Chapter 2

Talia berlari ke sembarang arah. Biasanya kalau dia sedang menangis, dia akan mencari tempat yang sepi. Biar dia bisa menangis sekencang mungkin. Dalam kasus Talia, sebenarnya gadis itu tidak sedih-sedih amat. Tapi sudah terlanjur menangis, jadi dia akan terus menangis kencang sampai dia lelah sendiri.

Gadis itu masuk di sebuah lorong sempit yang kelihatan sangat sepi itu. Dia duduk di lantai gang, samping drum besi besar. Gadis itu tidak melihat ada orang lain di lorong itu, hanya dirinya seorang. Sesaat kemudian, gadis itu menangis sekencang-kencangnya.

"Hwaaaa! Hidup ini gak adil, manusia gak ada yang adil! Tapi aku juga manusia, hwaaa!"

Tanpa Talia sadar, ada seseorang yang kaget mendengar tangisan dan teriakan kencangnya.

Damian.

Ya, laki-laki itu adalah Damian. Sosok paling kejam di dunia bawah tanah. Banyak orang takut padanya, namun musuhnya juga sangat banyak. Saat ini Damian sedang terluka parah akibat tusukan di perutnya. Hari ini ia lalai hingga menyebabkan musuhnya hampir menghabisinya.

Tempat ini, adalah tempat dirinya bersembunyi dari kejaran musuh. Damian harus bersembunyi karena tubuhnya sudah sangat lemah. Dalam keadaan lemah begini, dia tidak bisa lagi melawan musuhnya.

Masih ada pisau yang menancap di perutnya. Tapi dia tidak menyangka akan ada orang lain yang datang ke sini. Perempuan pula, dan sedikit aneh. Perempuan itu berada di sebelah, mereka terpisah oleh drum besi. Kenapa seorang wanita malam-malam begini berkeliaran di jalanan sepi seperti ini? Apa dia tidak takut?

Damian menahan napas, tubuhnya gemetar menahan rasa sakit yang luar biasa. Darah masih mengalir pelan dari luka di perutnya, membasahi baju hitam yang sudah penuh noda merah gelap. Ia bersandar pada dinding dingin lorong sempit itu, mencoba menenangkan diri meski kesadarannya mulai kabur.

Teriakan Talia yang melengking tiba-tiba membuatnya tersentak. Rasa kaget itu menambah perih di lukanya, membuatnya mendesis pelan. Ia tidak ingin ada orang yang tahu dia ada di sini, apalagi dalam kondisi sekarat seperti ini. Tapi perempuan itu … perempuan aneh itu … malah menangis sekeras mungkin, seperti tidak peduli pada dunia.

Damian mengerutkan kening, mencoba menahan rasa marah dan rasa sakit sekaligus. Suara tangisan itu membuatnya gelisah, bukan karena bising, tapi karena bisa menarik perhatian orang-orang yang sedang memburunya.

Akhirnya, dengan sisa tenaga, Damian menggerakkan tubuhnya sedikit, mencoba melirik dari balik drum besi besar. Ia melihat perempuan itu duduk di sana, lututnya ditekuk, wajah tertutup kedua tangan, dan menangis tanpa beban.

"Hentikan," desis Damian pelan, suaranya serak.

Talia langsung berhenti terisak. Ia menoleh dengan mata bengkak, kaget bukan main. Matanya bertemu dengan sosok laki-laki yang terlihat … mengerikan. Wajah laki-laki itu pucat, rambutnya berantakan, dan ada darah di mana-mana. Tangannya juga berdarah. Pisau menancap di perutnya.

Talia menjerit spontan.

"Aaaaa!! Ada orang berdarah-darah!!"

Shit.

Jeritannya membuat Damian mengumpat pelan.

"Diam! Jangan teriak!" katanya dengan suara rendah, tapi penuh ancaman.

Namun Talia justru berdiri, langkahnya ragu, tapi rasa penasarannya lebih kuat daripada rasa takut.

"K-Kamu kenapa? Kenapa ada pisau di perutmu?!" tanyanya polos.

Damian memejamkan mata, menahan frustasi.

"Bukan urusanmu. Pergi dari sini," katanya lemah.

Talia bukannya pergi, ia malah mendekat, menunduk melihat luka itu dengan ekspresi campur aduk antara ngeri dan panik.

Tapi gadis itu hanya duduk di depan Damian sambil terus menatap ke pisau yang menancap di bagian perut pria itu.

Berniat menolong?

Tidak. Dia hanya berniat melihat karena tidak tahu caranya menolong. Laki-laki di depan sana pun tatapannya sangat tajam dan mengintimidasi. Talia takut mendekat dan membuatnya tersinggung.

"Apakah itu sakit?" tanyanya polos. Damian menatap gadis itu dengan emosi tertahan. Sudah lihat kondisinya begini, masih tanya pula.

Damian baru menyadari eyeliner gadis itu sudah luntur karena air matanya. Sekarang area matanya bengkak dan hitam semua. Penampilan emonya berubah. Saat pandangan Damian jatuh ke tahi lalat hitam kecil di bawah matanya, ia pun langsung mengenalinya. Gadis itu adalah gadis aneh yang ada di warung makan waktu itu, dan si penyanyi sumbang yang tidak sengaja bertemu di taman dekat rumahnya. Sudah sebulan yang lalu, tapi entah kenapa Damian masih mengingatnya. Bahkan suaranya dia ingat sekali.

