Saat Senja Menjadi Gelap

Ariana tersenyum lebar ketika mereka turun dari bukit, tubuhnya masih terasa hangat setelah melihat matahari terbit yang begitu indah. Dewa menggenggam tangannya erat, memastikan dia baik-baik saja. Namun, napas Ariana mulai terdengar lebih berat dari biasanya.

"Kamu capek?" tanya Dewa khawatir.

Ariana menggeleng, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan sebaliknya. "Aku baik-baik saja," jawabnya, meskipun suaranya terdengar lemah.

Namun, saat mereka sampai di bawah, tubuh Ariana tiba-tiba limbung. Kakinya melemas, dan sebelum Dewa sempat meraih tubuhnya, Ariana sudah jatuh terduduk di tanah.

"Ariana!" Dewa langsung berlutut, menggenggam wajah gadis itu yang mulai pucat. Napasnya tersengal-sengal, seperti seseorang yang berusaha mengambil udara tapi tidak bisa.

Dewa panik. "Tunggu sebentar, aku akan menghubungi ambulans!"

Ariana menggeleng lemah, matanya mulai basah. "Jangan... Aku hanya butuh... sebentar."

"Tidak! Ini bukan waktunya untuk keras kepala, Ariana!" Dewa segera mengangkat tubuh Ariana ke dalam mobilnya. Selama perjalanan ke rumah sakit, Dewa terus menggenggam tangannya.

"Jangan tidur, Ariana. Aku mohon," bisik Dewa, tapi mata Ariana sudah mulai tertutup.

Begitu sampai di rumah sakit, para dokter langsung membawanya ke ruang ICU. Dewa hanya bisa berdiri di luar, dadanya terasa sesak. Ia merasa begitu tak berdaya.

Setelah beberapa jam, Dokter Rahman keluar dengan wajah serius. "Kondisinya kritis. Tubuhnya terlalu lemah setelah perjalanan ke bukit. Kami akan melakukan yang terbaik, tapi kamu harus bersiap untuk kemungkinan terburuk."

Dewa menatap dokter itu dengan mata yang merah. "Tidak. Aku tidak akan siap kehilangan dia."

Malam itu, Dewa duduk di samping tempat tidur Ariana, menggenggam tangannya yang dingin. "Kamu tidak boleh pergi sekarang, Ariana. Kita masih punya banyak mimpi yang harus diwujudkan."

Di tengah suara mesin yang berdetak pelan, satu tetes air mata jatuh dari mata Ariana yang tertutup.

Perut Dewa terasa kosong, tapi ia tak peduli. Sudah seharian ini ia belum makan. Rasanya seperti ada batu besar yang menekan dadanya, membuat nafsu makannya menghilang.

Pintu kamar pasien terbuka pelan. Seorang pria masuk sambil membawa kantong plastik berisi makanan. "Lo belum makan, kan?"

Dewa menoleh dan mendapati Ezra, sahabatnya sejak kuliah, berdiri di sana dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Gue nggak lapar," jawab Dewa singkat, kembali menatap Ariana.

Ezra menghela napas, lalu menarik kursi di samping Dewa. "Lo pikir kalau lo sakit karena nggak makan, Ariana bakal senang? Dia pasti mau lo tetap jaga diri."

Dewa terdiam. Tangannya masih menggenggam tangan Ariana, tapi kata-kata Dion sedikit menggoyahkan tekadnya.

"Ini, makan dulu," Ezra mengeluarkan nasi kotak dari dalam plastik. "Gue bawain makanan favorit lo, ayam penyet pedas. Gue tahu lo stres, tapi kalau lo tumbang, siapa yang bakal jaga Ariana?"

Dewa menatap makanan itu sebentar. Bau pedasnya menusuk hidung, mengingatkannya pada hari-hari biasa sebelum semuanya menjadi serumit ini.

Dengan enggan, ia mengambil sendok dan mulai makan perlahan. Setiap suapan terasa hambar, tapi Ezra hanya tersenyum kecil, puas karena Dewa akhirnya mau makan.

"Lo tahu," kata Ezra sambil menatap Ariana yang masih terbaring, "Ariana itu cewek yang kuat. Gue yakin dia nggak akan menyerah secepat ini. Lo juga jangan."

Dewa menghentikan suapannya. Ia menoleh ke arah Ariana, melihat wajahnya yang tenang, seakan sedang bermimpi. Ia menggenggam tangan Ariana lebih erat.

"Aku di sini, Ana," bisiknya. "Aku nggak akan ke mana-mana."

Ezra menepuk bahu Dewa pelan. "Dan gue juga di sini buat lo. Lo nggak sendiri, bro."

Malam itu, meskipun hatinya tetap penuh kecemasan, setidaknya ada sedikit kehangatan yang membuatnya tetap bertahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!