Handukmu Hampir Melorot

Setelah menutup masakannya dengan tudung saji, Lin Momo memutuskan untuk mandi. Ia merasa tubuhnya lengket setelah seharian berkeliling pasar, apalagi setelah bertemu dengan Wu Yuan dan Xie Wen yang membuatnya sebal setengah mati.

Di dalam kamar mandi, ia merasakan betapa segarnya air hangat yang tadi sempat ia masak. Ia menuangkan sedikit sabun cair ke telapak tangannya, menggosok tubuhnya dengan lembut, lalu mencium aromanya.

"Hmm… wanginya lumayan," gumamnya, puas dengan pilihannya.

Ia juga mencoba produk perawatan kulit yang baru dibelinya. Saat mengoleskan krim ke wajahnya, ia berbicara sendiri, "Aku harus mulai merawat diri lagi. Tidak bisa membiarkan Wu Yuan dan Xie Wen terus meremehkanku. Lagipula, aku juga tidak mau terlihat berantakan di depan suamiku sendiri."

Saat sedang menikmati mandi, tiba-tiba ia tersentak. "Aduh! Aku lupa membawa baju ganti lagi!"

Saking terbiasanya hidup di dunia modern, ia masih sering lupa kalau di sini semuanya tidak sepraktis dulu.

Di kehidupan sebelumnya, kalau lupa membawa pakaian, ia bisa dengan mudah mengambil baju dari lemari di kamar mandi. Tapi di sini? Tidak ada pilihan lain selain keluar dengan handuk.

Ia menghela napas dalam. "Yah, semoga saja suamiku belum pulang."

Dengan hati-hati, ia melilitkan handuk panjangnya di tubuhnya, memastikan ikatannya kuat agar tidak melorot.

Setelah yakin, ia membuka pintu kamar mandi dan melangkah keluar menuju kamar tidur.

Namun, baru saja kakinya melewati ambang pintu, menutup pintu kamar mandi dan berbalik, ia seketika terpaku di tempat.

Di sana, tepat di ruang tengah, berdiri Yan Zhi yang baru saja pulang kerja. Pria itu sedang membuka kancing kerahnya. Matanya langsung tertuju pada Lin Momo yang hanya mengenakan handuk.

Suasana hening selama beberapa detik.

Yan Zhi jelas terkejut, tapi alih-alih panik atau berpaling, pria itu justru menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak.

Lin Momo membeku di tempat. Matanya membelalak, wajahnya langsung memanas.

"Astaga! Kenapa dia pulang pas aku begini?!" ucapnya dalam hati.

Ia buru-buru menarik handuknya lebih erat sambil memelototi suaminya. "Apa yang kau lihat?! Cepat pergi atau lihat ke tempat lain!" bentaknya dengan suara sedikit gemetar.

Namun, alih-alih menurut, Yan Zhi justru menyeringai tipis. "Ini rumahku. Kenapa aku harus berpaling?"

Lin Momo hampir kehabisan kata-kata. "T-tapi… Aku..Aku kan...!"

Yan Zhi menutup kembali kancing kerahnya, lalu melipat tangannya di depan dada. "Aku baru pulang kerja, capek, dan ingin istirahat. Tapi yang pertama kulihat saat masuk rumah malah istriku… dalam keadaan seperti ini. Hmm… pemandangan yang cukup menarik."

Lin Momo mendengus kesal. "Kalau kau tidak pergi sekarang, aku tidak akan memasakkan makan malam untukmu!"

Yan Zhi terkekeh kecil. "Jadi kau sudah memasak?"

"Tentu saja! Tapi kalau kau terus menatapku seperti itu, aku akan makan sendiri!"

Akhirnya, Yan Zhi mengalah. Ia menghela napas, lalu berjalan menuju keluar rumah.

Namun sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sebentar dan berkata dengan nada menggoda, "Handukmu hampir melorot."

Lin Momo langsung membeku. Dengan panik, ia meraba handuknya, memastikan semuanya masih terikat dengan aman. Saat ia sadar bahwa Yan Zhi hanya menggodanya, pria itu sudah keluar dan menutup pintu.

"YAN ZHI...." teriak Lin Momo.

Lin Momo menggeram pelan. "Dasar pria menyebalkan!"

