6 Tahun kemudian....
Terlihat seorang bocah laki-laki yang berusia lima tahun, baru saja bangun dari tidurnya, bocah laki-laki, mencari keberadaan sang mama yang tidak terlihat di dekatnya.
"Ma, mama," panggilnya dengan suara pelan.
"Sayang, Nando sadah bangun nak, maaf mama lagi bikin kue kesukaan Nando," ucap seorang wanita cantik, yang tidak lain adalah Dinda.
Dinda mengusap kepala putranya dengan sayang, lalu mengajak bocah laki-laki itu keluar dari kamar, dan mendudukkan di kursi meja makan.
"Eh, cucu Oma sudah bangun ya, aduh lucu banget si muka bantalnya," ucap Bu Fatmin, gemes melihat sang cucu.
"Oma, lagi ngapain, kok basah?" Bocah laki-laki yang bernama Nando, melihat baju sang Oma yang basa setengah.
"Oma lagi, nyuci sayang, jadi baju Oma basah de."
"Ma, aku mau ke kamar mandi ya."
"Iya sayang, hati-hati ya, lantainya licin nak," ucap Dinda, yang sibuk dengan adonan kue.
"Iya ma," jawab Nando, lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Hari ini adalah hari weekend, Dinda libur kerja dan putranya Nando juga libur sekolah, dan di hari libur ini, Dinda ingin menghabiskan waktunya bersama sang putra, karena kalau Dinda sudah pergi kerja, wanita itu akan susah menemani sang putra bermain, nanti di hari-hari libur seperti saat ini.
Dan hari ini, Dinda ingin membuat kue kesukaan putranya, ya itu kue brownies kukus.
"Nando, udah belum sayang, nak jangan lama-lama di sana," ucap Dinda, melihat putranya belum juga keluar dari kamar mandi.
"Ma, hidungnya Nando berdarah ma," teriak bocah laki-laki itu, membuat Dinda dengan cepat menghampiri sang putra.
"Ya ampun sayang, ini kenapa bisa mimisan gini nak," ucap Dinda, dengan panik dan kedua matanya sudah berkaca-kaca, melihat hidup putra mengeluarkan darah segar.
"Nando gak tau ma, tapi kepala Nando sakit ma," aduh bocah kecil itu.
"Kita ke rumah sakit ya sayang, Ibu, ibu," panggil Dinda, membawa Nando keluar dari kamar mandi.
"Ada apa nak?"
"Ya Allah, Nando kenapa nak?" Bu Fatmin, menatap sang cucu yang sedang mimisan saat ini.
"Dinda juga gak tau Bu, tiba-tiba saja Nando teriak dan bilang kalau hidung berdarah," ucap Dinda, dengan panik.
"Kita bawah Nando ke rumah sakit ya, ibu ganti baju dulu nak," ucap Bu Fatmin, yang mendapat anggukan dari Dinda.
"Ma sakit ma, kepala Nando sakit ma."
"Iya sayang, sabar ya kita ke rumah sakit."
"Nanti Nando gak akan di suntik kan ma, Nando gak mau di suntik ma."
"Gak sayang, Nando gak akan di suntik kok, Nando cuma mau di periksa sama dokter," bujuk Dinda, karena sudah sangat khawatir melihat wajah pucat putranya.
Dinda dan Bu Fatmin, membawa Nando ke rumah sakit dengan mengunakan taksi online yang sudah Dinda pesan, di dalam mobil Dinda memangku kepala putranya agar bisa berbaring dengan nyaman.
* * *
Tiba di rumah sakit, Nando langsung di tangani oleh dokter di ruang IGD, bocah kecil itu sama sekali tidak mengijinkan mamanya jauh darinya.
"Dok, bagaimana dengan kondisi putra saya, Nando baik-baik saja kan dok?"
Dokter terlihat menghela nafas pelan, menatap bocah kecil itu, lalu menatap Dinda.
"Kami harus mengambil darah Bu, untuk memastikan bahwa dugaan saya benar atau tidak, tapi kita tunggu dari hasilnya nanti setelah keluar," ucap dokter, membuat Dinda terdiam menatap putranya.
"Baik dok, lakukan yang terbaik untuk putra saya dok, saya mohon," ucap Dinda, dengan kedua mata berkaca-kaca, menatap sang putra.
"Iya Bu."
Dinda lalu mengusap kepala putranya dengan sayang, Dinda mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh di depan Nando.
"Nando gak di suntik kan, dokternya gak akan suntik Nando, karena mama sudah bilang ke dokter kalau Nando takut di suntik."
"Nando di suntik ma."
"Gak sayang, Nando gak di suntik."
"Ini ma, ini sakit seperti di suntik," ucap bocah laki-laki itu, menunjuk jarum infus yang menancam di pergelangan tangannya. Membuat Dinda, tersenyum manis.
"Maaf ya sayang, kalau ini harus ada, biar Nando kuat," jawab Dinda.
"Iya ma," angguk bocah kecil itu.
"Nak, gimana kondisi Nando, apa kata dokter?" Tanya Bu Fatmin, masuk ke ruang IGD, setelah mendengar ijin masuk dari perawat.
"Masih harus melakukan pemeriksaan darah Bu, untuk memastikan sakit Nando saat ini, kita berdoa semoga gak terjadi apa-apa ya Bu sama Nando, Dinda gak mau Nando sampai kenapa-kenapa, Dinda gak bisa maafin diri Dinda sendiri Bu," ucap Dinda, memeluk sang ibu. Wanita yang sudah menemaninya dan Nando selam ini.
"Iya nak, Nando pasti baik-baik, kamu jangan sedih ya."
"Terimakasih Bu."
"Oma sama mama kko nangis?" Tanya bocah kecil itu dengan polos.
"Gak apa-apa kok sayang, mama sama Oma, cuma mikirin Nando aja, Nando cepat sehat ya sayang."
"Iya ma, Nando kan harus sekolah yang rajin, biar bisa jadi orang sukses besar nanti seperti om Raffi dan om Baik, biar punya bisnis dan punya banyak uang," ucap bocah kecil itu, membuat Dinda semakin tidak dapat menahan air matanya.
* * *
"Papa yakin gak apa-apa?"
"Iya ma, papa gak apa-apa kok, cuma sakit dada aja seperti biasa," ucap seorang pria paruh baya, mengusap dadanya yang sesak.
"Di rawat aja ya, mama takut sakit papa kambuh lagi."
"Gak usah ma, papa mau istirahat di rumah aja, minta Nicko segera pulang bersama tunangannya ma, agar kita bisa melangsungkan pernikahan mereka di sini," ucap pria itu, yang tidak lain adalah tuan Nigel dan sang istri nyonya Amelia.
"Iya, sampai rumah kita langsung hubungi Nicko, pa," ucap nyonya Amelia.
"Tuan, nyonya, sudah selesai?" Tanya sang supir dengan hormat.
"Sudah pak Mat, tolong bantu tuan ke mobil ya."
"Baik nyonya."
Mobil mewah itu, lalu pergi meninggalkan rumah sakit, tuan Nigel dan nyonya Amelia, baru saja kembali dari Italia dua hari yang lalu, tapi sudah keburu tuan Nigel kambuh penyakit sesak nafasnya, dan harus berakhir ke rumah sakit.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
A R
wahh nicko ga nikah2. kyknya nando sakit parah deh 😭😭😭😭😭
2025-02-24
0
A R
jahat sih kamu sama cucu sendiri
2025-02-24
0