Bab 14 ( Bertemu kembali )

Saat ini di kediaman Sanjaya tengah mengadakan pesta ulang tahun pernikahan Dipta dan Lina. Pesta nya begitu meriah semua tamu penting dan keluarga besarnya datang untuk memnuhi undangan keluarga Sanjaya. Satu persatu para tamu memberikan ucapan selamat, berbagai macam hadiah dan itu menambah rasa bahagia keduanya.

“Mas, kamu mau makan?” tanya Anjani.

“Aku tidak lapar. Nanti saja biar aku ambil sendiri,” sahut Hasta.

Anjani tersenyum kikuk ia masih dengan setia merangkul lengan Hasta membuat pria itu rasanya ingin menghilang sekarang juga, tetapi ia terlanjur beranji membuatnya hanya pasrah. Acara pun berlanjut dengan pemotongan kue dan nyanyian pesta ulang tahun.

Setelah saling menyuapi kue yang telah dipotong, Dipta mengucapkan terimakasih pada semua tamu yang datang dan mereka pun semua bertepuk tangan untuk kebahagiaan dua pasangan yang tidak muda lagi itu. Tatapan mereka mengarah kepada putri nya yang selalu bergandengan tangan dengan Hasta.

“Untuk menantu dan putriku semoga kalian bisa secepatnya memberikan kami hadiah terindah memberikan cucu pada kami yang banyak,” canda Lina yang mana memang sangat menginginkan seorang cucu dari mereka berdua.

Para tamu pun mengaminkan dan ada pula yang tertawa mendengar Lina mengatakan ingin mempunyai cucu yang banyak. Setelah itu semua tamu pun di persilahkan menikmati hidangan yang sudah tersedia. Tidak lama seseorang mengagetkan Anjani dan Hasta yang menoleh ke arah belakang.

“Anjani, apa kabar? Tuan Hasta, kita bertemu di sini,” tanya Mark yang baru saja datang bersama istrinya dan juga Andrew yang tidak menatap ke arah Anjani sedikit pun.

“Kabar ku baik, om, tante dan … Andrew kau apa kabar?” Anjani tersenyum pada Andrew seraya menyapanya sedangkan Hasta hanya berjabat tangan dengan Mark seraya tersenyum juga.

“Kabar ku baik juga dan selamat atas pernikahan mu. Maaf saat itu aku tidak bisa datang karena ada urusan yang sangat penting dan itu berhubungan dengan nyawa seseorang,” di kata-terakhirnya Andrew menatap ke arah Hasta membuat pria itu yang juga menatapnya dan memperhatikan Andrew sedari tadi mengerutkan dahinya sangat dalam seolah tatapan Andrew mengisyaratkan pada Hasta jika ia sedang menyindirnya.

‘Maksud kamu?” tanya Anjani.

“Akhh … tidak, lupakanlah,” balas Andrew.

“Jangan dengarkan dia, kau tau kan dia memang asal bicara saja sedari dulu,” ujar Aleta.

“Yasudah, om ingin menemui orang tuamu dulu, kalian lanjutkan mengobrol tapi di mana adikmu, Andrew,” tanya Mark yang tidak mendapati Jesan.

“Tadi katanya dia ingin membeli jajanan kesukaannya yang ada di depan gerbang, nanti juga dia menyusul,” ujar Andrew.

“Oke lah kalau begitu,” kedua orang tuanya benar-benar meninggalkannya bersama Hasta dan Anjani.

“Adik? Sejak kapan kau punya adik, Ndrew,” bingung Anjani yang ia tau Andrew adalah putra tunggal keluarga Giandra.

“Lima tahun lalu Ayah dan ibu ku mengadopsi anak perempuan,” jawab Andrew.

“Kalian saling kenal?” tanya Hasta.

“Oh iya, Mas. Kenalin dia … Andrew teman lama ku saat aku kuliah dan keluarga kami bersahabat lama dan …”

“Kita berdua sempat hampir menikah jika dia tidak menolakku,” sela Andrew yang mana mendapat tatapan terkejut dari Hasta lalu beralih menatap Anjani.

“Andrew! Kenapa kau mengatakan itu di depan suamiku!” marah Anjani menatap tajam ke arah Andrew.

“Aku permisi dulu, Tuan Andrew. Lanjutkan saja obrolan kalian,” pamit Hasta yang mana membuat Anjani ingin mengejarnya, tetapi Andrew malah menahan tangannya.

“Lepaskan!” pekik Anjani.

“Tidak! Apa kau bahagia selama lima tahun dengan pernikahan palsu mu ini, Anjani!” ucap Andrew.

Anjani menarik sudut bibirnya,”Aku … sangat bahagia. Pernikahan palsu atau tidaknya bukan urusanmu!” tunjuk Anjani lalu melepaskan genggaman tangannya dan berlalu pergi meninggalkan Andrew yang lagi-lagi hatinya terasa sakit seraya menatap kepergian wanita yang sangat ia cintai pergi meninggalkannya begitu saja.

“Huh, leherku terasa sesak,” Hasta melepaskan dasinya dan saat ini ia berada di luar menghirup udara luar sejenak karena di dalam ia terasa sesak dengan harus berpura-pura di depan semua orang.

“Hmm … akhirnya aku bisa mendapatkan ice cream ini. Ya, gak apa-apa lah aku mengantri dua jam. Eh tapi ngomong-ngomong kakak di mana ya? tumben dia tidak mencariku. Ya sudahlah aku susul saja,” oceh Jesan yang terus melangkah masuk ke dalam tanpa tau keberadaan Hasta yang sedang berselancar dengan ponselnya.

“Abang…” panggil seseorang yang mana sangat keras suanya membuat langkah Jesan terhenti lalu ia menoleh ke arah pria yang dipanggil itu.

Degh

Ice cream yang berada di genggamannya terjatuh, tubuh Jesan lemas dan mematung seketika menatap pria yang sangat ia rindukan berada dihadapannya. Ingin sekali ia berteriak memanggilnya, tetapi ketika ia melihat seseorang yang menghampirinya dan mengobrol dengan pria itu membuat tubuh Jesan bergetar hebat dan mulai merasa ketakutan. Secara tiba-tiba dadanya terasa sesak dan mengeluarkan suara rintihan membuat Hasta menoleh kebelakang, tetapi dengan cepat Jesan bersembunyi dibalik mobil yang terparkir dengan menutup kedua mulutnya rapat-rapat.

“Kenapa, Bang? Abang ngeliat siapa?” tanya Vanes wanita yang memanggil Hasta tadi.

“Ah gak, mungkin perasaan abang aja,” elak Hasta.

“Yasudah, ayo masuk lagi, bang. Semua udah berkumpul untuk foto keluarga,” ajak Vanes yang melangkah masuk lebih dulu diikuti Hasta dengan langkahnya yang pelan dan sesekali mencari seseorang yang ia yakini ada keberadannya. Entah mengapa ia sangat penasaran dengan seseorang yang sempat ia lihat sekilas.

“Ya Tuhan mengapa aku bertemu kembali dengannya. Lebih baik aku pergi dari sini sebelum dia menyadari keberadaanku. Ya, aku harus pergi,” Jesan perlahan keluar dari persembunyiannya ia sesekali melihat ke arah Hasta yang sangat lamban melangkah.

Dirasa Hasta tidak melihat kebelakang lagi dengan cepat Jesan berlari karena pria itu sedang menerima telepon dengan membelakanginya. Gadis itu pun berlari secepat mungkin, tetapi ia tidak sadar berteriak memanggil Taksi yang lewat padahal dirinya belum sepenuhnya keluar dari halaman rumah besar milik keluarga Sanjaya. Tentu saja Hasta menoleh ke arah Jesan dan berbarengan dengan Jesan yang menatap balik ke arahnya sehingga mereka saling menatap membuat Jesan terkejut dan langsung menarik pintu mobil dan masuk dengan cepat.

“Pak cepat berangkat, saya di kejar-kejar orang gila,” bohong Jesan yang panik karena Hasta mengejarnya.

