Melisa kembali dibuat gelisah karena foto ciuman panasnya dengan sang mertua meskipun telah di edit namun Ia tetap merasa khawatir. Ia melihat foto yang diaploud oleh salah satu akun di salah satu media sosial terkenal. Ia memperhatikan dengan seksama dan betapa terkejutnya Dia karena foto itu diambil saat Ia dan Aryo sedang berciuman mesra di kamarnya sendiri.
"Hah! In-ini diambil dikamarku, si-siapa yang telah mengambilnya?! Ah..Zavierrrrr..benar itu pasti ulahnyaa.." Melisa menggerutu sorot matanya tajam.
Siang Harinya Melisa segera mendatangi kantor Zavier dengan hati yang menyala-nyala. Ia turun dari mobil langsung berjalan cepat dengan wajah yang merah menahan marah yang siap untuk diledakkan Ia mengabaikan semua karyawan yang menyapa saat berpapasan dengannya karena sebagian tahu bahwa Melisa adalah Ibu Tiri dari Zavier bosnya.
"Zavier!" Melisa tanpa mengetuk pintu langsung masuk dan berteriak.
"Ketok pintu dulu kek." Ucap Zavier santai.
Zavier yang baru duduk di kursi segera beranjak dan mendekati Ibu Tirinya itu.
"Kamu! Pasti ulah Kamu ya foto itu pasti Kamu yang mengambilnya." Berkata dengan sengit.
"Padahal semua nggak bakalan tahu bahwa itu Kamu termasuk Ayah Bagaskara, atau Kamu ingin foto yang lebih jelas tersebar." Ancam Zavier.
"Kamu!" Berkata sambil menunjuk muka Zavier.
"Pergilah, kalau bisa segera pergi dari kehidupan Ayahku tak ada gunanya juga Kamu berada disampingnya bukankah ada Aryo...." Ucap Zavier dengan menyeringai menampakkan giginya yang rapi.
"Kamu!" Geram Melisa sambil menunjuk.
"Hahahaha...sebaiknya Kamu menyerah Kamu tidak akan pernah bisa menjadi bagian dihati Ayah ku." Ucap Zavier Ia tersenyum menyeringai.
Melisa menghentakkan Kakinya dan berbalik pergi dan membanting pintu dengan keras.
"Brak."
"Kamu salah satu biang dari terbunuhnya Ibu." Ucap Zavier dalam hatinya Ia mengepalkan kedua tangannya.
Melisa sungguh dibuat marah oleh Zavier Ia berjalan keluar Hotel dengan perasaan yang amat teramat marah. Namun Melisa masih beruntung semua foto nya masih diblur Zavier masih memberikannya kesempatan untuk menikmati hidup namun tidak akan lama Zavier dan Zayn tidak akan melepaskannya tinggal menunggu waktu yang tepat saja saat ini biar Melisa merasakan sedikit spot jantung.
"Benar-benar Zavier ini...melepaskan Bagaskara..tidak-tidak akan kulepaskan Dia yang sudah susah payah Aku perjuangkan mana mungkin Aku lepas begitu saja." Geram Melisa dalam hatinya Ia berjalan dengan sorot wajah tajam alis mata yang mengkerut.
Saat tiba diparkiran Melisa yang berjalan terburu-buru menabrak seorang wanita hingga jatuh tersungkur. Dia adalah seorang cleaning service siapa lagi kalau bukan Thalia, bukannya minta maaf Melisa malah memaki-maki Thalia kemudian berlalu pergi melajukan mobilnya dengan kecepatan yang kencang.
"Brukk! Matamu buta lihat-lihat kalau jalan dasar udik." Berucap dengan nada yang tinggi kemudian berlalu pergi.
"Argh... ishh." Thalia mengerang jatuh tersungkur.
Kemudian Thalia bangkit dan berjalan menuju ke ruangan khusus untuk petugas cleaning service.
Thalia yang hanya seorang cleaning service hanya diam tertunduk Dia tidak mau berurusan dengan orang yang berduit dan seangkuh Melisa Ia berfikir hidupnya saja sudah susah jadi lebih berhati-hati dalam bersikap.
Lalu..
Sore Harinya ketika Thalia hendak pulang ke rumah tiba-tiba Thalia mendapat telfon dari pihak Rumah Sakit bahwa Ibu yang cintanya kondisiny menurun drastis.
"I-iya Dok Saya segera kesana."
Thalia bergegas menuju RS tempat Ibunya dirawat kini Ibunya telah dipindahkan diruangan khusus untuk pasien yang sedang dalam kondisi kritis. Dan harus dengan menggunakan baju khusus dan masker jika ingin melihatnya.
"Tit-tit-tit" Suara dari mesin yang menjaga tanda-tanda vital Ibunya Thalia.
"I-Ibuu...kumohon bertahan ya...Ibu pasti sembuh.. hugh-hughs." Thalia yang menggenggam tangan Ibunya terisak.
"Thalia..." Lirih Zavier mengatakannya.
"Bos!?" Thalia terkejut.
"Nggak usah bingung... bodyguardku sudah memberitahu semuanya, Kamu harus kuat apapun yang akan terjadi nanti." Dengan suara rendah Zavier menguatkan Thalia.
"Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.................." Layar mesin menunjukkan garis lurus.
"Ibu...huhuhuhu!!!!
"Kita keluar dulu, biar Dokter yang memerikasa." Ucap Zavier Ia memegang bahu Thalia diajaknya untuk menunggu diluar.
Dokter memeriksa kondisi Ibunya Thalia dan tidak lama keluar. Betapa terkejutnya Thalia saat Dokter menyatakan bahwa Ibu Thalia sudah meninggal. Thalia kembali menangis terisak, Ia tidak bisa membayangkan harus hidup sendiri dikota yang besar tanpa adanya seorang Ibu. Keluarga pun tidak ada yang peduli dengannya.
Jenazah Ibu Thalia langsung di antar menuju tempat pemakaman umum yang sebelumnya sudah dipersiapkan oleh Zavier. Zavier sebelumnya sudah tiba sebelum Thalia tiba di RS dan sudah berbicara dengan Dokter yang merawat nya, jadi Zavier segera memerintahkan Bodyguard nya untuk mempersiapkan pemakamannya jika nanti Ibu Thalia menghembuskan nafas terakhir Ia sudah mempunyai liang untuk kuburannya.
Setelah jenazah dimakamkan Thalia terisak dipusara Ibunya Ia mengelus papan nama yang tertancap, Zavier yang sedari tadi menemani hanya terdiam dengan mata berkaca-kaca sekaligus juga menetes air matanya. Zavier ditemani oleh para bodyguard nya Akbar Asistennya menghandel semua pekerjaan Zavier. Setelah itu Thalia diantarkan pulang untuk istirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments