Eps.5

“Aku masih tak percaya kakek sakti itu sering

mengunjungimu. Apa Kau tahu bahwa kakek itu sangat sakti? Ia punya peliharaan harimau putih yang seram! Karena ilmunya sangat tinggi, makanya ia menyepi ke tengah-tengah hutan.”

“Dia memang sakti tapi dia sangat baik. Dia bilang dia adalah adik bungsu almarhum kakekku.”

“Apa? Adik kakekmu? Apa dia juga pernah menjadi pahlawan?” tanya Pipen lagi.

“Aku tak tahu... Sudahlah kita hentikan dulu membahas tentang kakek Janggut. Kau ingin mendegar kisah kerajaan rahasia itu tidak?” ucap Ivan yang sudah tak sabar untuk bercerita.

“Baiklah...”

“Kata kakek Janggut, di negeri kita ini, di antara Gunung Tunjuk yang terletak di dekat kota Lahat dan gunung Bongkok yang terletak di Bengkulu, masih ada sebuah kerajaan yang tersembunyi yang sampai saat ini kerajaan itu masih berdiri. Ia tertutupi karena sebuah kutukan.”

Pipen sangat antusias mendengarkan.

“Kerajaan itu akan bisa dilihat jika kita melewati sebuah sungai yang mengalir di antara kota Pagar Alam dan kota Lahat selama tujuh hari tujuh malam tanpa berhenti. Nama kerajaan itu adalah Sarjiwatana, nama rajanya Sarji dan istrinya Ana. Raja sangat senang melihat perlombaan menangkap ikan mas dengan akar, dan pada saat itu ada sebuah sayembara menangkap ikan dengan akar, jika berhasil menangkap ikan dengan akar yang mirip dengan tali, maka dia berhak mendapatkan pedang sakti yang terpancang di atas mata air yang jernih. Tetapi ada satu syarat, jika berhasil

menangkap ikan itu dengan tali akar, si pemenang harus mencabut pedang itu sebelum matahari terbit, tidak boleh sebelum matahari terbenam. Akhirnya ada seorang pemuda bernama Kartijayasa berhasil menangkap ikan itu. Tetapi dia penasaran kenapa tak boleh mencabut pedang itu sebelum matahari terbenam. Akhirnya saking penasarannya, ia mencabut pedang itu ketika matahari akan

terbenam. Alhasil kerajaan itu akhirnya ditimpa banjir dan semua rakyatnya meninggal. Sampai saat ini, istana itu masih utuh dan masih ada, hanya saja kita tak tahu di mana letakkeberadaannya.”

Ivan bercerita panjang lebar

“Apakah kakek Janggut bercerita seperti apa istananya itu?” tanya Pipen penasaran lagi.

“Kata kakek Janggut, istananya sangat megah. Itu adalah istana termegah yang pernah dibuat manusia. Mereka seperti membuat istana dari dalam bukit, seperti istana semut, sangat kokoh. Di istana itu ada menara yang menjulang tinggi yang mampu melihat segala penjuru istana guna untuk mengintai jika ada musuh. Masyarakatnya senang membuat rumah di tengah-tengah tebing. Mereka membuat rumah seperti menempelkan tanah liat di dinding lalu membentuknya menjadi tempat kediaman. Pakaian mereka dari dedaunan dan kulit binatang. Kerajaan ini berlimpah akan kekayaan emas dan perak,” jelas Ivan.

“Aku jadi merinding Van, ini kisah yang luar biasa. Jika benar kerajaan itu masih ada, apa mungkin negeri ini akan Jaya?” tanya Pipen.

“Kata kakek Janggut malah akan membawa petaka jika kerajaan itu terlihat. Akan banyak pertumpahan darah dan bencana!” Ucap Ivan serius.

Pipen terdiam memikirkan, ia menghadap ke arah gunung Dempo yang menjulang tinggi, seakan tak percaya mendengar cerita itu

"Ceritamu bagus, Aku suka," puji Pipen.

Ivan hanya diam. Sesekali ia menggerak-gerakkan tali hingga kekebang-kekebang itu bergerak-gerak dan burung-burung yang hampir mematuk buah padi pun kabur.

“Sekarang giliranku, Kawan. Apakah Aku boleh cerita padamu?” pinta Pipen lemah.

Ivan menoleh, ”Kau juga punya cerita rahasia?”

“Ini tentang hati.”

“Hati...?” ucap Ivan tak mengerti.