Dengan wajah masih memerah, ia buru-buru masuk ke kamar untuk mengenakan pakaian. Sialnya, wajah Yan Zhi yang tersenyum menggoda tadi terus terbayang di kepalanya.

"Astaga… Bagaimana aku bisa makan malam dengan tenang setelah ini?" ucapnya dalam hati.

Setelah suara pintu kamar tertutup, Yan Zhi yang diluar, segera masuk kembali ke dalam rumah dan menghela napas panjang.

Wajahnya yang tadinya datar kini sedikit memerah. Ia mengusap tengkuknya dengan canggung, lalu bergumam pelan, "Astaga… apa yang baru saja kukatakan?"

Ia menatap pintu kamar yang tertutup, lalu menunduk menatap tangannya sendiri. "Tadi aku itu… menggoda istriku?"

Ia menghembuskan napas dalam, lalu mengacak rambutnya sendiri. "Ya Tuhan, aku ini pria macam apa? Seharusnya aku langsung pergi atau menghadap ke arah mana sesuai perintah Lin Momo, bukannya malah bicara macam-macam."

Yan Zhi berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa, masih merasa sedikit gugup. Tangannya terangkat menutupi wajahnya. "Kenapa aku jadi begini?"

Ia menggeleng, lalu bergumam pelan, "Apa ini normal untuk seorang suami? Istri keluar dari kamar mandi dengan handuk, dan aku malah bereaksi seperti bocah remaja."

Menghela napas lagi, ia menyandarkan kepalanya ke sofa, menatap langit-langit. "Tapi… dia tadi memang terlihat berbeda."

Teringat wajah Lin Momo yang terkejut, pipinya yang memerah karena malu, serta cara dia buru-buru mengeratkan handuknya, Yan Zhi tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menyembunyikan senyum kecil yang mulai muncul.

"Aduh… jangan bilang aku mulai jatuh cinta?"

Ia segera menggeleng kuat-kuat. "Tidak, tidak, tidak! Ini hanya reaksi normal sebagai seorang pria! Ya, hanya reaksi biasa!"

Namun, saat mengingat ekspresi panik Lin Momo dan suaranya yang sedikit gemetar ketika menyuruhnya berpaling, Yan Zhi mendapati dirinya kembali tersenyum tanpa sadar.

Akhirnya, ia mengusap wajahnya dan berdiri. "Sudahlah, aku butuh mandi untuk mendinginkan kepala."

Sambil berjalan ke kamarnya, ia masih bergumam sendiri, "Tapi benar juga… bagaimana aku bisa makan malam dengan tenang setelah ini?"

Setelah selesai berganti pakaian, Lin Momo menghela napas panjang dan menatap pantulan dirinya di cermin. "Oke, aku sudah siap."

Dengan langkah ringan, ia keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan. Ia melihat meja sudah tertata rapi, hidangan yang tadi ia masak masih hangat di bawah tudung saji. Senyum kecil muncul di wajahnya.

"Lumayan juga," gumamnya, lalu duduk sambil menunggu Yan Zhi.

Tak berselang lama, suara pintu kamar mandi terbuka. Lin Momo secara refleks menoleh dan langsung melihat Yan Zhi yang keluar hanya dengan handuk terlilit di pinggangnya.

Seketika, ia terpaku sejenak. Matanya sekilas memperhatikan tubuh pria itu, garis otot yang jelas, dada bidang, serta tetesan air yang masih tersisa di kulitnya. Namun, hanya sejenak. Ia segera mengalihkan pandangannya.

"Hah, biasa saja," batinnya.

Bukan karena Yan Zhi tidak menarik, tapi sebagai mantan aktris dan model di kehidupan pertamanya, ia sudah sering melihat pria bertubuh bagus. Adegan seperti ini bahkan terlalu sering muncul di lokasi syuting maupun majalah.

Namun, berbeda dengan Lin Momo, Yan Zhi yang sadar sedang diperhatikan justru menegang sesaat. Ia menoleh ke arah Lin Momo, menunggu reaksi yang lebih… dramatis. Tapi anehnya, ekspresi wanita itu tetap datar, bahkan nyaris tak terpengaruh.

"Apa dia sama sekali tidak terpesona?" pikir Yan Zhi.

