PPKYT 005. Nyawa ke Dua

Di sebuah ruangan yang tidak luas yang dikelilingi barang-barang rongsokan, seorang pemuda terbujur diam di atas kasur busa yang sedikit rusak.

Di samping kiri tempat tidur yang sudah tidak layak itu duduk bersimpuh seorang wanita paru baya berpakaian pelayan dengan wajah yang amat sedih. Sepasang matanya yang berlinang air mata menatap lekat pemuda yang terbaring di atas tempat tidur.

Sementara pemuda yang tidak lain adalah Andreas, entah sudah berapa lama tubuh diamnya terbaring di situ, tiba-tiba jemari tangan kirinya bergerak pelan.

Beberapa kejap berikut, beberapa bagian tubuhnya yang lain menunjukkan tanda-tanda pergerakan, termasuk sepasang matanya yang tampak mengerjap-ngerjap sedikit cepat.

Wajah tampannya yang tadinya putih bagai kain kafan, kini tampak sedikit memerah. Bahkan di seputar jidatnya tampak berkeringat.

Kejap berikut seketika Andreas bangkit terduduk dalam bingung. Wajah tampannya yang sudah tampak sedikit segar menunjukkan ekspresi terkejut yang begitu hebat. Sepasang matanya nyalang menatap lekat ke arah depannya.

Belum sempat dia memahami akan keadaan dirinya serta keadaan lingkungan sekitar, wanita pembantu rumah tangga menyapanya dengan halus penuh nada ketundukan dalam rasa khawatirnya.

"Tu-tuan Muda sudah... sadar...?"

Dengan cepat Andreas menoleh ke samping kirinya, demi melihat siapa yang berbicara padanya.

Begitu jelas melihat wanita paruh baya itu, rasa asing menyeruak pikirannya beberapa saat. Ekspresinya seolah tidak mengenal wanita itu. Makanya itu dia bertanya dalam heran.

"Siapa kamu?"

Tentu saja wanita paruh baya itu terkejut heran mendengar pertanyaan tuan mudanya. Kenapa tiba-tiba pemuda itu tidak mengenalnya? Apa yang terjadi sebenarnya terhadap Tuan Muda Andreas?

Belum sempat wanita paruh baya itu memikirkan jawaban apa yang pas atas pertanyaan aneh itu, Andreas kembali bertanya dalam bingung.

"Di mana aku...? Kenapa aku berada di sini...?"

Pertanyaan aneh itu tercetus setelah memindai keadaan sekelilingnya yang tampak asing baginya, awalnya.

"A-apa yang terjadi dengan Tuan Muda?" tanya sang pembantu dalam bingung bercampur heran. "Kenapa Tuan Muda tiba-tiba tidak tahu kalau berada di rumah sendiri?"

Sejurus Andreas tidak menjawab pertanyaan itu, lebih tepatnya tidak menghirau. Karena tiba-tiba saja kepalanya langsung pusing dan sakit dengan hebat. Sehingga kedua telapak tangannya mencengkram kepalanya dengan kuat seolah menahan agar tidak pecah.

Mulutnya mendesis ngeri, meringis kuat, menahan rasa sakit dan derita yang dia alami.

Tidak dihiraukan lagi kepanikan wanita paruh baya di sampingnya. Apa yang diucapkan sang pembantu seperti tidak didengar.

Karena kejap berikut dia sudah terkungkung dalam sebuah kejadian aneh bin ajaib dalam pikirannya. Bermula saat kejadian seorang pemuda Andre Sujatmiko yang meninggal di sebuah rumah sakit serta segala apa yang terjadi di situ.

Berikutnya pikirannya menayangkan sebuah kejadian tentang kematian pemuda Andreas Grayden yang begitu mengenaskan serta segala apa yang terjadi sebelum kematiannya.

Kemudian pikirannya melintaskan tentang memori atau ingatan tentang kehidupan pemuda bernama Andrea Sujatmiko. Setelah itu menayangkan ingatan tentang kehidupan seorang pemuda bernama Andreas Grayden.

Pemuda itu mengalami kejadian aneh seperti itu sekitar 15-20 lamanya. Sejurus kemudian kepalanya yang tadi sakit serta pusing berangsur-angsur menjadi sembuh kembali.

Tak lama kemudian kedua telapak tangannya yang tadi mencengkram kepalanya yang sakit, turun ke bawah dengan perlahan. Sementara keadaannya masih seperti orang lingkung.

Tapi itu tidak berlangsung lama. Kejap berikut satu kesadaran terbit dalam benaknya sehingga tercetus dalam ucapannya yang pelan dalam gumam.

"Aku terlahir kembali...."

★☆★☆

Dalam berucap begitu, pemuda itu telah menyadari bahwa dalam dirinya seperti ada dua karakter yang bernaung. Tapi lebih dominan karakter bernama Andre.

