Chapter 4

Talia mengangguk pelan pada dirinya sendiri, merasa rencana yang dia pikirkan tadi adalah rencana yang paling masuk akal, meski sebagian besar otaknya berteriak bahwa ini ide paling gila yang pernah dia pikirkan.

Membawa seorang pria asing yang sekarat ke rumahnya? Apa dia sudah kehilangan akal? Tapi saat melirik wajah Damian yang pucat pasi, dengan napas terengah-engah seperti seutas benang yang nyaris putus, dia tahu dia tidak punya banyak pilihan.

"Oke, kita ke rumahku," katanya pelan, seolah-olah menyuarakan keputusan itu akan membuatnya lebih yakin.

Talia meraih lengan Damian, mencoba menariknya berdiri. Tubuh pria itu berat, dan darah yang mengalir dari lukanya membuat segalanya menjadi lebih sulit. Damian mengerang pelan, rahangnya mengeras menahan rasa sakit.

"Astaga, kau berat sekali! Apa selama ini kau makan barbel, hah?" gerutu Talia sambil terus mencoba menopang tubuh Damian, setengah menyeretnya.

Damian terlalu lemah untuk membalas. Satu-satunya hal yang keluar dari bibirnya hanyalah napas kasar bercampur erangan pelan. Talia menggertakkan giginya, menyalurkan seluruh tenaga yang dia punya, menyeret Damian keluar dari gang sempit itu, menelusuri jalan-jalan kecil menuju rumahnya.

Malam semakin larut, jalanan mulai sepi. Hanya ada beberapa kendaraan melintas di kejauhan, tapi Talia memastikan mereka tetap di jalur yang gelap, menghindari perhatian. Sesekali dia berhenti, mengatur napasnya yang terengah-engah, memeriksa Damian yang semakin lemah.

"Jangan mati, ya. Serius. Aku belum siap dituduh membunuh orang!" bisiknya panik.

Setelah perjuangan yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di dekat rumah Talia. Rumah itu besar dan terletak di lingkungan yang mewah. Untungnya, orang tua dan kakaknya memang sudah pergi, dan dia tahu persis jalan pintas melalui samping rumah yang jarang dilalui pembantu.

Talia memanfaatkan gang kecil di sebelah rumah, mendorong Damian masuk melalui pintu dapur belakang. Dia hampir terjatuh karena Damian semakin tak bisa menopang dirinya sendiri. Dengan sisa tenaga yang dia punya, Talia berhasil menyeret pria itu ke kamarnya di lantai atas. Kamar itu cukup luas, dengan tempat tidur besar, rak buku, dan jendela menghadap taman kecil.

Damian jatuh ke lantai dengan suara berdebam pelan. Talia mengunci pintu, lalu berjongkok di sampingnya.

"Oke … kita berhasil. Kamu nggak mati di jalan, jadi itu kemajuan," gumam Talia, berusaha tetap tenang meski hatinya berdegup kencang.

Dia mengambil ponselnya sendiri, mencoba menghubungi teman dekat kakaknya bernama Zaka, seorang dokter. Tapi sialnya, sinyal di kamar itu seperti bersekongkol untuk membuat segalanya lebih sulit. Panggilan tidak tersambung.

"Kenapa sih semua hal jadi rumit malam ini?! Aku kan cuma berniat menolong orang sekarat, memangnya salah?" serunya frustrasi.

Talia akhirnya memutuskan mengirim pesan teks, berharap kak Zaka akan segera membacanya.

Talia:

Kak Zaka, aku butuh bantuan. Gawat banget. Kalau kakak baca ini, tolong balas secepatnya. Ini soal hidup dan mati!

Setelah mengirim pesan, Talia fokus kembali ke Damian yang tampak semakin lemah. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya. Talia panik. Dia harus melakukan sesuatu sebelum Zaka merespons.

"Astaga, Talia, pikir! Apa lagi yang kau pelajari dari film survival?"

Dia mengambil kotak P3K dari lemari. Meski isinya lebih banyak plester dan obat flu, dia menemukan beberapa perban bersih, alkohol, dan gunting kecil.

"Aku nggak akan cabut pisaunya. Aku cuma … bersihkan sekitar lukanya, ya. Mungkin itu akan membantu," katanya pelan, seolah berbicara untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Talia membersihkan darah di sekitar luka dengan hati-hati, meski tangannya gemetar. Damian mengerang pelan, tapi tetap sadar. Gadis itu berusaha mengabaikan rasa takut dan jijik, fokus pada apa yang bisa dia lakukan.

Saat dia tengah sibuk, ponselnya bergetar. Pesan dari kak Zaka.