Lin Momo mengangkat alis, lalu berkata santai, "Kau masih ingin berdiri di sana lama-lama dengan handuk itu, atau mau cepat berpakaian dan makan?"

Yan Zhi tersentak. "Aku... ya, aku akan ganti baju dulu."

Dengan sedikit canggung, ia segera melangkah ke kamarnya. Dalam hati, ia masih bertanya-tanya, "Bukankah tadi di pasar dia bilang aku tampan? Kenapa sekarang reaksinya datar-datar saja?"

Sambil mengganti pakaian, ia mendesah pelan. "Huh, jadi aku tampan hanya kalau dia sedang marah saja?"

Setelah selesai berpakaian, Yan Zhi keluar dan menuju meja makan, masih sedikit kesal dalam hati. Lin Momo sudah duduk dengan santai, tangannya menopang dagu sambil memandangi makanannya.

Yan Zhi menarik kursi dan duduk di seberangnya. "Apa yang kau masak?" tanyanya datar.

Lin Momo tersenyum kecil. "Coba saja dulu, mungkin lidahmu tidak siap menerima kelezatannya."

Yan Zhi menyipitkan mata. "Kau percaya diri sekali."

Lin Momo hanya mengangkat bahu. "Tentu saja. Kau kira aku hanya bisa berlagak?"

Yan Zhi mengambil sumpit dan mulai mencicipi satu suap. Mata hitamnya sedikit membesar, tapi ia segera menutupinya dengan ekspresi biasa.

Lin Momo memperhatikan reaksinya, lalu menyeringai. "Enak, kan?"

Yan Zhi berdeham pelan, pura-pura biasa saja. "Lumayan."

Lin Momo mendengus. "Jangan pura-pura, aku lihat matamu tadi berbinar."

Yan Zhi meletakkan sumpitnya sebentar dan menyandarkan punggungnya di kursi. "Aku tidak bilang tidak enak. Aku hanya tidak menyangka kau bisa memasak."

Lin Momo melipat tangannya di dada. "Jangan meremehkan aku. Aku ini jenius serba bisa."

Yan Zhi mendengus. "Oh? Jenius serba bisa, tapi masih ketahuan keluar dari kamar mandi tanpa membawa pakaian ganti?"

Seketika, Lin Momo tersedak air yang baru saja ia minum. Ia menatap Yan Zhi tajam. "Itu tidak usah dibahas!"

Yan Zhi hanya tersenyum kecil, menikmati bagaimana ekspresi Lin Momo yang tadi santai kini berubah sedikit kesal.

Lin Momo mendengus lagi, lalu kembali fokus pada makanannya. "Pokoknya, mulai sekarang kau bisa pulang dengan tenang. Aku akan selalu menyiapkan makanan yang enak."

Yan Zhi menatapnya sebentar, lalu perlahan tersenyum tipis. "Itu terdengar seperti janji seorang istri."

Lin Momo menghentikan gerakannya sebentar, lalu mengerutkan kening. "Hah? Apa aku baru saja dijebak?"

Yan Zhi terkekeh pelan dan melanjutkan makannya tanpa menjawab. Lin Momo hanya bisa mendengus kesal, tapi diam-diam dalam hati, ia merasa suasana makan malam ini lebih menyenangkan daripada yang ia kira.

