Pamit Setelah Sarapan

vPagi di rumah Ariana terasa hangat dengan aroma masakan yang menggugah selera. Dewa duduk di meja makan bersama keluarga Ariana, menikmati hidangan sederhana yang terasa begitu istimewa setelah sekian lama makan makanan rumah sakit.

"Jadi, kamu benar-benar mau pulang pagi ini?" tanya Ardan sambil menyendok nasi ke piringnya.

Dewa tersenyum. "Iya, Bang. Ezra udah jemput di depan. Kalau nggak, bisa-bisa dia keburu pergi ninggalin aku."

Ibu Ariana menggeleng pelan. "Tapi setidaknya sarapan dulu. Masa pulang dengan perut kosong?"

Dewa tertawa kecil. "Itu dia alasannya aku masih duduk di sini, Bu."

Ariana yang duduk di sampingnya menatapnya sambil memainkan sendok. "Kalau udah pulang nanti, jangan lupa sering mampir," katanya dengan nada setengah protes.

Dewa menoleh dan tersenyum. "Pasti. Aku nggak bakal jauh-jauh kok."

Setelah sarapan, Dewa akhirnya berdiri dan mengambil tasnya. "Terima kasih untuk makanannya, Bu. Terima kasih juga udah izinkan aku nginap."

Ibu Ariana tersenyum hangat. "Kapan pun kamu mau datang, rumah ini selalu terbuka buat kamu, Nak."

Dewa lalu menoleh ke Ariana. "Jaga diri baik-baik, ya."

Ariana mengangguk. "Kamu juga."

Ardan menepuk bahunya. "Hati-hati di jalan, Bro."

Dewa melangkah keluar dan melihat Ezra sudah menunggunya di mobil, mengetukkan jarinya di setir dengan ekspresi tak sabar. Begitu Dewa masuk, Ezra menoleh. "Akhirnya! Gue pikir lo bakal tinggal di sana selamanya."

Dewa terkekeh. "Bisa jadi."

Ezra hanya mendengus, lalu menyalakan mesin dan melajukan mobil. Dari kaca spion, Dewa melihat Ariana dan keluarganya melambaikan tangan. Ia tersenyum kecil—ini bukan perpisahan, hanya jeda sebelum ia kembali lagi.

...****************...

"Kamu betah banget di sana, ya?" Ezra membuka percakapan dengan nada menggoda.

Dewa terkekeh. "Ya gimana, situasinya nggak memungkinkan buat ninggalin Ariana sendirian."

Ezra melirik sekilas. "Tapi sekarang dia udah di rumah, kan? Kondisinya juga jauh lebih baik."

Dewa mengangguk. "Iya, tapi tetap aja… aku masih kepikiran dia. Setelah semua yang terjadi, aku cuma pengen dia benar-benar pulih."

Ezra menghela napas sambil menggeleng. "Gue ngerti, Bro. Lo beneran sayang sama dia."

Dewa hanya tersenyum kecil, menatap ke luar jendela.

Mereka melewati deretan pepohonan yang menjulang di sisi jalan. Ezra menurunkan kaca jendela, membiarkan angin segar masuk. "Jadi, lo ada rencana buat balik ke sana lagi dalam waktu dekat?"

"Pastilah," jawab Dewa cepat. "Gue bakal sering nengokin dia. Gue nggak bisa jauh-jauh dari Ariana."

Ezra tersenyum miring. "Ya udah, kalau gitu kapan-kapan gue ikut. Biar gue lihat langsung sejauh mana perkembangan kalian."

Dewa tertawa kecil. "Lo ini kepo atau peduli sih?"

"Keduanya," jawab Ezra santai.

Mobil terus melaju, membawa mereka ke arah kota. Meski perjalanan ini terasa ringan dengan canda tawa, di dalam hati Dewa masih terselip satu doa—agar Ariana benar-benar bisa pulih dan mengejar impiannya.

...****************...

Sambutan Hangat Ibu dan Adik Dewa

Begitu Dewa membuka pintu rumah, aroma masakan menguar dari dapur, menyambutnya dengan kehangatan yang begitu ia rindukan. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, suara riang menyambutnya lebih dulu.

"Kak Dewa!"

Seorang gadis kecil berlari menghampirinya dan langsung melompat memeluk pinggangnya. Dewa tertawa kecil dan mengusap kepala adiknya yang berusia delapan tahun, Nayla.

"Nayla kangen banget sama Kakak!" katanya dengan suara manja.

Dewa mengangkatnya sedikit dan tersenyum. "Kakak juga kangen, Nay."

Dari dapur, ibunya muncul dengan celemek masih terikat di pinggangnya. Matanya berbinar melihat putranya akhirnya pulang. "Dewa… Kamu akhirnya pulang juga."

Dewa tersenyum malu. "Maaf ya, Bu. Aku lama nggak pulang."

Ibunya tidak mengatakan apa-apa, hanya melangkah mendekat dan menariknya ke dalam pelukan hangat. "Ibu kangen," ucapnya pelan.

Dewa tersenyum, merasa begitu nyaman di dalam pelukan ibunya. "Aku juga kangen Ibu."

Setelah melepaskan pelukan, ibunya menatapnya dengan perhatian. "Kamu pasti capek dan lapar. Ibu masak makanan kesukaanmu, cepat cuci tangan dan makan."

Dewa menatap ke arah meja makan dan melihat hidangan favoritnya sudah tersaji—nasi hangat, ayam kecap, dan sayur bening.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!