Sekarang William bersama dengan semua saudara dan kedua orang tuanya, berada di ruang makan.
Ruang makan yang sangat besar, bahkan mejanya saja mampu untuk menampung 50 orang untuk makan bersama.
Terlihat banyak sekali pelayan dan kesatria yang berjajar rapi di sekeliling ruangan itu.
Orang mengenakan pakaian abu-abu yang berada di sebelah Elsa adalah Desir. Raja dari kerajaan ini. Dia juga ayah kandung dari kelima anaknya.
"Ayah," panggil gadis berambut hitam ikal. Dia adalah Eria van Bramasta. Anak tertua sekaligus kakak pertama William.
"Hm? ada apa?" Sahut Desir sambil menoleh kearah anak perempuannya.
"Aku mau meminta Izin—," kata Eria sambil merajuk.
Desir dan yang lainnya menatap heran ke arah Eria. Karena sangat jarang ia, memasang wajah seperti itu. Biasanya dia adalah anak paling beringas dimana dan kapan pun.
Desir menatap heran kearahnya. "Ada apa? mengapa kamu memasang wajah aneh seperti itu, Eria?"
"Aneh? Asal ayah tau, aku baru mencoba bertingkah seperti anak perempuan pada umumnya," keluh Eria dengan menunjukkan wajah aslinya.
"Hmmm," Desir memasang wajah lurus saat melihat tingkah anaknya yang tomboy satu ini. "Jadi apa yang kamu mau?" tanya Desir.
"Aku mau minta izin, besok minggu depan, aku akan kembali ke akademi," katanya dengan ngotot. Ini sama seperti dia tidak meminta izin, tapi lebih memaksa untuk di beri izin.
"Eria, kita sedang makan kamu harus jaga sikapmu," tegur Elsa dengan senyum di wajahnya. Tapi senyuman itu terlihat sangat menakutkan.
"M-maaf bu," sahut Eria, sambil merasakan keringat dingin mengalir dari punggungnya.
"Eria, bukannya kamu liburan sekarang? tapi kenapa minggu depan kamu akan kembali ke akademi?" tanya Desir. Baru saja kemarin dia kembali dari akademi dan sekarang dia berpamitan untuk kembali lagi, sedangkan ini masih libur. pikir Desir.
"Ya, ayah. Aku ingin mengikuti pelatihan ekspedisi labyrinth bersama para seniorku. Aku juga sudah mendapat izin dari guru. Dan mereka mengizinkannya," jelas Eria dengan wajah sumringah. "J-jadi ayah bolehkah aku mengikutinya," sekali lagi Eria bertingkah layaknya gadis normal saat mengatakan itu.
Desir memandang ke arah istrinya, dan Elsa mengangguk membalas tatapannya.
"Hmm … baiklah, aku mengizinkannya. Tapi ingat, berhati-hatilah, ekspedisi labyrinth mau itu hanya latihan, tetaplah berbahaya," Desir menasehatinya.
"Ya ayah aku mengerti~, juga terima kasih~," terlihat senyum lebar dia wajah Eria sekarang.
William yang mendengar percakapan ayah dan kakaknya memasang wajah penasaran. "Ekspedisi labyrinth? apa itu?" tanya William.
"Ekspedisi, bisa dibilang menjelajahi suatu tempat sangat misterius yang belum pernah dijelajahi. Sedangkan labyrinth adalah tempat yang lebih seperti dunia di bawah tanah, dengan banyak sekali monster berbahaya di dalamnya," orang yang menjawabnya adalah Rain. Anak kedua sekaligus kakak kedua William. Dia memiliki rambut perak seperti Lisbet, mungkin dialah yang paling mirip dengan ayahnya yang juga memiliki rambut perak. Dia berumur 11 tahun sekarang dan dua tahun lebih muda dari kakaknya Eria.
Mendengar itu William memasang wajah kagum pada kakaknya Eria. "Woah~ kakak, bukankah itu keren!"
Mendengar keterkaguman adiknya, Eria menunjukkan senyum sombong di wajahnya, sambil membusungkan dadanya yang bahkan belum tumbuh itu.