Terpopuler

Comments

panty sari

panty sari

biar tambah harmonis thor punya anak kembar yah

2025-02-12

0

Bzaa

Bzaa

seruu

2025-03-28

0

panty sari

panty sari

thor lanjut

2025-02-12

0

lihat semua
Episodes
1 Akhir Hidup Monika
2 Terjebak Di Tahun 1990
3 Nyonya Yan
4 Pindah Rumah
5 Apakah Punya Mu?
6 Pinjam Dulu Ya
7 Suami Baru Cukup Perhatian
8 Tak Sia-Sia Bakatnya
9 Tak Sebanding Dengan Suamiku
10 Masakan Pertama Lin Momo
11 Handukmu Hampir Melorot
12 Aku Lin Momo Tapi Berbeda
13 Tak Perlu Menungguku
14 Menyuapi Yan Zhi
15 Bertemu Nyonya Lie, Istri Direktur
16 Berbelanja Perlengkapan Rias
17 Menikmati Waktu di Restoran 1990
18 Yan Zhi Menungguku?
19 Kau Gugup Sekali
20 Benar-Benar Ujian
21 Mie Cinta Yang Gagal
22 Tiba-Tiba Adegan Slow Motion
23 Lin Momo Yang Tersangat Senang
24 Lin Momo Yang Menggemaskan
25 Pekerjaan Pertama Lin Momo
26 Jasa Merias Lin Momo
27 Tukang Onar Pasar
28 Cerita Lin Momo
29 Mengantar Yan Zhi Kerja
30 Tamu Negara Asing Datang
31 Kaki Lin Momo Berdarah
32 Rencana Licik Wu Yuan
33 Kemarahan Yan Zhi
34 KeKhawatiran Yan Zhi
35 Telepone Dari Ibu Mertua
36 Merasa Panas Bermain Api
37 Ungkapan Suka Yan Zhi
38 Godaan Lin Momo di Pagi Hari
39 Kedatangan Nyonya Besar
40 Kesalahpahaman
41 Aku Belum Bertemu
42 Kedatangan Ji Ru di Asrama
43 Salah Alamat
44 Ceraikan Saja Suami Mu
45 Identitas Pemilik Pabrik
46 Ibu Seret Kau Ke Semua Toko
47 Aku Mencintaimu, Lin Momo
48 Dibawah Tatapan Yan Zhi
49 Pagi yang Manis untuk Istri Tersayang
50 Suami Manja Lin Momo
51 Kejutan Istimewa
52 Terpesona Pria 1990
53 Malam Sebelum Pesta
54 Hari Pesta Pernikahan
55 Kabar Bahagia
56 Rencana Masa Depan
57 Pemeriksaan Lanjutan
58 Kejutan Tak Terduga 'Mereka'
59 Hadiah Terindah Dalam Hidup
60 Ada Yang Baru
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Akhir Hidup Monika
2
Terjebak Di Tahun 1990
3
Nyonya Yan
4
Pindah Rumah
5
Apakah Punya Mu?
6
Pinjam Dulu Ya
7
Suami Baru Cukup Perhatian
8
Tak Sia-Sia Bakatnya
9
Tak Sebanding Dengan Suamiku
10
Masakan Pertama Lin Momo
11
Handukmu Hampir Melorot
12
Aku Lin Momo Tapi Berbeda
13
Tak Perlu Menungguku
14
Menyuapi Yan Zhi
15
Bertemu Nyonya Lie, Istri Direktur
16
Berbelanja Perlengkapan Rias
17
Menikmati Waktu di Restoran 1990
18
Yan Zhi Menungguku?
19
Kau Gugup Sekali
20
Benar-Benar Ujian
21
Mie Cinta Yang Gagal
22
Tiba-Tiba Adegan Slow Motion
23
Lin Momo Yang Tersangat Senang
24
Lin Momo Yang Menggemaskan
25
Pekerjaan Pertama Lin Momo
26
Jasa Merias Lin Momo
27
Tukang Onar Pasar
28
Cerita Lin Momo
29
Mengantar Yan Zhi Kerja
30
Tamu Negara Asing Datang
31
Kaki Lin Momo Berdarah
32
Rencana Licik Wu Yuan
33
Kemarahan Yan Zhi
34
KeKhawatiran Yan Zhi
35
Telepone Dari Ibu Mertua
36
Merasa Panas Bermain Api
37
Ungkapan Suka Yan Zhi
38
Godaan Lin Momo di Pagi Hari
39
Kedatangan Nyonya Besar
40
Kesalahpahaman
41
Aku Belum Bertemu
42
Kedatangan Ji Ru di Asrama
43
Salah Alamat
44
Ceraikan Saja Suami Mu
45
Identitas Pemilik Pabrik
46
Ibu Seret Kau Ke Semua Toko
47
Aku Mencintaimu, Lin Momo
48
Dibawah Tatapan Yan Zhi
49
Pagi yang Manis untuk Istri Tersayang
50
Suami Manja Lin Momo
51
Kejutan Istimewa
52
Terpesona Pria 1990
53
Malam Sebelum Pesta
54
Hari Pesta Pernikahan
55
Kabar Bahagia
56
Rencana Masa Depan
57
Pemeriksaan Lanjutan
58
Kejutan Tak Terduga 'Mereka'
59
Hadiah Terindah Dalam Hidup
60
Ada Yang Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!