BAB 08. Ancaman untuk Feri

Aryo yang ada diruangannya merasa marah dan frustasi karena setiap hari ada investor yang menarik saham nya sedangkan pendapatan mulai menurun, Perusahaan Pusat yang dikelola Aryo ini bergerak dalam bidang otomotif sedang mengalami penurunan penjualan secara drastis, membuat keuangan menjadi kembang kempis. Karena vidio panas Aryo membuat koleganya merasa ilfill, kebanyakan mereka bertahan menanam saham diperusahaan pusat karena segan dengan Kakek Iskandar, kini karena vidio panas itu membuat citra dari perusahaan Aryo tercoreng dan kebanyakan pelanggan yang berasal dari kalangan elit tidak mau berlangganan lagi ditempatnya.

''Siaaalann... dalam semalam oendapatanku menurun BRAAAAKKK !!"Aryo menggebrak meja.

"tok..tok.." Assisten Aryo masuk.

"Apa sudah kau dapatkan siapa pelakunya?" Aryo penasaran.

"Maaf, belum Tuan. Kemungkinan kamera tersembunyi tersebut dipasang saat mobil Nyonya Melisa dirumah, Saya juga belum sempat mengecek mobil Nyonya Melisa untuk memeriksa keberadaan kamera tersembunyi tersebut." Jelas Asisten Aryo.

"Zavierrrr.......Aku yakin ini ulahnya, kenapa Dia sekarang terlihat berani!!?" Aryo menggeram marah.

"Tapi menurut informasi, Tuan Zavier sejak habis makan siang dengan Tuan Bagaskara Ia tinggal di Apartemen nya sampai sekarang Tuan...." Asisten nya menambahkan.

"Oh..benarkah!! Aarrgghhkk..lalu siapa yang berani macam-macam denganku!! Hanya dalam waktu semalam saja Ia membuatku diambang kehancuran!!'' Aryo berkata dengan wajah merah dan melotot tajam karena marah.

"Tok..tok..tok.." Melisa Masuk keruangan Aryo.

"Ada apa lagi?!" Kata Aryo.

"Saya permisi Tuan." Assisten Aryo melangkah keluar.

"Vidio kita! Nanti kalau Bagaskara tahu itu A-aku gimana!" Melisa panik.

"Tenangkan dirimu dan kecilkan suaramu, yang cemas itu Aku bukannya Kamu! Aku rugi secara finansial Melisa, investorku satu persatu menarik sahamnya dan pemasukan ku menurun, Kamu masih aman karena video itu disensor." Berkata dengan penuh penekanan.

"Tapi Ayaaaahh...A-a..hemmphht." Ucapan Melisa terhenti saat Ia mendekati Aryo tanpa aba-aba dengan rakusnya Aryo melumat habis bibir nya hingga beberapa detik berlalu.

"Tenangkan dirimu, oke? Akan kuselidiki dan cari orangnya, cepatlah pulang.'' Aryo berkata sambil memeluk Melisa.

"Baik, Ayah." Melisa patuh.

Masih di perusahaan yang sama namun diruangan yang berbeda, Feri Ayah Melisa sedang panik dan ketakutan, selain memikirkan perusahaan yang tidak stabil, kini Ia lebih cemas bila kejadian beberapa tahun silam terbongkar tatkala Ia membunuh Reihan dan juga Kenanga.

''Apa Kau masih ingat dengan foto ini bangsaaaat!! Kau salah satu dari mereka yang membunuh penyelamatku saat itu. Akan kupastikan Kau merasakannya bahkan lebih parah!! ''

Feri setelah melihat foto Reihan dan fotonya sendiri ketika tertawa saat mobil Kenanga penyok tak berbentuk setelah tabrakan itu seketika pucat dan ketakutan.

''Bangsaaat! Siapa yang berani macam-macam denganku! Aku yakin saat itu sama sekali tidak ada orang, arrrrgghh...!" Feri menggeram marah dan mengepalkan tangannya giginya gemeletuk matanya melotot.

"Kring..kring.."

''Hallo..."

"Apa Kau senang dengan hadiahku, hemm?" Ucapnya santai.

"Siapa Kau! Jangan macam-macam denganku!'' Feri berkata dengan nada yang tinggi.