Sedangkan karakter pemuda yang bernama Andreas, cuma hal-hal penting yang masih tertanam dalam dirinya, terutama tentang bakat pemuda Andreas, yaitu melukis dan desainer interior.

Yang lebih penting, dalam dirinya masih tertanam sebuah ingatan tentang orang-orang yang telah menindasnya selama 4 tahun ini.

Tapi ucapan itu cuma dia sendiri yang dengar karena terucap di dalam hati. Sedangkan sang pelayan yang masih setia bersimpuh tak jauh di samping kirinya jelas tidak mendengar.

Wanita paruh baya itu masih saja sibuk dengan kepanikan serta rasa khawatirnya terhadap tuan mudanya yang kini tampak terlihat aneh.

"Tuan Muda...! Ka-kamu tidak apa-apa, Tuan Muda?" tegur halus dan sopan penuh rasa hormat sang pembantu untuk kesekian kalinya.

Tapi hal itu sukses membuat pemuda berkarakter Andre dalam jasad seorang Andreas bergeming. Dengan cepat dia menoleh ke samping kirinya, lalu mendapati seorang wanita paruh baya yang menatapnya dalam khawatir bercampur heran.

Tidak sampai lima detik memikirkan wanita paruh baya itu, pemuda Andre sudah mengetahuinya.

"Bibi Sarah...," cetusnya dengan lembut.

"Tuan Muda sudah tidak apa-apa?" tanya wanita paruh baya itu yang ternyata adalah Bibi Sarah dalam khawatirnya.

"Aku sudah nggak papa, bibi tenang saja," kata Andre bersikap seperti sudah akrab dengan Bibi Sarah sambil tersenyum kecil.

"Oh iya, sudah berapa lama aku terbaring? Apa bibi tahu?" tanya Andre selanjutnya ingin tahu.

"Sejak sore tadi hingga jam delapan malam ini," sahut Bibi Sarah tidak merasa khawatir lagi, serta tidak bercuriga kalau di depannya saat ini sebenarnya adalah orang yang mengalami kehidupan kedua.

"Tadinya bibi dan Paman Josep amat panik dan cemas melihat keadaan Tuan Muda," cerita Bibi Sarah tanpa di minta.

"Soalnya... soalnya Tuan Muda sudah... seperti orang mati...," lanjut Bibi Sarah dengan takut-takut. "Tubuh Tuan Muda sudah kaku semua dan sudah pucat. Bibi takut... bibi takut Tuan Muda...."

Bibi Sarah tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Malah kini wanita itu menangis penuh kesedihan. Kepalanya tertunduk dalam penuh rasa takut dan penyesalan.

"Akhirnya... bibi dan Paman Josep membawa Tuan Muda ke sini," Bibi Sarah ternyata masih sanggup melanjutkan cerita dalam tangisnya, "dalam keadaan kami bingung harus berbuat apa...."

"Maafkan kamu, Tuan Muda, kami tidak bisa berbuat apa-apa," Bibi Sarah menunduk lebih dalam penuh rasa menyesal.

"Sudahlah, Bi, aku sudah nggak papa sekarang," kata Andre menenangkan. "Bibi bisa tenang ya!"

"Beneran, Tuan Muda sudah tidak apa-apa?" Bibi Sarah ingin meyakinkan sekali lagi seraya menatap antusias pada pemuda Andre berjasad Andreas.

Andre menjawab dengan anggukan pasti seraya tersenyum lembut.

"Sekarang Tuan Muda mau diambilkan apa, bibi siap antarkan!"

"Nggak usah, Bi," tolak Andre halus. "Sekarang bibi istirahat saja."

"Tapi... Tuan Muda belum makan malam 'kan? Bibi akan ambilkan!"

"Nggak usah, Bi, terima kasih...."

Bibi Sarah sebenarnya ingin membantah penolakan tuan mudanya yang baik hati ini. Tapi dia harus patuh.

"Ka-kalau begitu bibi tinggal, Tuan Muda," pamit Bibi Sarah akhirnya. "Jika perlu apa-apa, Tuan Muda tinggal panggil bibi."

Andre cuma mengangguk.

Tak lama kemudian, Bibi Sarah sudah raib dari kamar pengap itu. Tinggallah pemuda bernama Andre dalam jasad seorang Andreas.

Untuk beberapa saat lamanya Andre duduk diam termenung. Benaknya mulai menyusun tentang langkah-langkah apa yang hendak dilakukan ke depannya dengan kehidupan keduanya ini.

Terutama menyusun rencana balas dendam terhadap keluarga Grayden yang membuat pemuda Andreas mati mengenaskan.

"Malang sekali nasibmu, Andreas," gumam Andre seorang diri. "Kamu mati karena diracun oleh anak sialan itu...."

"Tapi kamu bisa tenang di alam sana, aku akan membalaskan semua rasa sakitmu terhadap orang-orang yang sudah menindasmu...."

★☆★☆★

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!