Nando boleh panggil papa?

Tiba di rumah sakit, Nicko dengan cepat turun dari mobil dan membawa putranya masuk ke dalam rumah sakit.

"Om, kita sudah sampai ya?"

"Iya sayang, Nando harus di periksa dulu ya sama dokter."

"Om, Nando takut di suntik om," rengek bocah kecil itu, membuat Nicko tersenyum gemes.

"Kamu sama seperti papa nak, papa juga takut sama jarum suntik," ucap Nicko, dalam hati, membawa putranya masuk ke ruang IGD, di ikuti oleh kedua suster.

"Pak, apa sakitnya Nando kambuh lagi?" Tanya seorang dokter, yang biasa menangani Nando, baru saja masuk.

"Nando mimisan lagi dok, wajahnya juga terlihat pucat," ucap Nicko, yang masih terlihat khawatir.

"Saya periksa dulu ya," ucap dokter, yang mendapat anggukan dari Nicko.

Nicko tidak beranjak sama sekali dari sisi putranya, pria itu menemani sang putra yang saat ini sedang di periksa oleh dokter, kedua mata bocah kecil itu celingak-celinguk melihat seisi ruangan IGD.

"Bagaimana dok?"

"Saya sarankan, untuk secepatnya membawa Nando berobat ke luar negri pak, sebelum sel kankernya semakin menyebar," ucap dokter, membuat sekujur tubuh Nicko, terasa melemah.

"Kanker? Nando sakit kanker dok?" Tanya Nicko lagi.

"Iya pak, Nando saat ini mengidap kanker otak, apa Bu Dinda tidak pernah memberitahu bapak soal sakit Nando?"

Nicko terlihat mengusap wajahnya dengan kasar, menatap wajah pucat putranya, dunia Nicko serasa hancur, mendengar sakit yang di derita oleh putranya saat ini.

"Saya sudah pernah menyarankan ini pada Bu Dinda, selagi sakitnya Nando baru di tahap awal, bisa di bilang baru stadium awal pak, masih ada kesempatan untuk kesembuhannya," ucap dokter lagi.

"Nando, papa akan bawah Nando berobat ke luar negri, Nando harus sembuh nak. Dinda, kenapa kamu menyembunyikannya hal ini dariku."

Nicko lalu duduk di kursi dekat Nando, membuat bocah kecil itu menatap Nicko sambil tersenyum manis.

"Om, Nando bisa pulang kan, Nando kan gak di infus."

"Iya sayang, Nando pulang sama om ya," ucap Nicko, mengusap kepala putranya dengan sayang.

Membuat Nando, begitu nyaman di perlakukan dengan baik oleh Nicko, pria yang Nando anggap sebagai om baik, padahal Nicko adalah ayah kandungnya sendiri.

"Terimakasih ya om, sudah mau bawah Nando ke rumah sakit, maaf kalau Nando ngerepotin om baik, andai aja om baik adalah papanya Nando, pasti Nando senang banget," ucap bocah kecil itu, membuat hati Nicko bak di remas-remas, Nicko tak dapat menahan air matanya, tapi berusaha ia sembunyikan dari putra kecilnya itu.

"Maafkan papa sayang, maafkan papa."

"Om," panggil Nando.

"Iya sayang, kenapa," Nicko dengan cepat menghapus air matanya dan melihat putranya itu.

"Boleh gak Nando manggil om baik, papa, Nando gak pernah ketemu papa, om, Nando berharap banget bisa ketemu sama papa," ucap bocah kecil itu, semakin membuat hati Nicko sakit, Nicko memeluk putranya dengan erat sambil mengangguk pelan.

"Boleh sayang, Nando boleh panggil om, papa nak, om juga senang Nando panggil om papa."

"Terimakasih om, tapi jangan bilang-bilang mama ya om, nanti mama marah," Nando menatap wajah Nicko dengan sendu, membuat Nicko tersenyum kecil dan mengangguk pelan.

"Iya sayang, ini cuma jadi rahasia kita berdua aja."

"Janji ya om," Nando, mengangkat jari kelingkingnya dan Nicko juga menautkan jari kelingkingnya, keduanya tersenyum bahagia.

Selesai berbicara dengan dokter, Nicko lalu membawa Nando pulang, dari ruang IGD Nicko mengendong putranya sampai ke mobil, yang terparkir di lobby rumah sakit.

"Mau gak kita pergi jalan-jalan sebentar?"

"Mau pa."

Nicko tersenyum, lalu mengusap kepala putranya dengan pelan.

