"Ibu, sayang, ayo itu taksinya udah datang," Dinda, mengandeng tangan putranya untuk menghampiri mobil bersama Bu Fatmin.
"Dengan mbak Dinda ya?"
"Iya mas, ayo sayang masuk, ibu ayo," ajak Dinda, ketiganya lalu masuk ke dalam mobil.
"Ma, nanti kalau mama kerja Nando boleh ikut gak?"
"Nando mau ikut mama kerja sayang, tapi kan kondisi Nando lagi gak sehat sekarang."
"Gak apa-apa kok ma, Nando udah baikan, Nando udah gak sakit lagi," jawab bocah kecil itu.
"Aku kan udah janjian sama paman baik dan om Raffi, kalau mau ikut mama kerja lagi," ucap bocah kecil itu, dalam hati.
"Ya sudah, tapi nanti jangan nakal ya, Nando harus diam karena Nando sekarang lagi sakit."
"Iya ma, Nando janji," bocah kecil itu, tersenyum manis membuat Dinda tak tahan untuk tidak memeluknya.
"Bu, hari ini Dinda bawah Nando ke kafe ya."
"Iya sayang, kalian hati-hati ya."
"Iya Bu."
Mobil terus melaju, sampai tiba di depan kafe tempat kerja Dinda selama ini, Dinda lalu pamit pada Bu Fatmin, dan mengajak Nando turun dari mobil.
"Mas, nanti tolong antarkan ibu saya sampai ke rumah ya, ini ongkosnya."
"Baik mbak, terimakasih."
Setelah melihat mobil kembali berjalan, Dinda menatap sang putra lalu mengajaknya masuk ke dalam kafe itu.
"Dinda, anak kamu sudah sembuh?"
"Alhamdulillah udah," jawab Dinda, mengusap rambut Nando dengan sayang.
"Nando sakit apa?"
Dinda menghela nafas berat, melihat teman kerjanya itu, lalu berjongkok di hadapan Nando.
"Sayang, kamu main dulu ya, tapi ingat jangan nakal, kan udah janji sama mama tadi."
"Iya ma, kalau gitu Nando main di atas ya ma, Nando janji gak akan nakal ma," ucap bocah kecil itu.
"Iya sayang," Dinda melihat Nando, naik ke lantai dua, di mana tempat biasa dia bermain.
"Kata dokter, Nando mengidap kanker otak, masih stadium awal jadi masih bisa di sembuhkan kata dokter, dan pihak rumah sakit juga menyarankan untuk berobat ke luar negeri, sedangkan aku gak punya uang sebanyak itu," ucap Dinda.
"Kenapa kamu gak coba minta bantuan papanya Nando aja, siapa tau dia mau membantu kamu, apa lagi kalau tau anaknya lagi sakit sekarang."
Dinda tersenyum kecut, lalu menggeleng pelan. Semenjak Nicko, pergi gitu aja ninggalin Dinda dalam keadaan hamil, Dinda sudah bertekad untuk tidak akan mau bertemu lagi dengan pria itu, pria yang sudah menorehkan luka di hatinya.
"Sudahlah, ayo kita kerja," ucap Dinda, mengalihkan pembicaraan.
Sedangkan Nando tiba di lantai dua, bocah kecil itu berdiri di ambang pintu ruang kerja Raffi, dan mendengar suara obrolan dari dalam sana, tapi Nando tidak mendengar begitu jelas.
Tokkk...
Tokkk...
"Masuk,"
Ceklek....
Bocah kecil itu membuka pintu dan melihat dua orang yang sedang mengobrol di dalam sana, Raffi melihat Nando, yang masih berdiri di ambang pintu, berbeda dengan pria yang sedang membelakangi Nando.
"Om Raffi, Nando ganggu ya?"
Pria yang membelakangi Nando itu, lansung berbalik dan melihat bocah kecil itu, menatapnya cukup lama, tampa terasa air matanya jatuh membasahi pipinya yang mulus.
"Paman baik, paman baik sudah pulang ya dari luar negeri?"
Pria itu melihat Raffi, yang hanya diam saja, sedangkan Nando langsung menghampiri pria itu yang tidak lain adalah Nicko.
