Dimeja ruang kerjanya sore itu Bagaskara duduk termenung masih memikirkan saat dirinya melihat Zavier siang itu, terbesit di pikiran Bagaskara bahwa Zavier yang saat ini kemungkinan saudara kembarnya.
"Ah..apa mungkin kalian sudah bertemu? Kalaupun bertemu kenapa Aku tidak diberitahu?" Bagaskara bergumam dalam hatinya.
"Apa yang saat kamu pikirkan, nak...?" Kakek Iskandar menghampiri saat tidak sengaja melihat Bagaskara yang diam termenung saat itu pintunya tidak tertutup.
''Ehh...Kakek? Sejak kapan Kakek disini?" Bagaskara terkejut.
"Sejak tadi Bagaskara cucuku..." Berbicara dengan suara serak sambil duduk didepan Bagaskara.
"Aku curiga Kek..Zavier yang saat ini hadir bukanlah dirinya, apa...mereka sengaja bertukar identitas..." Berkata dengan lirih namun masih didengar.
"Kalaupun iya biarkan saja..Kakek juga curiga namun Kakek diamkan, suatu saat mereka pasti terbuka, Kamu fokus saja dengan pekerjaanmu dan mintalah anak buah mu untuk melindunginya diam-diam, Kakek mempunyai firasat yang tidak enak, skandal Aryo membuat perusahaan pusat menurun drastis hanya dalam semalam takutnya Aryo yang tamak gelap mata untuk merebut kembali aset dan saham kenanga yang sudah aku kembalikan menjadi haknya Zavier." Jelas Kakek Iskandar.
"Kakek benar...jangan-jangan yang menyebarkan skandal itu juga ulah mereka...Aryo itu Ayahku namun kelakuannya seperti binatang, Dia kejam! Bahkan kepada istriku sendiri dan juga sahabatku Kek! Kemarin Asistenku bilang bahwa Indah dan Raihan dibunuh kemungkinan ulah Ayah Aryo, tapi saat saksi mau diamankan oleh anak buahku Ia sudah tewas, Huhuhu..." Bagaskara terisak menggeram marah tangannya mengepal.
"Sabar...Kakek merasa hidup Kakek tidak lama lagi Bagas....firasat ku tidak enak." Kakek Iskandar berkata lirih.
"Kakek jangan berfikiran seperti itu, Aku dan anak buahku akan terus menjagamu.'' Ucap Bagas.
Mereka berdua terhanyut dalam percakapan yang serius dan berakhir saat menjelang magrib, keduanya beranjak untuk beribadah dan beristirahat.
Keesokan harinya Kakek Iskandar di temani Asistennya sedang berada di taman belakang rumah, menikmati hangatnya sinar matahari pagi sambil menikmati secangkir teh dan sepotong roti isi, suasana menjadi agak canggung ketika Aryo datang, Bagaskara berangkat ke restoran nya agak pagi karena ada meeting untuk acara ulantahun Kakek Iskandar besok jadi Ia tidak mengetahui kedatangan Aryo.
"Tap..tap..tap." Suara langkah kaki dan semuanya menoleh.
"Tumben, Kamu ingat Ayahmu... mari duduk dan sarapan." Kakek Iskandar menyapa dengan heran.
"Hehehe...gimana kabar Ayah...? Slurrpp.." Tertawa mengakrabkan diri, Sambil menyeruput teh yang dituangkan Asistennya Iskandar.
"Seperti yang Kamu lihat..Aku masih sehat setidaknya untuk saat ini, Biarkan Bagas dan anak-anaknya hidup tenang Aryo...Bukankah perusahaan pusat sudah menjadi milikmu, Kamu sudah banyak melakukan kejahatan Aryo." Ucap Kakek Iskandar serak namun tegas dan penuh penekanan, Kakek Iskandar tahu maksud dari kedatangan Aryo saat menatap matanya. Kakek Iskandar diam-diam juga bisa membaca pikiran seperti kedua cicitnya.
"Hahaha....tanpa buang tenaga Aku menjelaskannya Ayahpun sudah tahu maksudku, itu yang tidak Aku suka dari Ayah...selalu ikut campur urusanku, saham kenanga seharusnya menjadi milikku tetapi malah dilimpahkan untuk Zavier, membuat saham yang ku punya diperusahaan pusat lebih sedikit dibanding miliknya, Aku tidak bisa sepenuhnya mengendalikan perusahaan itu Ayah!!" Aryo tertawa hambar berkata dengan nada yang agak tinggi.
"Namun, Kau bisa membuat perusahaan itu jatuh Aryo." Agak kejauhan Zayn yang saat ini Zavier menyahut ucapan Aryo dengan keras, Zayn tersenyum miris sambil berjalan mendekat lalu duduk.
"Hah! Sejak kapan kau berada disini?!" Aryo terkejut.
