Dinda bertemu Nicko

Dengan cepat, Alika pergi dari sana sebelum ada yang melihatnya.

"Gak mungkin, ini gak mungkin, gak mungkin Nicko punya anak dari wanita lain," ucap Alika dalam hati, masuk ke dalam kamar sambil menahan tangisnya, sesuatu yang baru saja wanita itu dengar, benar-benar membuatnya syok.

Alika duduk di sisi ranjang, mengingat bagaimana Nicko, tadi begitu cuek banget padanya.

"Aku harus cari tau, apa benar Nicko sudah punya anak dari wanita lain, kalau pun ada, aku gak akan biarin Nicko, bersama wanita itu, gak akan," ucap Alika seorang diri, mengusap air matanya dengan kasar.

Draatt....

Draattt....

"Mama," ucap wanita itu, lalu menggeser tombol hijau untuk mengangkat telpon.

"Hallo ma."

"Hay sayang, kamu ya mentang-mentang udah sampai Indonesia, sampai lupa ngabarin mama," ucap seorang wanita di seberang sana.

"Maaf ma, Alika kecapean tadi dan langsung tidur, jadi lupa ngabarin mama sama papa."

"Gak apa-apa sayang, semoga kamu senang ya di Indonesia, papa sama mama akan pergi nyusul kamu, kalau pernikahan kamu dan Nicko, akan di gelar."

"Ma, aku mau pernikahan aku sama Nicko, di percepat aja, aku gak mau di tunda-tunda lagi."

"Nanti mama bicarakan lagi sama papa kamu ya, biar nanti papa kamu yang ngomong sama tuan Nigel."

"Iya ma."

Sambungan telpon lalu mati, Alika meletakan benda pipi itu di atas ranjang.

* * *

"Bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang masa lalu Dinda?"

"Saat ini saya baru mendapat beberapa informasi saja bos, karena kejadian ini sudah sangat lama, tapi di sini saya menemukan sebuah fakta, kalau Dinda bukan anak kandung almarhum pak Martin dan Bu Fatmin," ucap pria itu, membuat Nicko mengernyit keningnya heran.

"Maksud kamu?"

"Dinda hanya anak angkatnya mereka saja bos, mereka juga tidak memiliki anak kandung."

"Anak angkat, jadi papa tau sesuatu soal Dinda, tapi papa pernah bilang kalau Dinda adalah anak seorang penghianat, itu berarti orang tua kandung Dinda, yang papa maksud penghianat," ucap Nicko, yang langsung mendapatkan anggukan dari pria yang duduk di depannya saat ini.

"Saya mau, kamu cari tau, tentang Dinda dan orang tua kandungan, saya yakin banget kalau orang tuanya Dinda gak mungkin penghianat."

"Baik bos, secepatnya saya akan kabarin bos lagi."

"Iya, terimakasih," ucap Raka, yang mendapat anggukan dari pria itu.

"Aku akan buktikan ke papa, kalau orang tua kandung Dinda pasti tidak bersalah, karena aku yakin banget ada yang gak beres," ucap Nicko, dalam hati.

Nicko lalu keluar dari restoran itu, setelah bertemu dengan orang yang ia minta untuk menyelidiki masa lalu Dinda.

Mobil yang di kendarai oleh Nicko, melaju cepat di jalan raya, sesekali pikiran Nicko, tertuju pada Nando dan Dinda, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Nicko yakin pasti Nando dan Dinda sudah pulang ke rumah.

Tapi Nicko, melajukan mobilnya pergi ke kafe, berniat untuk bertemu dengan sang sahabat Raffi, karena pria itu tau sahabatnya itu pasti masih berada di kafe sekarang.

Nicko, memakirkan mobilnya di parkiran khusus, lalu pria itu turun dari mobil, Nicko tidak melihat kalau saat ini Dinda dan Nando, baru saja keluar dari kafe.

"Om baik," panggil Nando, membuat langkah Nicko terhenti di tempat.