"Hump! tentu saja, kakak memang sudah keren dari dulu~." Dia sangat senang saat adiknya memuji dirinya.
"Uhum, kalian berdua jangan terlalu banyak bicara saat kita sedang makan," sekali lagi Elsa menegur anak-anaknya.
"M-maaf," keduanya pun langsung menunduk meminta maaf dan terdiam.
★★★
Keesokan harinya.
"William, akan kupancing mereka keluar kamu bersiap," Rain dari kejauhan berteriak memberitahu William.
"Ya," William yang sudah bersiap di tempatnya menjawab seruan kakaknya.
William mencengkeram pedang yang ia pegang dengan kedua tangannya lebih kuat.
Disisi lain Rain terlihat mengendap melompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Dia sekarang sedang memancing kelinci bertanduk yang mengejarnya di belakang, ketempat William.
William hanya diam mengamati pergerakan kakaknya itu. Dari situlah dia bisa mengira-ngira dimana posisi hewan buruan mereka sekarang.
Saat Rain sudah berjarak 10 meter dari William. Dia langsung melompat ke belakang adiknya itu.
[Keuuack!]
Disaat yang hampir bersamaan dua kelinci bertanduk melompat dari balik semak.
William yang sudah bersiap dari tadi, langsung menebas mereka.
"Haaa!" Satu tebasannya mengenai salah satu kelinci bertanduk itu.
*Siing
Kelinci bertanduk itu langsung terbelah menjadi dua bagian.
Satunya yang masih hidup, langsung berbalik karena melihat temannya mati dibunuh oleh William
"Kakak! satunya melarikan diri!" William langsung memberitahu kakaknya.
"Serahkan padaku!" Rain yang juga menyadari itu, menggunakan tombaknya langsung menyerang hewan buruan mereka yang mencoba melarikan diri itu, dengan cara melempar tombaknya lurus kearah buruannya itu.
Tapi sayang kelinci bertanduk dengan lincah melompat ke samping menghindarinya. Lalu menghilang diantara semak.
"Cih! Sial dia lolos!" Rain juga merasa kesal karena serangannya gagal mengenai sasaran.
"Maaf kak, seharusnya aku lebih gesit," William merasa bersalah karena dirinyalah salah satu hewan buruan mereka lepas.
"Hahh, tidak itu bukan salahmu. Makhluk itu memang sangat lincah. Bahkan kita perlu menjebaknya seperti ini, agar bisa mendapatkannya. Walau hanya dapat satu, tapi ini sudah cukup," kata Rain mencoba menghibur adiknya yang terlihat merasa bersalah.
Rain yang melihat adiknya sama sekali tidak merespon. Mencoba mencari pembahasan lain.
"Sebelum pulang, bagaimana kali kita panggang dan makan ini dulu," ajak Rain sambil menenteng hewan buruan yang mereka berdua dapatkan.
"Ya," balas William singkat.
★★★
Beberapa saat kemudian.
"Wil, ambilah ini. Awas masih panas," Rain memberikan sepotong daging panggang hasil buruan mereka kepada William.
"Terima kasih," balas William. Terlihat William meniup-niup daging yang baru selesai dipanggang itu. Lalu memakannya. "Woaah~ aku tidak menyangka akan seenak ini," ini adalah pertama kalinya William diajak berburu kakaknya. Dan juga pertama kali dirinya memakan hewan hasil buruannya.
Rasa manis dari daging segar serta lemak daging yang meleleh di mulut benar-benar memanjakan lidahnya. Walau tanpa garam sekalipun, daging ini masih terasa enak.
"Baguslah kalau kamu suka," balas Rain dengan senyum senang melihat adiknya.
"Kak, aku dengar kamu minggu depan akan melakukan upacara kebangkitan roh," tanya William sambil memakan daging panggang yang dia pegang.
Rain mengangguk. "Yah, jujur aku sedikit gugup. Hahaha," terlihat Rain memasang wajah kecut, dengan tawa bermasalah.
"He? Kenapa?" William hanya heran mengapa kakaknya malah memasang ekspresi seperti itu.