Zaka:

Talia, apa maksudmu soal hidup dan mati? Kau di mana?

Talia mengetik cepat, jari-jarinya nyaris terpeleset karena keringat dingin.

Talia:

Ada orang terluka di rumahku. Luka parah, ada pisau di perutnya. Aku nggak berani bawa ke rumah sakit karena dia melarangku, aku harus gimana kak?!

Balasan Zaka datang cepat.

Zaka:

JANGAN CABUT PISAUNYA! Hentikan pendarahan di sekitar luka. Tekan dengan kain bersih. Pastikan dia tetap sadar. Aku akan segera ke sana.

Talia menghela napas lega. Tapi kemudian dia sadar kalau gak boleh ada orang lain yang tahu. Lelaki yang terluka itu sudah memberinya peringatan.

Astaga, aku lupa.

Talia panik.

Talia:

Kak Zaka, kakak datengnya harus diam-diam ya. Nanti aku tunjukin jalannya. Jangan sampai pembantuku tahu, jangan cerita ke kakak juga, ini menyangkut keselamatanku dan keselamatan pria itu. Nanti aku jelasin. Pokoknya kak Zaka datang dulu. Keburu orang ini almarhum dan aku tinggal nama!"

Pesannya belum di balas, sepertinya kak Zaka bingung dan sedang berpikir keras. Setelah beberapa menit barulah pesannya di balas.

Zaka:

Almarhum? Tinggal nama? Jangan ngaco kamu. Kamu berbuat nakal apa lagi bocah? Baik, tunggu kakak di sana.

Talia bernafas lega, lalu kembali fokus ke Damian, menatap pria itu yang matanya mulai sayup.

"Heh, jangan tidur! Tetap bangun, dengar aku," katanya panik, menepuk pelan pipi Damian.

"Teman kakakku dalam perjalanan ke sini. Dia dokter, jadi pasti tahu soal luka kayak gini. Kau nggak akan mati di kamarku, oke? Satu lagi, dia gak akan bilang ke siapa-siapa tentang kamu, aku jamin, jadi jangan marah dan ancam-ancam aku lagi ya? Aku kan penakut."

Damian membuka mata sedikit, menatap Talia dengan pandangan kabur. Bibirnya bergerak pelan, seolah ingin mengatakan sesuatu. Tetapi tidak jadi.

Detik demi detik berlalu seperti siksaan. Talia terus memantau Damian, memastikan dia tetap sadar, meski napasnya semakin berat. Pria itu masih terbaring lemah di lantai kamarnya. Belum ia pindahkan ke kasur karena dia sudah kehabisan tenaga. Gadis itu menunggu Zaka sambil duduk bersila di depan Damian yang sesekali mengerang kesakitan.

Hingga akhirnya terdengar suara ketukan pelan di pintu belakang. Talia berlari membukanya. Kak Zaka berdiri di sana, membawa tas besar.

"Apa yang terjadi?!" seru Zaka, segera masuk dan berlutut di samping Damian.

"Aku nggak tahu. Aku cuma nemu dia di gang, ada pisau di perutnya. Terus ... Aku gak tega ninggalin dia sendiri jadi aku temenin. Eh, ternyata lukanya makin parah. Orangnya juga galak banget, suka ngancem-ngancem, tapi kak Zaka tahu sendiri aku orangnya baik hati jadi ..."

"Kamu cerewet sekali. Ceritanya nanti aja, sekarang kita obatin dulu pria ini." kata Zaka.

Ia segera memeriksa luka Damian dengan sigap. Wajahnya serius, berbeda jauh dari biasanya.

"Dia kehilangan banyak darah. Kita harus cepat."

Talia mengangguk, berdiri di samping pria itu, siap membantu apa saja kalau di suruh.

Terpopuler

Comments

Anitha Ramto

Anitha Ramto

emang Damian sebenarnya kenapa..kok ada yang nusuk Pisau perutnya...
Bukannya Damian mampu melawan orang² jahat dan mempunyai banyak anak buah..kenapa kamu kalah Damian..

2025-03-11

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

syukurlah... pasti damian mikir talia seperti radio rusak nyrocos trs

2025-02-14

3

Justinus Marsigar

Justinus Marsigar

kurang diterima akal,bagaimana talia bisa membawa demian kelantai 2?,damian berat dan terluka?

2025-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 PENOKOHON
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Chapter 95
97 Chapter 96
98 Chapter 97
99 Chapter 98
100 Chapter 99
101 Chapter 100
Episodes

Updated 101 Episodes

1
PENOKOHON
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Chapter 95
97
Chapter 96
98
Chapter 97
99
Chapter 98
100
Chapter 99
101
Chapter 100

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!