"Ma, itu om baik ma, om baik yang ngasih Nando hadiah mobil," ucap Nando dengan semangat, mendongak melihat sang mama, sedangkan Dinda terdiam di tempatnya, menatap tak percaya pada seseorang yang berada di depan mereka saat ini, jantung Dinda, berdetak kencang dan tak karuan.

"Sayang, ternyata benar kata mama, kalau kamu di sini," ucap seorang wanita, yang langsung memeluk Nicko dengan mesra.

"Alika, kamu ngapain di sini?"

"Aku nyusul kamu sayang, mama bilang kamu ke kafe, jadi aku ke sini di antar sama pak supir," ucap wanita itu, yang tidak lain adalah Alika.

"Nando, ayo kita pulang sayang," ajak Dinda, dan menarik tangan putranya pergi dari sana, melewati dua orang yang sedang berdiri di sana.

"Om baik, Nando pulang dulu ya."

Dinda melewati Nicko begitu saja, tampa menatap pria itu sama sekali, Dinda tidak menyangka kalau ia akan bertemu lagi dengan Nicko di sana, setelah sekian tahun tidak bertemu.

Dinda masuk ke dalam taksi, dengan kedua mata berkaca-kaca, Dinda masih tak menyangka, akan bertemu dengan pria yang pernah menorehkan luka di hatinya itu.

"Kenapa aku harus bertemu kamu lagi," ucap Dinda dalam hati, mengusap air mata dengan kasar, agar tidak di lihat oleh putranya.

"Nando, mama mau tanya sama Nando?"

"Mau tanya apa ma?"

"Nando kenal sama om baik di mana?" Dinda, mengusap kepala putranya dengan sayang.

"Di tempat kerja mama, om Raffi yang ngenalin Nando sama om baik ma," ucap bocah kecil itu, mendongak melihat sang mama.

"Kenal dari om Raffi?" Ulang Dinda.

"Iya ma, om Raffi sering telponan sama om baik, jadi Nando kenalan de."

"Itu berarti, Nicko sudah tau kalau Nando adalah putranya."

"Ma, mama kenapa bengong?"

"Gak apa-apa sayang," Dinda tersenyum, mengusap wajah putranya dengan lembut, dan tak lama kemudian taksi berhenti di depan rumah.

Setelah membayar ongkos taksinya, Dinda mengajak putranya turun dari mobil, dan kedatangan mereka langsung di sambut oleh Bu Fatmin di depan pintu masuk.

"Oma, liat de Nando punya mainan mobil, ini di kasih sama om baik," ucap bocah kecil itu dengan antusias.

"Wah, bagus banget ya mobilnya, pasti ini harganya mahal ya."

"Iya oma," mereka bertiga lalu masuk ke dalam rumah, Bu Fatmin melihat wajah putrinya yang terlihat tak bersemangat seperti biasa, wanita baya itu paham betul pasti ada sesuatu yang sedang di pikirkan oleh Dinda saat ini.

"Nak ada apa?"

"Gak ada apa-apa kok Bu," jawab Dinda, berusaha untuk tersenyum manis.

"Jangan bohong sama ibu, ibu tau kalau kamu lagi mikirin sesuatu, ayo ceritakan sama ibu nak."

Dinda melihat putranya yang sedang asik bermain, kemudian menatap Bu Fatmin dengan kedua mata berkaca-kaca, membuat wanita baya itu mengusap lengan Dinda dengan lembut.

"Kalau kamu belum siap cerita sama ibu, gak apa-apa nak, ibu ngerti kok."

"Dia kembali Bu," ucap Dinda, membuat bu Fatmin menatap Dinda dengan serius.

"Kamu ketemu dia?"

Dinda mengangguk pelan, membuat bu Fatmin menghela nafas pelan, meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan Nicko, tapi Dinda tak bisa berbohong, kalau wanita itu masih memiliki rasa cinta untuk pria yang sudah membuat hatinya sakit itu.

"Kenapa rasanya sakit, melihat dia bersama wanita lain," ucap Dinda, dalam hati, dengan air mata yang tak dapat ia bendung dan untung saja Nando, sedang asik bermain. Sehingga bocah kecil itu, tidak sadar kalau mamanya sedang bersedih saat ini.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!