"Kenapa... apa bocah ingusan sepertiku membuatmu takut, Kakek? Takut...rahasiamu kebongkar!" Zayn berkata dengan berani.
"Braaak..Kau!!" Aryo menggebrak meja lalu melangkahkan kaki meninggalkan mereka berdua dengan perasaan jengkel.
"Zavier......."
"Iya, Kakek maaf..hehe.." Zayn tersenyum lepas.
Tinggallah Kakek Iskandar dan Zayn di taman itu mereka mengobrol tentang pekerjaan penuh dengan senyum dan tawa, disini Zayn yang banyak bicara dan bercerita hati Zayn sangat senang karena Kakek Iskandar memang seperti yang di ceritakan Ibunya dulu, Ia sangat penyayang dan hangat kasih sayang yang dulu hilang kini Zayn dapatkan kembali. Hingga, senyum Zayn pudar saat Kakek Iskandar mengetahui bahwa yang dihadapannya sekarang bukan Zavier, namun Ia tidak marah sebagai Kakek buyut yang mengurus Zavier sejak bayi tentu tahu sifat dan karakter cicitnya itu, apalagi saat mengetahui informasi dari Assistenya bahwa Bagaskara masih ada anak lain yang masih hidup namun Ibunya telah dibunuh, semakin yakin Iskandar bahwa yang sekarang ini bukanlah Zavier namun Saudara kembarnya.
''Lalu...Zavier yang sebenarnya sekarang dimana?" Bertanya dengan tegas dan nada rendah.
"Haa..Ka-kakek buyut tahu..A-Aku bukan Zavier! Zayn terkejut bibirnya terbuka dadanya berdebar sehingga membuat bicaranya terbata-bata.
"Hehehehehe...tentu saja Aku tahu, Aku yang mengurusnya sejak kecil, Zavier menghormatiku jadi meskipun jengkel dan marah dengan Kakeknya Ia diam dipendam dalam hatinya, tidak berani sepertimu lagi pula meskipun watak kalian sama tapi Dia juga tidak cerewet sepertimu dan satu hal lagi, gelang yang dipakai Zavier warna biru sedangkan punyamu warna merah." Kakek Iskandar tertawa dan dengan nada sedikit mengejek dengan suara serak yang khas.
"Maafkan Aku Kakek buyut, Zavier sekarang menggantikan posisiku, Aku Zayn...Ibuku memberi nama Reza Zayn Bagaskara, Aku sangat senang seolah kasih sayang yang dulu hilang kini kembali lagi." Zayn terisak mengingat kematian Ibu dan Om Reihan.
"Kakek tahu...betapa malangnya nasipmu? harus menyaksikan pembunuhan itu berturut-turut." Iskandar berkata saat mengetahui pikiran Zayn.
"Kakek bisa membaca pikiranku??'' Zayn melongo.
"Iya..kemampuanmu dan kemampuan Kakek merupakan warisan dari leluhur, tapi hanya yang terpilih saja yang bisa memiliki kemampuan Ini, Bagaskara dan Aryo saja tidak bisa." Iskandar menjelaskan.
"Oh, jadi begitu...tapi maafkan Aku, Aku harus tetap membalas dendam Kek...!'' Zayn kembali menggeram marah salah satu tangannya mengepal sorot matanya tajam.
"huufft...mungkin sudah saatnya Kakek buyut ini juga sudah tua, Aku sudah lama meredam emosi Bagaskara dan Zavier karena bagaimanapun Aryo Anakku, lagi pula Kakek buyut merasa umur Kakek sudah tidak lama lagi." Menghela nafas dan mengusap wajahnya dengan kasar, wajah yang keriput itu menunjukkan kesedihan yang mendalam.
"Jangan bilang bahwa Kau juga akan pergi meninggalkanku kekk, Aku baru saja menemukan kebahagiaan ini..!" Zayn terisak sambil memeluk Kakek Iskandar."
"Semua yang punya nyawa pasti mati nak." Kakek Iskandar mencoba menenangkan.
Sedangkan diruangan lain masih didalam rumah yang sama Aryo kini sedang bermesraan dengan Melisa, walaupun tidak sampai bertukar peluh namun bibir Melisa habis dilumat Aryo dan bagian dadanya penuh dengan tanda merah. Aryo yang saat itu marah melangkahkan kaki meninggalkan Kakek Iskandar dan Zayn diam-diam menyelinap masuk kedalam kamarnya Melissa.
"Hemmptt..hh." Melisa terngah-engah saat bibirnya dilumat habis dengan Aryo.
"5" menit kemudian pagutan tersebut terlepas, kedua bibir mereka basah dengan air liur keduanya. Tak lama kemudian Aryo berpamitan pergi dengan senyum puas, tanpa mereka sadari aksi mereka diam-diam ada yang merekam, anak buah Zayn memang selalu mengawasi gerak-gerik Aryo dan lihai saat bersembunyi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments