Bab 10: Liburan dan Latihan

Matahari pagi menyinari halaman sekolah yang telah dipenuhi para siswa yang berseragam putih biru. Suara riuh terdengar dari kerumunan siswa yang berkumpul di depan papan pengumuman, termasuk Kirana dan Ririn. Kirana dan Ririn berdiri berdekatan dengan jantung yang berdengup kencang melihat hasil pengumuman kelulusan. Jari Kirana gemetar menelusuri deretan nama yang terpampang di papan pengumuman. Jarinya berhenti di nama paling atas. KIRANA – NILAI TERTINGGI. Kirana terpaku sejenak, bibirnya merekah dan tersenyum lebar. Air mata kebahagiaan menggenang di pelupuk matanya. 

“Aku berhasil…! Aku berhasil…! Aku… aku dapat nilai tertinggi..!” bisiknya lirih seolah tak percaya, ternyata jerih payahnya selama ini tidak sia-sia.

Sedangkan Ririn masih mencari-cari namanya di papan pengumuman. Namun akhirnya dia lega, dia juga lulus dengan nilai yang cukup baik, walaupun tidak bisa sebaik Kirana. Melihat Kirana mendapatkan nilai terbaik Ririn berteriak, “Kamu juara Kir…! Aku tahu kamu pasti mendapatkan nilai terbaik…!” ucap Ririn dengan wajah bersinar seperti matahari.

Kirana tersenyum lebar namun matanya berkaca-kaca. “Ini berkat doamu Rin….! Kamu juga hebat, nilaimu juga sangat bagus..!”

Ririn tersenyum dan merangkul pundak Kirana. “Ini berkat belajar bersamamu… Aku jadi tambah pintar…. he… he… he…,” bisik Ririn sambil tertawa kecil mencoba meredakan ketegangan yang dirasakan.

Mereka berdua tertawa lepas lalu berjalan menuju pohon mangga yang biasa menjadi saksi bisik-bisik dan  curhatan mereka selama ini. Di bawah rindangnya daun hijau di atasnya, mereka duduk bersebelahan. Ririn mengeluarkan dua botol minuman dari dalam tasnya. “Nih… ada hadiah buat calon wanita sukses…,” ucap Ririn sambil menyodorkan salah satu botol minuman yang dibawanya.

Kirana menerimanya dengan senyum lalu menatap jauh ke arah bukit yang terlihat dari kejauhan. “Rin… kita akhirnya bisa ke SMA Negeri… Ini impian kita sejak dulu… Aku harap nanti kita bisa satu kelas ya…,” ucap Kirana berharap ke depannya dia sama Ririn masih sering bisa bersama-sama.

“Iya…,” Ririn mengangguk namun tiba-tiba suaranya menjadi serius. “Tapi aku masih takut… apakah di SMA nanti ada orang seperti Rara dan Anto lagi..?” tanya Ririn dengan suara lirih namun penuh kekhawatiran.

Rara dan Anto, dua sosok yang pernah membuat mereka ketakutan pada waktu lalu, saat ini sedang menginjak kelas 3 SMA, namun bersekolah di SMA swasta yang berada tidak jauh dari SMA Negeri tempat Kirana dan Ririn diterima bersekolah. Kenangan buruk itu masih membekas di hati Ririn.

Kirana meremas tangan Ririn lembut. “Kita sudah bukan anak SMP yang penakut lagi Rin… Kita punya ilmu dari Kakek Sapto. Aku janji, aku akan selalu melindungimu,” ujar Kirana dengan mata penuh tekad.

Angin berembus dan menjatuhkan beberapa helai daun seolah menyetujui janji mereka itu. Ririn menatap Kirana dan tersenyum kecil. “Terima kasih Kir… Aku percaya sama kamu…”

Mereka duduk dalam keheningan beberapa saat. Menikmati kebersamaan dan kedamaian di bawah pohon mangga itu. Tiba-tiba Ririn memecah kesunyian. “Oh iya… liburan nanti waktu latihan kita lebih banyak lagi… Aku tidak sabar dapat ilmu baru lagi dari Kakek Sapto…”

“Benar… tapi kamu harus bawa minuman dan cemilan ya… he…he… he…,” ucap Kirana sambil tertawa.

Mereka tertawa lepas melupakan sejenak kekhawatiran yang mungkin menanti di SMA nanti. Saat ini yang penting adalah merayakan keberhasilan mereka dan mempersiapkan diri untuk tantangan ke depannya.

 

Selama liburan panjang diisi dengan latihan lebih intensif di pondok Kakek Sapto. Setiap hari menjelang siang, Kirana dan Ririn sudah bersiap dengan pakaian latihan mereka dan berangkat menuju pondok kecil di pinggir hutan itu. Matahari belum terlalu tinggi, tetapi semangat mereka sudah membara. Setiap hari dihabiskan dengan latihan fisik dan teknik bela diri. Kirana dan Ririn sering pulang dengan tubuh lecet dan baju penuh debu, tapi senyum mereka tidak pernah pudar menghiasi wajah mereka. Canda dan tawa mengiringi latihan mereka, namun mereka tetap serius di setiap latihan. 

Suatu sore setelah latihan menghidari serangan tongkat yang melelahkan, Kakek Sapto memanggil mereka untuk beristirahat. Udara sejuk yang berhembus pelan dan aroma dedaunan serta tanah basah sejak hujan kecil tadi, membawa suasana damai di pondok tersebut. Kakek Sapto lalu duduk di bangku kayu tua yang sudah lapuk dimakan usia. Sambil meneguk teh hangat yang mereka buat tadi, Kakek Sapto menyuruh Kirana dan Ririn duduk di kursi yang ada di depan Kakek Sapto. 

“Kemarilah Nak…!” ujar Kakek Sapto dengan suara lembut namun penuh wibawa, menunjuk dua kursi kayu sederhana yang ada di depannya. Kirana dan Ririn patuh duduk walaupun napas mereka masih terengah-engah. Tapi wajah mereka menunjukkan kebahagiaan dan antusiasme.

Kakek Sapto menatap mereka dengan kasih sayang. “Kalian berkembang dengan pesat…!” ucapnya hangat seperti sinar matahari sore. “Tapi ingat kekuatan kalian bukan di otot, tapi di sini,” ucap Kakek Sapto sambil menunjuk hatinya. “Jangan pernah takut, tapi jangan pula pernah sombong,” tambah Kakek Sapto.

Kirana dan Ririn mengangguk sambil mengusap keringat yang ada di dahi mereka. “Kami tidak akan menyia-nyiakan ilmu Kakek dan kami juga akan selalu ingat pesan Kakek…,” ucap Kirana memandang Kakek Sapto dengan mata berbinar.

Kakek Sapto tersenyum dengan penuh kebanggaan. “Bagus…,” ujarnya sambil meneguk teh hangatnya. “Tapi ingat… latihan ini bukan hanya tentang fisik. Ini juga tentang mengendalikan emosi dan tentang memahami diri sendiri serta orang lain. Kalian harus bisa merasakan, tidak hanya melihat.”

Kirana mengeryitkan dahinya dan mencoba mencerna kata-kata Kakek Sapto. “Maksud kakek… kami harus lebih peka dengan perasaan orang lain?”

Kakek Sapto mengangguk. “Kalian harus bisa merasakan niat seseorang, apakah orang itu akan berbuat baik atau buruk. Itu akan bisa membuat kalian tidak hanya kuat, tapi juga bijaksana.”

Ririn terdiam sejenak lalu bertanya dengan suara pelan. “Bagaimana caranya Kek? Bagaimana kami bisa merasakan niat seseorang?” 

Kakek Sapto tersenyum lagi. “Itu datang dari latihan dan pengalaman. Tapi kalian harus mendengarkan kata hati kalian, karena hati tidak pernah berbohong.”

Mereka duduk dalam kehening sejenak sambil menikmati teh hangat dan udara sore yang tenang.

“Kakek…,” ucap Ririn memecahkan kesunyian. “Apakah kakek pernah merasa takut? Saat masih muda misalnya?” tanya Ririn dengan rasa ingin tahu.

Kakek Sapto tertawa kecil lalu menghela napas. “Tentu saja Nak… Semua orang pernah merasa takut. Tapi ketakutan itu sebenarnya bukan musuh. Ketakutan adalah teman yang mengingatkan kita untuk bisa waspada. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menghadapinya.”

Ririn mengangguk pelan dan mencoba mencerna perkataan Kakek Sapto. “Jadi kami tidak perlu merasa malu jika merasa takut?”

