Hari upacara kebangkitan pun tiba.
William sekarang berada di ruang tahta. Tempat di mana upacara kebangkitan ini akan dilakukan.
Dia sekarang bersama kedua adik dan kakaknya Eria. Ada dua pelayan yang menemani mereka juga di belakang.
"Kak, apa kamu tau ibu di mana?" tanya William. Dari tadi dia tidak melihat ibunya, sama sekali.
"Um … aku juga tidak tahu," jawab Eria. "Mungkin ibu sekarang sedang ada acara lain."
William merasa ada yang aneh dengan kakaknya. Saat melihat ekspresinya yang seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Dan juga entah mengapa dirinya juga merasakan perasaan tidak enak.
Lisbet yang memperhatikan raut wajah William, saat itu menarik-narik lengan baju William.
"Kak Wil, kakak gak papa?" tanya Lisbet.
Richard yang juga ada di sana, hanya diam. Tapi di wajahnya tampak jelas bahwa dia juga khawatir dengan William yang terlihat gelisah.
"Ya, aku tidak apa-apa," William tersenyum.
"Lihat, sepertinya acaranya akan segera dimulai."
Mendengar Eria mengatakan itu. William secara spontan langsung menoleh kearah mimbar yang ada di depan.
★★★
Terlihat ada tiga kakek-kakek mengenakan jubah putih berjalan ke arah kearah altar acara.
Semua tamu yang tadinya riuh, dalam sekejap berubah hening.
Kakek-kakek yang mengenakan jubah paling mewah terlihat berdiri yang paling depan. Di kedua tangannya ada bola kristal seukuran kelapa, berwarna transparan.
"Semuanya, terima kasih karena kehadiran kalian. Hari ini, adalah hari yang sangat spesial bagi kita semua." Kakek itu dengan suara keras berbicara didepan para tamu undangan.
"Karena hari ini akan menjadi saksi di mana anak kedua dari Yang Mulia Desir Van Bramasta, yaitu Pangeran pertama Rain Van Bramasta. Akan melakukan upacara kebangkitan."
*Upacara kebangkitan pada dasarnya bukan benar-benar membangkitkan roh, melainkan lebih seperti pembuktian didepan semua tamu yang hadir, bahwa Rain adalah pengguna roh dan juga sebagai bukti kebangsawanannya.*
William merasakan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang, saat mendengar nama kakaknya di panggil. Entah mengapa William merasa bangga saat mendengar itu.
Sayangnya William yang tubuhnya kecil, tidak bisa melihat Rain, karena tertutupi oleh para tamu yang hadir.
"Wil, apa kamu mau melihatnya dari dekat?" ajak Eria.
"Tapi kak, apa memang tidak apa-apa, bukankah acara ini memang dikhususkan untuk bangsawan?"
"Yah, memang siapa yang berani melarang kita, ayo!" balas Eria, lalu berjalan mengajak ketiga adiknya mendekat ke altar acara. "Lagi pula bukankah kita juga bangsawan? Dan bangsawan status paling tinggi, juga."
Tapi, William tidak bergerak selangkah pun dari tempatnya.
"Wil? Ada apa?" tanya Eria.
"Sepertinya, lebih baik kita di sini saja, aku khawatir … jika Ric dan juga Lis akan terhimpit diantara para tamu," kata William dengan wajah sedikit menyesal, sembari memandangi kedua adiknya yang ada di sebelahnya.
"Hahh, benar juga … mungkin memang tempat ini yang terbaik untuk kita," kata Eria dengan wajah tidak peduli. Sebenarnya dia juga tidak terlalu tertarik dengan acara seperti ini.
Dia hanya menawarkan William, karena saat itu dia memperhatikan kalau sepertinya William sangat ingin melihat Rain.
Tapi, Eria juga setuju dengan William, mengingat Lisbet dan Richard yang masih kecil, bukan tidak mungkin jika apa yang dikatakan William sebelumnya akan terjadi.
"Jika, pangeran ingin melihat lebih dekat, apa perlu aku buat jalan agar pangeran dan putri bisa mendekat," Pelayan yang berdiri di belakang mereka dan mendengarkan memberikan usulan ini, kepada keduanya.
"Tidak, itu tidak perlu, aku tidak ingin mengganggu acara ini," balas William.
"... Baiklah, jika memang itu yang Pangeran inginkan," balas pelayan itu sambil membungkuk sopan.