"Akhir-akhir ini Aku selalu memikirkan Elun sejak seringbersamanya sebelum kejadian peperangan itu," bisik Pipen lembut dan malu.

"Elun...?" tanya Ivan penasaran.

"Iya... Entahlah, Van. Sejak dia semangat ikut andil dalam peperangan itu, Aku jadi sering memperhatikan Elun," ucap Pipen dengan penuh ketulusan.

"Kau jatuh cinta?" tanya Ivan memastikan.

"Aku tak tahu... tapi Aku ingin selalu melihatnya, Van..."

Ivan hanya terdiam. Dia tak mengerti harus berbuat apa pada orang yang mengalami jatuh cinta itu.

"Kurasa... Kau harus kirim surat padanya." Pipen mendelik.

"Kau bisa buatkan untukku?" pinta Pipen.

"Hemm... Kau yakin ingin mengirimi Elun surat?"

“Yakin seyakin-yakinnya, Van!”

“Baiklah kalau begitu.”

Dan siangnya, dua anak kecil itu sibuk mengarang surat untuk Pipen pada Elun. Sudah ratusan kertas berhamburan di Berendo rumah Ivan yang luas itu, mereka masih belum menemukan kata-kata yang pas. Ah... Pipen dihadapkan pada cinta pertamanya. Di robekan terakhir kertas itu, akhirnya jadi juga satu halaman surat, lengkap dengan pantunnya.

Untuk Elun

Di Villa kebahagiaan

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bersama datangnya surat ini, aku mohon beribu maaf jika aku terlalu lancang mengirimkan surat ini padamu.

Bukan maksudku untuk mengganggumu, tapi ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan padamu...

Elun...

Tahukah kamu betapa indahnya gunung Dempo jika dipandangi dari desa kita...

Begitu juga ketika aku melihatmu... indah, sangat indah...

Apalagi ketika awan-awannya menggulung-gulung menyelimuti puncaknya...

Sempurna, Maha Karya sang kuasa yang sangat sempurna...

Begitupun dirimu...

Kurasa kecantikan Tujuh bidadari yang diintip oleh Si Pahit Lidah tak kalah cantik dengan wajahmu Elun...

Entah mengapa akhir-akhir ini wajahmu selalu terbayang-bayang di benakku...

Aku selalu memikirkanmu...

Jika tidak lancang, maukah kau menjadi kekasihku, Elun...?

Kekasih yang akan kucintai dengan setulus hati...

Aku janji, jika kau mau aku akan menjagamu...

Mungkin hanya ini yang dapat kusampaikan Elun, sekali lagi aku mohon maaf, aku menunggu jawaban darimu.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pipen.

NB: Empat kali empat enam belas, sempat tak sempat harus dibalas.

Ivan menarik nafas panjang. Pipen tersenyum sumringah saat membaca hasil karya Ivan itu.

"Aku yakin, Elun pasti menerimaku," ucap Pipen sambil merebahkan tubuhnya.

Ivan hanya tersenyum.

***

Pipen berlari-lari girang sehabis membuat surat di rumah Ivan. Ia berlari menembus rumah-rumah panggung di desa itu sambil merasakan getaran yang pertama kali muncul dalam hidupnya. Cinta, sebuah misteri yang tak pernah bisa dipecahkan itu kini telah merasuki Pipen di usia sekecil itu. Ia merasa seperti Kahlil Gibran yang terpesona akan kata-kata untuk menciptakan sebuah maha karya syair yang indah. Ia merasa seperti Adam yang tak sabar bertemu Hawa sejak diturunkan dari surga ke dunia. Ia merasa seperti Majenun yang tergila-gila pada Lyla. Ah... sangat berlebihan jika ia merasa seperti Romeo yang begitu menginginkan Juliet.

Namun begitulah yang ia rasakan, rasa penasaran yang membuatnya panas dingin, rasa sayang yang membuatnya bingung harus diwujudkan seperti apa. Yang jelas, bila ia melihat anak bungsu Bedui itu, Pipen merasakan getaran yang luar biasa dan

ingin selalu dekat dan melihatnya, keadaan yang sudah tak lazim bagi para pecinta.

jangan lupa meninggalkan jejak LIKOVOTI (Like,Komen,Vote, dan Tip). Terimakasih😍😍

Terpopuler

Comments

IntanhayadiPutri

IntanhayadiPutri

Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku

TERJEBAK PERNIKAHAN SMA

makasih 🙏🙏

2020-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!