“Baik Nona,” sahut sang supir.

*

*

Setelah sampai rumah Jesan langsung berlari menuju kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sembari memeluk sebuah bantal. Jesan menangis sejadi-jadinya mengingat pertemuannya tadi di kediaman Sanjaya. Entah apa yang ia rasakan saat ini, Marah, kecewa dan rasa rindu atau mungkin bahagia melihat dan bertemu kembali kekasihnya. Semua rasa itu kini menjadi satu menyelimuti hatinya.

“Enggak, Jesan! Lu harus lupain dia … dia bukan milik lu lagi! Hasta udah jadi milik orang lain dan lu gak berhak lagi atas dirinya! Hiks! Tapi jujur gue kangen banget!” Jesan menangis kembali dengan menutupi wajahnya dengan bantal yang ia peluk tadi.

Tok

Tok

“Jesan … kamu di dalam?” teriak Andrew yang memutuskan pulang karena ia sempat melihat mereka berdua bertemu.

“Masuk aja kak,” teriak Jesan mengangkat bantal itu lalu menutup wajahnya kembali dengan bantal.

Andrew masuk dan langsung menghampiri adiknya. Ia duduk di tepi ranjang dan langsung menarik bantal yang menutupi wajah sembab Jesan,”kakak … aku, aku bertemu dengannya tadi, hiks,” tangis Jesan.

“Iya kakak tau, kemarilah,” ajak Andrew manarik tangan Jesan dan membawanya ke dalam pelukannya.

“Maafin kakak, seharusnya aku gak bawa kamu ke pesta itu,” ujar Andrew.

“Apa kak udah tau kalau dia juga datang ke pesta itu?” lirih Jesan sembari sesenggukkan.

“Iya, karena itu adalah pesta keluarga Anjani istri dari kekasihmu. Dia … dia adalah wanita yang aku cintai dan meruapakan cinta pertamaku,” ujar Andrew.

“Apa?!” teriak Jesan lalu ia melepaskan pelukannya.

“kakak serius! Jangan bercanda, aku lagi gak mood buat bercanda,” tekan Jesan.

“Tidak, aku tidak bercanda. Maaf, aku sudah berbohong karena aku juga baru tau dari Ayah jika Anjani menerima perjodohan dari keluarga Nugraha tapi aku baru mengetahuinya jika pria itu adalah kekasihmu saat kau mengajakku untuk menemui mereka saat hari pernikahannya waktu itu,” terang Andrew menahan air matanya.

Jesan menatap sendu Andrew yang menangis, tetapi tertahan. Selama ini ia tidak pernah melihat pria yang menyainginya itu serapuh ini. Jesan merasa bersalah karena dirinya bukan siapa-siapa di hidup Andrew, tetapi ia selalu memenuhi permintaannya yang bahkan saat itu melukai perasannya sendiri.

“Aku minta maaf, kak. Aku juga sudah menyakitimu dengan membiarkanmu datang dan melihat pernikahan mereka,” ungkap Jesan.

“Sudahlah, Jesan tidak perlu dibahas. Memang sudah tidak berjodoh karena dia sendiri tidak ingin bersamaku dan menolak keberadaan ku saat tadi aku mendekatinya karena jujur aku sangat merindukannya,” ujar Andrew.

“kakak benar, aku juga tidak bisa dan sudah tidak berhak berharap pada Hasta lagi karena dia sudah menjadi milik orang lain, wanita lain,” balas Jesan.

“Tidak, kau berbeda. Hasta tidak mencintai Anjani. Aku bisa melihat sikapnya tadi pada Anjani seolah ia tidak ingin di dekat istrinya. Aku melihatnya, Anjani lah yang sangat mencintai Hasta, tetapi pria itu tidak membalas cintanya,” terang Andrew.

“Aku gak percaya kak, kalau dia memang tidak mencintainya kenapa mereka menikah dan Hasta tidak pernah mencariku,” elak Jesan.