★★★
Dari kejauhan, William melihat Rain naik ke altar, lalu meletakkan tangannya di kristal yang di pegang kakek berjubah mewah itu menggunakan kedua tangannya.
Sesaat setelah Rain menyentuhnya, kristal itu tiba-tiba bersinar biru sangat terang.
"Woaah—," semua tamu yang ada terdengar mengeluarkan suara keterkaguman mereka.
"Indah," William juga sama dibuat kagum dengan pemandangan yang dia lihat.
"Yah, seperti yang diharapkan dari Rain," Eria yang melihatnya hanya tersenyum sambil memuji adiknya.
"Apa aku kelak juga akan seperti itu?"
Secara tidak sadar William menggumamkan itu
"Bukankah itu sudah jelas!" Eria yang mendengarnya langsung menjawabnya. Lalu memeluk adiknya itu. "dan aku yakin kamu pasti akan lebih baik darinya, Wil~." Tampak jelas wajah bahagia saat dirinya memeluk William.
Namun William tampak sebaliknya, wajahnya sekarang memerah karena malu dengan kelakuan Eria.
"K-kak?! Jangan melakukan hal seperti ini di keramaian, aku malu dilihat para tamu," kata William sambil melirik ke para tamu di sekitarnya yang tersenyum melihat kedekatan mereka berdua.
"Eh? Kenapa, padahal Lis suka lo," Eria mengeluhkan itu. Lalu memeluk Lisbet sebagai gantinya. "Iyakan, Lis~?"
"Um~," Dengan wajah bahagia Lisbet mengangguk.
"Apa Ric juga mau kakak peluk?"
"Nggak, terima kasih," balas Richard spontan.
"Eh?! Kenapa?!"
"Itu memalukan kak!" balas Richard sambil membuang wajahnya, ke arah lain.
"Eeeh!?" Eria hanya bisa memasang wajah sedih, dia tidak percaya sudah ditolak oleh kedua adik laki-lakinya di hari yang sama.
★★★
Acara pun sekarang sudah selesai, satu persatu para tamu yang hadir mulai meninggalkan tempat ini.
William dengan ekspresi canggung terlihat berjalan ke arah, Rain. Yang sekarang berdiri sendirian di balkon.
Dia sepertinya sedang memandangi suasana malam kota dari sana.
"Kak, Rain."
Rain yang mendengar suara adiknya, pun menoleh. "Wil? Apa ada sesuatu?"
Dia sedikit terkejut karena melihat adiknya yang ternyata masih ada di sini.
"Tidak, itu, um … selamat ya kak," kata William. "Selamat, karena mulai sekarang kamu sudah resmi menjadi pengguna roh."
"Apa kamu kemari hanya untuk itu?" tanya Rain.
"Y-ya," William memasang wajah canggung, sambil menjawab pertanyaan Rain. Apa mungkin kakaknya mengharapkan hadiah darinya? Pikirnya saat ini
Rain pun tersenyum. "Terima kasih … kamu harus juga segera menyusul ku oke," ucapnya sambil menepuk-nepuk pundak adiknya.
"Yah! Aku pasti akan menyusul kalian berdua!" sahut William, dengan wajah bersemangat.
Tentu saja dia ingin menjadi sama seperti Eria dan Rain yang sekarang sudah benar-benar menjadi pengguna roh.
Mendengar itu Rain sangat senang. "Bagus! Aku suka semangatmu, hahaha," ucapnya sambil mengacak-acak rambut adiknya itu.
★★★
...*Kerajaan Brama adalah kerajaan yang dijuluki The Kingdom Of Holy Knight. Itu karena sejarah kerajaan ini yang memiliki pengguna roh terkuat di dunia, setiap masanya....
...Bagi anggota keluarga kerajaan Pengguna Roh bukan hanya saja sebagai kewajiban. Melainkan juga sebuah hal yang sangat sakral, karena itu akan sama saja dengan membuktikan status kebangsawanan mereka, kepada semua rakyatnya.*...
...★★★...
...Dukung Karya ini bila suka dengan, Like dan Vote.~ Dan terima kasih atas Like dan Vote-nya....
...🙏🙏🙏...
......★★★......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸
nexs dulu nh🙄
2022-01-24
1
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
kasian Wiliam ga di hargai sama keluarganya.
2022-01-24
0
Ⴆι Ⴆσყ 404
wah pangeran William
2022-01-24
0