Nicko lalu masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi, tampa Nicko sadari kalau seorang pria menatapnya dengan tajam dari dalam mobil yang baru saja terparkir.

"Apa barusan itu Nicko?"

"Iya tuan, den Nicko bersama anak kecil yang di gendong," ucap sang supir.

"Kurangajar, jadi Nicko sudah ketemu dengan putranya, ini gak bisa di biarkan, bisa-bisa pernikahan Nicko dan Alika gagal, dan aku gak mau Nicko bersama wanita itu," ucap pria itu dalam hati, yang tidak lain adalah tuan Nigel.

Tuan Nigel, datang ke rumah sakit untuk kontrol, karena hari ini adalah jadwalnya, dan baru saja tiba di rumah sakit, pria paruh baya itu sudah melihat putranya sedang mengendong anak kecil keluar dari ruang IGD.

Sedangkan mobil yang di kendarai oleh Nicko, terus melaju di jalan raya yang lumayan padat itu, Nando duduk di kursi sampai sambil tersenyum melihat papanya.

"Pa, mama tau gak kalau Nicko sakit lagi?"

"Gak tau sayang, om pergi sendiri ke sekolah, karena mama lagi kerja."

"Nando kasian sama mama, mama harus kerja banting tulang buat Nando, tapi Nando malah sakit dan bikin beban mama tambah berat."

"Sayang, jangan bicara seperti itu ya, Nando gak bikin beban mama kok," Nicko mengunakan sebelah tangan untuk mengusap kepala putranya, karena saat ini bocah kecil itu menunduk sedih.

"Andai aja papa gak pergi ninggalin mama dulu, mungkin mama gak akan sendirian membesarkan Nando," setiap mendengar keluh kesah sang putra, hati Nicko benar-benar hancur, seperti di tusuk belati tajam. Dan Nicko tidak dapat menahan tangisnya, tapi berusaha pria itu sembunyikan dari putranya.

"Papa janji, papa akan tebus semua kesalahan papa di masa lalu, kesalah yang sudah meninggal mama dan kamu waktu masih dalam kandungan mama."

Tak lama kemudian, mobil berhenti di salah satu mall, Nicko akan mengajak putranya itu bermain di sana dan jalan-jalan berdua.

* * *

Sementara itu di kafe, Dinda melihat jam saat ini sudah menunjukan pukul setengah sebelas siang, waktunya Dinda menjemput Nando di sekolah.

"Din, udah mau pergi jemput Nando?"

"Iya, bentar lagi Nando keluar sekolah."

"Hati-hati ya."

Dinda, mengangguk pelan lalu keluar dari kafe itu, Dinda belum sadar kalau saat ini ponselnya tidak ada di tangannya.

Dinda naik ojek, untuk pergi menjemput Nando, karena agar bisa cepat sampai ke sekolah dan menghindari macet juga.

Tiba di depan gerbang, Dinda membayar ongkos dan berjalan masuk ke dalam sekolah, Dinda melihat sudah banyak anak-anak keluar kelas, karena saat ini sudah jam pulang sekolah.

"Rio, Nando mana nak?" Tanya Dinda, karena tidak melihat putranya di sana.

"Nando udah pulang dari tadi Tante, di jemput sama papanya saat Nando mimisan," ucap bocah kecil itu, yang Dinda tau adalah teman sebangku putranya.

"Apa, Nando mimisan lagi?"

"Iya Tante, Nando tadi mimisan lagi," ucap bocah kecil itu, mengangguk dengan polos.

"Makasih ya nak," Dinda lalu pergi ke ruang guru, untuk bertanya soal putranya, Dinda masih penasaran siapa yang jemput Nando.

"Bu, Nando di jemput sama siapa, kenapa ibu gak telpon saya kalau Nando mimisan lagi Bu?"

"Bu Dinda, saya sudah telpon tapi yang angkat seorang pria, dan pria itu datang ke sini jemput Nando Bu, ngakunya si katanya papanya Nando, wajah mereka juga hampir mirip, jadi saya pikir ini memang papanya Nando."

Dinda mencari ponselnya dalam tas, tidak ada dan wanita itu mulai panik sekarang.

"Ciri-cirinya seperti apa Bu?"

"Tinggi, rapi sama ganteng gitu Bu, yang pasti hampir mirip de sama Nando."

"Apa itu Nicko."

Bersambung....

Terpopuler

Comments

A R

A R

cptlah bw nando berobat 😭😭

2025-03-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!