“Mereka dijodohkan, Jesan. Aku pernah mendengar gosip kalau Hasta terpaksa menerima perjodohan itu karena keluarganya memaksanya, tetapi aku juga berpikir jika lambat laun Hasta akan mencintai Anjani karena sudah lima tahun berlalu. Tapi rasanya aku salah kalau melihat sikap yang ditujukkan Hasta tadi sangat dingin pada Anjani,” ungkap Andrew.

“Hah, tetap saja dia tidak mencariku, kak,” lirih Jesan yang merasa ucapan Andrew itu hanya untuk menengkan hatinya.

“Soal itu memang kakak gak tau tapi feeling kakak, dia pasti mencarimu tapi dia bingung harus mencari kamu kemana. Karena aku membawamu ke rumah sakit yang tidak banyak orang tau. Aku takut ada orang jahat yang kembali mencarimu untuk menyiksamu. Saat aku membawamu keluar dari kebakaran itu aku melihat luka lebam di sekujur tubuhmu. Sekarang katakan pada kakak siap yang melakukannya biar kita membuka kembali kasus ini ke pengadilan dan memenjarakan pelakunya,” ujar Andrew.

“Jangan kak. Aku takut dan juga kalau aku lapor polisi aku akan menghancurkan hati seorang anak dan seorang Abang,” ujar Jesan.

“Maksudmu?”

“Hmm … maksudku yang melakukan itu padaku adalah Mama dan adiknya Hasta, kak,” ungkap Jesan.

“Apa?!”

*

*

Bersambung.