“Tidak…,” jawab Kakek Sapto dengan tegas. “Yang paling penting bagaimana kalian mengatasi ketakutan itu. Jangan biarkan ketakutan itu mengendalikan kalian.”

Mereka kembali terdiam dan masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Matahari sudah mulai condong ke barat, Kirana dan Ririn merasa sudah waktunya pulang ke rumah. Mereka berpamitan kepada Kakek Sapto dan meninggalkan Kakek Sapto dalam kesendirian kembali.

Bagaimana kisah selanjutnya...? Ikuti bab selanjutnya...

Episodes
1 Bab 1: Kirana dan Kehidupannya
2 Bab 2: Ujian Tak Terduga
3 Bab 3: Pertolongan Kakek Misterius
4 Bab 4: Kemarahan Bibi Tari
5 Bab 5: Kejutan
6 Bab 6: Latihan Perdana
7 Bab 7: Latihan Perdana 2
8 Bab 8: Beasiswa dan Pilihan
9 Bab 9: Kebahagiaan dan Cibiran
10 Bab 10: Liburan dan Latihan
11 Bab 11: Pagi Penuh Kejutan
12 Bab 12: Awal yang Baru
13 Bab 13: Jerat di Balik Senyum
14 Bab 14: Kecemburuan Susi
15 Bab 15: Perseteruan Susi dan Kirana
16 Bab 16: Pembalasan Kirana
17 Bab 17: Bantuan Daniel
18 Bab 18: Percobaan Pelecehan
19 Bab 19: Upaya Penyelamatan
20 Bab 20: Misi Penyelamatan
21 Bab 21: Trauma Susi
22 Bab 22: Kemarahan Orang Tua Susi
23 Bab 23: Trauma dan Konsekuensi
24 Bab 24: Usaha dan Harapan
25 Bab 25: Pertemuan
26 Bab 26: Terluka Parah
27 Bab 27: Pertolongan Pertama
28 Bab 28: Kirana Terpaksa Berbohong
29 Bab 29: Perkenalan
30 Bab 30: Flashback
31 Bab 31: Pemulihan
32 Bab 32: Menghubungi Tuan Nugroho
33 Bab 33: Penghianat
34 Bab 34: Rencana Pulang
35 Bab 35: Penjemputan
36 Bab 36: Tuan Nugroho dan Satria
37 Bab 37: Tuan Nugroho dan Satria 2
38 Bab 38: Pulang
39 Bab 39: Perubahan Rencana
40 Bab 40: Menuju Singapura
41 Bab 41: Rindu
42 Bab 42: Berobat
43 Bab 43: Telponan
44 Bab 44: Ungkapan Perasaan dan Pesan Perpisahan
45 Bab 45: Di Negeri Paman Sam
46 Bab 46: Malam Penuh Ketegangan
47 Bab 47: Penghianat Beraksi Lagi
48 Bab 48: Pengkhianatan yang Mematikan
49 Bab 49: Badai di Tengah Ketenangan
50 Bab 50: Kejanggalan di Balik Layar
51 Bab 51: Hukuman Awal
52 Bab 52: Jejak yang Menghilang
53 Bab 53: Ke Jakarta
54 Bab 54: Hari Kelulusan
55 Bab 55: Bertemu
56 Bab 56: Ungkapan Perasaan
57 Bab 57: Restu Kakek Sapto
58 Bab 58: Rencana Keberangkatan
59 Bab 59: Berangkat
60 Bab 60: Rindu
61 Bab 61: Pertemuan Tak Terduga
62 Bab 62: Konflik dengan Bagas
63 Bab 63: Persahabatan
64 Bab 64: Rencana Penculikan
65 Bab 65: Jalan-Jalan
66 Bab 66: Penculikan
67 Bab 67: Kepanikan di Mansion
68 Bab 68: Bantuan Jonathan
69 Bab 69: Belum Terlacak
70 Bab 70: Dalam Keterbatasan
71 Bab 71: Petunjuk
72 Bab 72: Tebusan
73 Bab 73: Upaya Penyelamatan
74 Bab 74: Tertembak
75 Bab 75: Dirawat
76 Bab 76: Khawatir
77 Bab 77: Motif Mulai Terungkap