"Mau bagaimana lagi, aku tidak terlalu terbiasa dengan acara seperti itu, jadi aku gugup," Rain hanya mengatakan yang sebenarnya.
Membayangkan dirinya berada di posisi kakaknya, William perlahan mulai memahami apa yang dirasakan kakaknya sekarang. Dirinya juga sering merasa gugup jika di ajak ke acara perjamuan atau semacamnya.
"Yah, benar juga," balas William dengan senyum bermasalah.
"Tapi kelak kamu juga akan mengalaminya William,"kata Rain.
"Aku penasaran sebenarnya untuk apa upacara itu."
"Itu hanya sebagai pembuktian bahwa kita adalah penggunan roh, kepada seluruh orang di kerajaan ini," jelas Rain.
Apa hal itu memang perlu dilakukan? pikir William. Tapi ada hal yang lebih menjadi pertanyaannya sekarang.
"Oh iya kak, tapi bagaimana jika kita tidak memiliki kekuatan roh pada tubuh kita?"
"Itu tidak mungkin, semua anggota kerajaan adalah pengguna roh. Ayah dan ibu bahkan pengguna roh, jadi sudah pasti karena kita anak mereka, pasti kita juga pengguna roh, bukan?"
Rain hanya berpikir karena mereka adalah keturunan pengguna Roh maka sudah pasti jika mereka juga adalah pengguna roh.
Sebuah pemikiran yang sederhana. Dan William juga sependapat dengan hal itu.
"Ya kamu benar juga kak, ahaha … aku terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu," katanya sambil menggaruk belakang kepalanya.
"Tapi William, jika kamu besar kelak, aku yakin kamu pasti akan menjadi pengguna roh yang hebat."
"Hm? Bukankah kakak lebih pantas untuk itu?"
William hanya tidak paham apa yang membuat Rain mengatakan itu mengenai dirinya. Menurutnya kakaknya lah yang jelas lebih hebat darinya.
"Tidak, saat aku seusia mu aku bahkan tidak pandai menggunakan pedang, berbeda denganmu yang terlihat sangat mahir dalam berpedang, seperti sekarang." Rain yang mengatakan apa yang dia lihat dari sudut pandangnya.
Seorang pengguna roh. Kehebatan mereka tidak hanya dilihat dari kemampuan mereka dalam mengendalikan dan memanipulasi energi roh. Tapi juga kecakapan dalam menggunakan senjata.
"Tapi yang mengajariku pedang adalah kamu kak. Bahkan kamu lebih hebat dalam menggunakan tombak," William hanya tidak setuju dengan pemikiran kakaknya ini. Baginya kakaknya lah yang jelas lebih hebat darinya.
"Tapi kamu bisa mengembangkan apa yang aku ajarkan Wil, itulah yang membuatku kagum." Rain sadar adiknya sangat lah cepat dalam memahami sesuatu. Tidak dipungkiri bahkan apa yang diajarkan bisa dipelajari adiknya ini dengan sangat baik.
Walau itu hanya sebatas dasar berpedang. Tetap Rain sadar bahwa adiknya sangat berbakat dalam hal ini. Dan itulah yang membuatnya lebih lihai dalam menggunakan pedang dibandingkan dirinya.
Rain pun melanjutkan. "Pokoknya, saat kita besar kelak. Kita berdua akan menjadi kesatria roh terhebat di kerajaan ini, dan mengalahkan Eria, oke!"
"Ya!" sahut William dengan wajah semangat.
*Sebuah janji yang tidak sengaja terbentuk dari ucapan kakak beradik ini.*
...★★★...
...Dukung Karya ini bila suka dengan, Like dan Vote.~ Dan terima kasih atas Like dan Vote-nya....
...🙏🙏🙏...
......★★★......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸
eh..kirain tadi mau nusuk apaan, dah ternyata kelinci toh🙄
2022-01-24
1
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
kisahnya rumit.td penasaran sama Wiliam
2022-01-24
0
Rhina sri
jadi penasaran sm wiliam🤔🤔
2022-01-24
0