Episodes
1 Bab 1 ( Aku tertarik dengannya )
2 Bab 2 (Merasa tidak pantas )
3 Bab 3 ( Bayar pake cinta kamu aja )
4 Bab 4 ( Merahasiakan hubungan )
5 Bab 5 ( Aku ingin pergi ke London )
6 Bab 6 ( Kegelisahan Hasta )
7 Bab 7 ( Anjani Rahma Sanjaya )
8 Bab 8 ( Aku terlambat )
9 Bab 9 ( Di mana kau sekarang? )
10 Bab 10 ( Akhirnya kau milikku )
11 Bab 11 ( Andrew Giandra )
12 Bab 12 ( Pantai ... aku tidak mau kesana lagi )
13 Bab 13 ( Merahasiakan keberadaan ku )
14 Bab 14 ( Bertemu kembali )
15 Bab 15 ( Akan ku pastikan mereka membusuk di penjara )
16 Bab 16 ( Menikah diam-diam)
17 Bab 17 ( Cemburunya Hasta )
18 Bab 18 ( Mencintai istrimu sejak lama )
19 Bab 19 ( Aku akan membongkar perselingkuhanmu, Mas)
20 Bab 20 ( Hidup macam apa yang aku jalani )
21 Bab 21 ( Dia pantas menerima pukulan dari ku )
22 Bab 22 ( Sampai mati pun aku tidak akan mau bercerai)
23 Bab 23 ( Inilah akhir dari hidup ku )
24 Bab 24 ( Kebencian keluarga Sanjaya )
25 Bab 25 ( Wanita pembawa sial )
26 Bab 26 ( Aku ingin kau membebaskan Hasta )
27 Bab 27 ( Bertemu menantu )
28 Bab 28 ( Kedatangan sosok Anjani )
29 Bab 29 ( Terakhir kalinya aku menemui mu )
30 Bab 30 ( Panggilan Tuan adalah panggilan kesayangan untuk mu )
31 Bab 31 ( Dia masih memiliki tahta tertinggi di dalam hatiku)
32 Bab 32 ( Permintaan maaf Sarah dan Vanes )
33 Bab 33 ( Apa kau akan percaya, Tuan )
34 Bab 34 ( Penyesalan mu akan sangat terlambat )
35 Bab 35 ( Rencana jahat Sarah dan Vanes )
36 Bab 36 ( Koma)
37 Bab 37 ( Hukman untuk Jesan )
38 Bab 38 ( Ganti papa Korea )
39 Bab 39 ( Pengangkatan Rahim )
40 Bab 40. ( Suami tidak berguna )
41 Bab 41 ( Tidak bisa memaafkan)
42 Bab 42 ( Di mana putra ku, Tuan )
43 Bab 43 ( Sakit mental )
44 Bab 44 ( Penjara 10 tahun )
45 Bab 45 ( Aku ingin ke makam putra ku )
46 Bab 46 ( Itu namanya Karma untuk mu )
47 Bab 47 ( Jajan di luar )
48 Bab 48 ( Aku minta cerai )
49 Bab 49 ( Wanita tidak sempurna )
50 bab 50 ( Kakak terbaik )
51 Episode 51 ( Sudah lama aku ingin )
52 Bab 52 ( Kesempatan)
53 Bab 53 ( akhirnya kau datang juga )
54 Episode 54 ( kembalinya Vanes )
55 Episode 55 ( Keajaiban )
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 ( Aku tertarik dengannya )
2
Bab 2 (Merasa tidak pantas )
3
Bab 3 ( Bayar pake cinta kamu aja )
4
Bab 4 ( Merahasiakan hubungan )
5
Bab 5 ( Aku ingin pergi ke London )
6
Bab 6 ( Kegelisahan Hasta )
7
Bab 7 ( Anjani Rahma Sanjaya )
8
Bab 8 ( Aku terlambat )
9
Bab 9 ( Di mana kau sekarang? )
10
Bab 10 ( Akhirnya kau milikku )
11
Bab 11 ( Andrew Giandra )
12
Bab 12 ( Pantai ... aku tidak mau kesana lagi )
13
Bab 13 ( Merahasiakan keberadaan ku )
14
Bab 14 ( Bertemu kembali )
15
Bab 15 ( Akan ku pastikan mereka membusuk di penjara )
16
Bab 16 ( Menikah diam-diam)
17
Bab 17 ( Cemburunya Hasta )
18
Bab 18 ( Mencintai istrimu sejak lama )
19
Bab 19 ( Aku akan membongkar perselingkuhanmu, Mas)
20
Bab 20 ( Hidup macam apa yang aku jalani )
21
Bab 21 ( Dia pantas menerima pukulan dari ku )
22
Bab 22 ( Sampai mati pun aku tidak akan mau bercerai)
23
Bab 23 ( Inilah akhir dari hidup ku )
24
Bab 24 ( Kebencian keluarga Sanjaya )
25
Bab 25 ( Wanita pembawa sial )
26
Bab 26 ( Aku ingin kau membebaskan Hasta )
27
Bab 27 ( Bertemu menantu )
28
Bab 28 ( Kedatangan sosok Anjani )
29
Bab 29 ( Terakhir kalinya aku menemui mu )
30
Bab 30 ( Panggilan Tuan adalah panggilan kesayangan untuk mu )
31
Bab 31 ( Dia masih memiliki tahta tertinggi di dalam hatiku)
32
Bab 32 ( Permintaan maaf Sarah dan Vanes )
33
Bab 33 ( Apa kau akan percaya, Tuan )
34
Bab 34 ( Penyesalan mu akan sangat terlambat )
35
Bab 35 ( Rencana jahat Sarah dan Vanes )
36
Bab 36 ( Koma)
37
Bab 37 ( Hukman untuk Jesan )
38
Bab 38 ( Ganti papa Korea )
39
Bab 39 ( Pengangkatan Rahim )
40
Bab 40. ( Suami tidak berguna )
41
Bab 41 ( Tidak bisa memaafkan)
42
Bab 42 ( Di mana putra ku, Tuan )
43
Bab 43 ( Sakit mental )
44
Bab 44 ( Penjara 10 tahun )
45
Bab 45 ( Aku ingin ke makam putra ku )
46
Bab 46 ( Itu namanya Karma untuk mu )
47
Bab 47 ( Jajan di luar )
48
Bab 48 ( Aku minta cerai )
49
Bab 49 ( Wanita tidak sempurna )
50
bab 50 ( Kakak terbaik )
51
Episode 51 ( Sudah lama aku ingin )
52
Bab 52 ( Kesempatan)
53
Bab 53 ( akhirnya kau datang juga )
54
Episode 54 ( kembalinya Vanes )
55
Episode 55 ( Keajaiban )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!