78 Bab 78: Motif Sesungguhnya
79 Bab 79: Pengakuan
80 Bab 80: Kekhawatiran Arif
81 Bab 81: Pertemuan Kirana dan Arif
82 Bab 82: Dukungan Paman Budi
83 Bab 83: Ucapan Terima Kasih
84 Bab 84: Bisa Pulang
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1: Kirana dan Kehidupannya
2
Bab 2: Ujian Tak Terduga
3
Bab 3: Pertolongan Kakek Misterius
4
Bab 4: Kemarahan Bibi Tari
5
Bab 5: Kejutan
6
Bab 6: Latihan Perdana
7
Bab 7: Latihan Perdana 2
8
Bab 8: Beasiswa dan Pilihan
9
Bab 9: Kebahagiaan dan Cibiran
10
Bab 10: Liburan dan Latihan
11
Bab 11: Pagi Penuh Kejutan
12
Bab 12: Awal yang Baru
13
Bab 13: Jerat di Balik Senyum
14
Bab 14: Kecemburuan Susi
15
Bab 15: Perseteruan Susi dan Kirana
16
Bab 16: Pembalasan Kirana
17
Bab 17: Bantuan Daniel
18
Bab 18: Percobaan Pelecehan
19
Bab 19: Upaya Penyelamatan
20
Bab 20: Misi Penyelamatan
21
Bab 21: Trauma Susi
22
Bab 22: Kemarahan Orang Tua Susi
23
Bab 23: Trauma dan Konsekuensi
24
Bab 24: Usaha dan Harapan
25
Bab 25: Pertemuan
26
Bab 26: Terluka Parah
27
Bab 27: Pertolongan Pertama
28
Bab 28: Kirana Terpaksa Berbohong
29
Bab 29: Perkenalan
30
Bab 30: Flashback
31
Bab 31: Pemulihan
32
Bab 32: Menghubungi Tuan Nugroho
33
Bab 33: Penghianat
34
Bab 34: Rencana Pulang
35
Bab 35: Penjemputan
36
Bab 36: Tuan Nugroho dan Satria
37
Bab 37: Tuan Nugroho dan Satria 2
38
Bab 38: Pulang
39
Bab 39: Perubahan Rencana
40
Bab 40: Menuju Singapura
41
Bab 41: Rindu
42
Bab 42: Berobat
43
Bab 43: Telponan
44
Bab 44: Ungkapan Perasaan dan Pesan Perpisahan
45
Bab 45: Di Negeri Paman Sam
46
Bab 46: Malam Penuh Ketegangan
47
Bab 47: Penghianat Beraksi Lagi
48
Bab 48: Pengkhianatan yang Mematikan
49
Bab 49: Badai di Tengah Ketenangan
50
Bab 50: Kejanggalan di Balik Layar
51
Bab 51: Hukuman Awal
52
Bab 52: Jejak yang Menghilang
53
Bab 53: Ke Jakarta
54
Bab 54: Hari Kelulusan
55
Bab 55: Bertemu
56
Bab 56: Ungkapan Perasaan
57
Bab 57: Restu Kakek Sapto
58
Bab 58: Rencana Keberangkatan
59
Bab 59: Berangkat
60
Bab 60: Rindu
61
Bab 61: Pertemuan Tak Terduga
62
Bab 62: Konflik dengan Bagas
63
Bab 63: Persahabatan
64
Bab 64: Rencana Penculikan
65
Bab 65: Jalan-Jalan
66
Bab 66: Penculikan
67
Bab 67: Kepanikan di Mansion
68
Bab 68: Bantuan Jonathan
69
Bab 69: Belum Terlacak
70
Bab 70: Dalam Keterbatasan
71
Bab 71: Petunjuk
72
Bab 72: Tebusan
73
Bab 73: Upaya Penyelamatan
74
Bab 74: Tertembak
75
Bab 75: Dirawat
76
Bab 76: Khawatir
77
Bab 77: Motif Mulai Terungkap
78
Bab 78: Motif Sesungguhnya
79
Bab 79: Pengakuan
80
Bab 80: Kekhawatiran Arif
81
Bab 81: Pertemuan Kirana dan Arif
82
Bab 82: Dukungan Paman Budi
83
Bab 83: Ucapan Terima Kasih
84
Bab 84: Bisa Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!