"Aku tanya, apa luka kamu rasanya sakit?"

Damian menghela napas pendek, menahan sakit yang terasa seperti bara di perutnya.

"Menurutmu?" desisnya pelan, penuh sarkasme.

Talia mengangguk pelan, tampak serius menanggapi.

"Pasti sakit, ya. Soalnya aku pernah ke tusuk jarum pentul aja nangis setengah mati." ia menatap pisau yang menancap di perut Damian dengan ekspresi prihatin campur penasaran.

"Tapi pisau itu… lebih besar dari jarum pentul."

Damian memejamkan mata, mencoba mengabaikan komentar bodoh itu. Dia benar-benar tidak punya energi untuk meladeni gadis aneh ini.

Namun Talia tetap duduk di sana, tidak bergerak. Tangannya meremas ujung jaket yang ia kenakan.

"Kamu gak takut mati?" tanyanya lagi, kali ini suaranya pelan.

Damian membuka mata, menatap lurus ke arah Talia. Sorot matanya tajam, penuh dengan sesuatu yang gelap, tapi juga samar-samar ada kelelahan di sana.

Takut? Dia sudah melewati banyak hal lebih buruk dari kematian. Kematian tidak ada dalam daftar takutnya.

"Dari matamu, pasti kamu nggak takut mati." ucap Talia lagi, seolah tahu apa yang akan Damian katakan.

"Aku juga," katanya pelan. Ia terus bicara. Lupa akan rasa takutnya kepada pria itu.

"Kayak … pas ketahuan nyontek di kelas. Itu rasanya lebih parah dari mau mati. Makanya menurutku, ketahuan nyuri itu lebih menakutkan dari kematian, apalagi ketahuan nyontek saat lagi asyik-asyiknya. Malu banget gak tuh?"

Damian ingin tertawa, tapi perutnya malah berdenyut hebat. Ia meringis, lalu bergumam,

"Kau terlalu berisik."

Talia mengangguk cepat, lalu duduk bersila.

"Aku memang selalu berisik orangnya. Tapi kamu tenang aja, aku akan tetap di sini, nemenin kamu sampai … kamu gak berdarah lagi."

Damian mendesah.

"Gila."

Talia mengangguk setuju.

"Iya."

Damian mendengus pelan. Lalu meringis kesakitan lagi. Tidak, dia tidak bisa begini terus. Darahnya tidak berhenti keluar, dia harus segera mencari pertolongan. Musuhnya pasti masih mencarinya. Dia harus segera menelpon Max. Tapi hapenya ada di dalam saku, keadaanya sekarang ini membuatnya kesulitan mengambil benda pipih dalam sakunya. Satu-satunya yang bisa menolongnya sekarang adalah gadis di depannya ini. Tetapi Damian tidak yakin. Gadis itu agak gila.

Meski begitu, dia tidak bisa menampik kalau hanya gadis itu yang bisa menolongnya sekarang.

"Kau ..." suara Damian serak, nyaris tak terdengar. Ia menelan ludah, menahan darah yang merembes dari sudut bibirnya.

Talia mencondongkan tubuh, mendekatkan telinganya karena tidak mendengar dengan jelas.

"Hah? Apa? Boleh di ulangi?"

Damian mengerang pelan, frustrasi.

"Bisa … tolong aku…?"

Talia memiringkan kepala.

"Tolong? Maksudnya … cabutin pisaunya? Aduh, aku nggak berani. Dulu aja waktu narik perban di luka temanku, aku pingsan duluan."

Damian menutup matanya dalam-dalam. Gadis ini, biasanya orang lain akan langsung membantu dan mencari cara apa saja saat melihat orang lain terluka, tetapi gadis ini ...

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Dasar Talia penampilannya emo dan nyentrik tapi cengeng gara2 kalah audisi menangis...
Akhirnya Talia bersembunyi menangis sekencengnya membuat damian yg terluka parah jd terganggu...

Talia sangat terkejut melihat damian terluka parah dgn pisau menancap di perutnya....
Damian meminta tlg kpd talia menghubungi max damian segera mendapatkan pertolongan lukanya cukup parah...

lanjut thor....
semangat sll....
sehat selalu.......

2025-02-13

3

Ita rahmawati

Ita rahmawati

ya ampun talia kok kamu bengek bgt sih 🤣
damian author tau bgt jodoh mana yg pas buat kamu,,krna kamu ygseorang mafia kaku itu pasti hidupmu akan berwarna bersama talia 🤣🤣

2025-02-13

3

Galih Pratama Zhaqi

Galih Pratama Zhaqi

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/ Talia ampun dah km itu jiann benr2 solop bngt , bntuin bukn ditungguin smp darahny ngering ya matilah kl darahnya smp ngering🤦‍♀️🤦‍♀️

2025-02-13

2

lihat semua
Episodes
1 PENOKOHON
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Chapter 95
97 Chapter 96
98 Chapter 97
99 Chapter 98
100 Chapter 99
101 Chapter 100
102 Chapter 101
103 Chapter 102
Episodes

Updated 103 Episodes

1
PENOKOHON
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Chapter 95
97
Chapter 96
98
Chapter 97
99
Chapter 98
100
Chapter 99
101
Chapter 100
102
Chapter 101
103
Chapter 102

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!