"Paman, paman kenapa nangis?"
"Ah, gak apa-apa nak, mata om kelilipen sepertinya," jawab Nicko, menatap wajah cupat bocah laki-laki itu dengan sayang.
"Nando ke sini sama mama?"
"Iya om, mama lagi kerja di bawah," jawab Nando.
"Bukannya Nando lagi sakit ya?" Tanya Raffi.
"Nando udah sembuh om, baru aja keluar dari rumah sakit."
"Jadi tadi Dinda di rumah sakit, itu sama Nando juga, anakku sakit," ucap Nicko, dalam hati mengusap kepala putranya itu dengan sayang.
"Om punya hadiah buat Nando," ucap Nicko, membuat bocah kecil itu mendongak.
"Apa om?"
"Ini, om punya hadiah mobil mainan untuk Nando, ambil sayang."
"Ini serius buat aku om, wah bagus banget, pasti ini harganya mahal ya om?" Ucap Nando, dengan antusias, membuat dada Nicko begitu sesak, melihat wajah ceria putranya.
"Maafkan papa nak, maafkan papa yang gak, bisa jadi ayah yang baik buat Nando."
"Aku buka ya om."
"Iya sayang," jawab Nicko, sambil mengusap kepala bocah laki-laki itu.
Selama ini, Nicko hanya bisa melihat putranya dari foto dan juga vidio call, itu pun kalau Nando ikut mamanya kerja di kafe, dan tentunya dari Raffi, tampa sepengetahuan Dinda.
"Dia gak tau kan, kalau kafe ini milik gue?"
"Gak lah, lu tenang aja," ucap Raffi, melihat wajah ceria Nando, saat bermain mobil hadia dari ayahnya.
"Bagus banget om."
"Nando suka?"
"Iya, suka banget om, Nando gak punya mainan sebagus ini, mama gak pernah beli karena uangnya lebih baik di tabung aja untuk biaya sekolah Nando," ucap bocah kecil itu, yang lagi-lagi membuat hati Nicko seperti tercabik-cabik, mainan saja putranya tidak punya.
Raffi melihat, Nicko yang menghapus sudut matanya yang berair, Raffi paham kalau saat ini perasaan sahabatnya itu begitu sakit, mendengar pengakuan dari putra kecilnya.
"Ayah macam apa aku ini, tega membiarkan anak sendiri hidup menderita, papa janji sama kalian, papa akan menebus semua kesalahan papa nak, papa akan buktikan pada opa kamu, kalau mama kamu gak bersalah, mama kamu bukan anak dari seorang penghianat," ucap Nicko, dalam hati.
"Raff, mamanya Nando, jangan dulu tau, kalau kafe ini milik gue, dan gue sudah ketemu sama Nando, gue tau saat ini Dinda pasti masih sangat marah sama gue," ucap Nicko, melihat Nando yang sedang asik bermain mobil.
"Iya, lu tenang aja."
"Nando, sini sayang," panggil Nicko.
"Ada apa om?"
"Kalau mama nanya, hadiah ini dapat dari mana, bilang dari om baik ya."
"Oke om siap, apa om gak mau ketemu mama aku, mama aku cantik lo om, masih mudah lagi."
"Kenapa Nando pengen ngenalin mama sama om?"
"Iya om, karena Nando kasian sama mama om, mama kerja terus buat Nando dan nenek," ucap bocah kecil itu, menunduk sedih.
"Memangnya ayahnya Nando ke mana?"
Bocah kecil itu, mendongak melihat wajah Nicko, membuat Nicko tak kuasa menahan air matanya, tapi mati-matian pria itu tahan.
"Kata mama, papa pergi saat Nando belum lahir, papa ninggalin Nando sama mama," ucap bocah kecil itu lagi.
Nicko, tak kuasa menahan tangisnya dan memeluk Nando dengan erat, Nicko begitu menyayangi anaknya, tak pernah sedikitpun Nicko membiarkan Nando dan mamanya, Nicko begitu sayang mereka, selama ini Nicko, selalu memantau keduanya lewat Raffi, sahabatnya itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
A R
semoga nicko tau nando sakit 😭😭😭😭 biar bisa diobati cepat
2025-03-05
0