"Kau tidak perlu tahu siapa Aku, yang jelas kau dan Aryo perlahan akan hancur ditanganku, hahahahaa......." Orang diseberang berkata dengan menyunggingkan senyum.

"Hallo..hallo..!" telepon dimatikan.

"Braaakkk...Siaalaaann...!!!" Feri mengumpat kesal.

***********

Zavier yang saat ini menjadi Zayn kini sedang berada di sebuah Rumah Sakit ditemani Asistennya Zayn mereka saat ini sedang menghadiri sebuah acara amal bagi para penderita kanker. Zavier menggunakan masker dan kacamata hitam berjalan santai dikoridor Rumah Sakit menuju gedung Aula, sampai di Aula Zavier duduk dengan diam mengikuti semua sesi acara. Zavier termasuk sebagai pendana terbesar diRumah Sakit tersebut, RS ini teruntuk Anak-Anak yatim piatu dan orang yang tidak mampu, masih satu yayasan yang sama saat Zayn dulu tinggal dan dibesarkan.

Satu jam berlalu dan acara sudah selesai, pasien segera masuk kembali ke kamar rawatnya masing-masing. Saat berjalan keluar Zavier melihat seorang perempuan yang dikenalnya sedang duduk menangis di bangku taman.

"Lho..itu Thalia, kenapa dia ada disini?" Zavier bergumam pelan.

"Oh..Dia Anak dari pasien penderita kanker yang sudah sering bolak-balik masuk RS Tuan, kata dokter yang menangani umur Ibunya sudah tidak lama lagi karena sudah parah, anak itu membiayai semuanya sendiri meskipun sebagian biaya sudah ditanggung yayasan tetapi baginya nya masih cukup besar. Tuan mengenalnya?" Ucap Tegar Asistennya.

"Dia salah satu karyawan ku, Kamu kemobil duluan nanti Aku menyusul." ujar Zavier yang perlahan pergi menjauh.

" Baik Tuan." Tegar patuh.

"Kenapa bersedih, hemm?? Ucap Zavier dengan lembut ketika sudah didekat Thalia dan duduk disampingnya.

"Emmm...Anda Siapa?" Thalia tidak mengenalnya karena Zavier masih mengenakan maskernya.

"oh..iya Aku lupa.'' Sambil membuka masker dan kacamata nya.

"Tuaaan! Kenapa Anda disini?" Heran Thalia.

"Oh...Tadi Aku menjenguk temanku disini, jangan bersedih lagi ya.." Berkata sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Thalia.

''Eh..." Thalia tersentak kaget karena perlakuan Zavier yang lembut.

"Kruuk..kruuuk''

"Kamu lapar?? Ayo cari makan, biar diantar Asistenku sekalian kuantar pulang.'' Zavier bicara dan langsung berdiri menggandeng tangan Thalia, yang digandeng hanya mlongo dan nurut saja.

''Kok..Aku nurut saja sihh, sikapnya lembut sekali.'' Ucap Thalia dalam hatinya yang bisa didengar juga sama Zavier.

Tegar yang melihat tingkah Tuanya itu hanya bisa geleng-geleng didalam mobilnya.

''Jangan-jangan....Zavier juga tertarik sama perempuan ini, huft....!" Tegar bergumam dan membuang nafas kasar.

"10" menit kemudian mereka sampai di restauran yang dimaksud dan mereka mulai makan, Thalia merasa canggung berada dalam situasi ini dan tidak banyak bicara, hanya Zavier yang menunjukkan perhatiannya. Thalia merasa heran dengan perlakuannya yang berbeda saat di kantor, namun Ia abaikan karena hatinya yang sedih memikirkan sang Ibu.

Saat keluar restauran tidak sengaja mobil Ayah Bagas lewat dan memperhatikan mereka, Zavier yang sedang berjalan dan membukan pintu mobil untuk Thalia tersebut menyita perhatian Bagaskara Ayahnya.

"Zavier...bersama siapa? Dan...kenapa ada disini, bukannya tadi bilang "5" menit lagi mau rapat?" Bagaskara bergumam dalam hatinya.

Tetapi ketika akan menghampiri, mobil Zavier sudah melaju menjauh dan Ayah Bagas kembali melanjutkan saja perjalanannya. Bagaskara penasaran dengan penampilan Zavier saat sebuah masker menggantung di dagunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!