mobil membuat Calista terperanjat kaget.
"Nungguin siapa?" tanya Elard.
"Apa kamu gak bisa baca tanda di sana?" tanya Calista sambil menunjuk kearah palang bus.
Elard tersenyum tipis. "Ayo aku anterin kamu kerja," ujar Elard.
"Enggak deh terima kasih banyak," tolak Calista.
"Yakin nolak tawaranku?"
Calista menatap tatapan mata Elard yang terlihat sedikit marah. "Oke aku mau." Calista langsung masuk kedalam mobil Elard.
Setelah Calista masuk Elard langsung menjalankan mobilnya. Di dalam mobil Calista tau jika Elard sesekali melihat kearah dirinya.
Elard memberhentikan mobilnya tepat di depan restoran di mana Calista berkerja, sebelumnya Calista sudah menyebutkan di mana ia berkerja kepada Elard.
"Kamu pulangnya nanti aku yang jemput," ujar Elard.
"Enggak usah deh, kamu udah antar aku berangkat kerja jadi nanti pulang gak usah jemput aku," tolak Calista.
"Tapi aku mau jemput kamu gimana?"
Calista menatap Elard. "Jika kamu mau jemput aku silahkan." Percuma berdebat dengan Elard tidak ada habisnya Calista memilih untuk mengalah saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments