"Langsung usir saja pak dari kampung kita, bikin malu aja, masa iya hamil di luar nikah," ucap seorang ibu-ibu, menatap Dinda dengan tajam dan tidak suka.
"Maaf semuanya, ada apa ini?" Tanya Bu Fatmin, melihat semua orang yang sedang berkumpul di depan rumah saat ini.
"Gak usah sok gak tau de lu Fatmin, kita-kita di sini udah pada tau, kalau anak lu tu si Dinda lagi hamil kan sekarang?"
Bu Fatmin, memeluk Dinda yang saat ini sudah tak dapat menahan air matanya lagi, sedangkan para warga selalu saja memojokkan Dinda.
"Sabar Bu ibu, kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik kan, tidak harus dengan cara seperti ini," ucap pak RT, menatap semua warga yang ada di sana.
"Tapi kita maunya, mereka harus di usir dari kampung ini pak, kita gak mau nanti kampung kita kena sial, cuma gara-gara di Dinda hamil di luar nikah," ucap salah satu ibu-ibu.
"Cukup Bu, di sini saya yang ketua RT, bukan ibu," bentak pak RT, menatap wanita itu dengan tajam.
"Pak, tolong jangan usir kami, kami tidak punya tempat tinggal lain lagi, selain rumah ini peninggalan almarhum suami saya," ucap Bu Fatmin, menatap pak RT dengan penuh mohon.
"Sabar dulu Bu Fatmin, kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik, maksud dan kedatangan saya ke sini, cuma ingin bertanya saja, apa benar saat ini nak Dinda sedang hamil?" Tanya pak RT, membuat bu Fatmin dan Dinda saling pandang.
"Benar pak, saya hamil saat ini," jujur Dinda, dan Bu Fatmin hanya mengusap punggung putrinya dengan sayang.
"Kok bisa Bu, kan nak Dinda belum nikah?"
"Ini adalah kesalahan saya pak, saya minta maaf," ucap Dinda, yang mendapat anggukan dari pak RT.
"Udah pak, di usir saja mereka dari sini," ucap para warga.
"Diam, kalau gak mau diam, kalian bisa pergi dari sini," usir pak RT, yang berhasil membuat ibu-ibu bungkam.
"Ya sudah tidak apa-apa, tapi ibu harus membuat laporan baru di kampung, sebagaimana Dinda saat ini sedang hamil di luar nikah, agar ibu dan Dinda tidak akan di usir dari kampung ini," jelas pak RT.
"Baik pak, saya akan langsung laksanakan," ucap Bu Fatmin, tersenyum memeluk putrinya.
"Kok gitu si pak, kenapa gak di usir aja dari sini, gak asik banget," ucap seorang ibu-ibu.
"Bu, ibu ini sudah menjadi keputusan saya sebagai ketua RT di kampung ini, jadi tidak ada yang bisa membantahnya, mengerti?"
Hhhuuu....
"Ayo bubar aja, kirain bakalan di usir dari kampung."
Semua para warga pun membubarkan diri masing-masing, pergi dengan rasa kecewa, karena ingin melihat Bu Fatmin dan Dinda di usir, tapi malah berakhir mereka yang harus membubarkan diri.
"Terimakasih pak RT," ucap Dinda.
"Sama-sama Dinda, Bu Fatmin, kalau begitu saya pamit dulu, nanti bisa langsung melapor saja ke kampung."
"Baik pak."
"Bu," Dinda memeluk sang ibu dengan erat, karena di saat seperti ini, hanya sang ibu yang selalu ada untuknya dan bayi yang ia kandung saat ini.
"Udah jangan sedih nak, kamu harus kuat demi bayi yang ada di dalam perut kamu, masih ada ibu di sini selalu nemanin kamu, kamu gak sendirian sayang," ucap Bu Fatmin, yang tak dapat menahan air matanya juga.
"Maafkan Dinda Bu, Dinda udah bikin ibu malu."
"Sudah, semua sudah terjadi, jadi kita gak bisa menyalahkan takdir, kita berdoa saja, semoga nanti akan ada kebahagiaan untuk kamu dan anak kamu, jangan sedih lagi ya."
"Terimakasih Bu."
Ibu dan anak saling peluk, saling menguatkan satu sama lain.
* * *
Di belahan dunia lain, terlihat tua Nigel sedang menikmati kesendiriannya di sebuah ruangan, ruangan yang lebih tepatnya adalah tempat kerja pria itu saat di rumah.
"Andai saja kamu tidak menjadi pengkhianat, mungkin kamu tidak akan mati percuma, dan kamu tidak akan meninggalkan putrimu pada orang lain," ucap tuan Nigel, seorang diri.
Dari depan pintu, Nicko bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh sang papa, pria itu begitu penasaran apa maksud dari perkataan tuan Nigel barusan.
"Apa yang papa sembunyikan, kok papa bilang penghianat," ucap Nicko, dalam hati.
"Nicko, kenapa gak masuk sayang?"
"Ma, Nicko gak jadi masuk, nanti aja," ucap Nicko, pergi dari sana.
"Kenapa anak itu, tadi bilangnya mau ketemu papanya, kok malah pergi si," ucap nyonya Amelia, lalu masuk ke ruangan kerja sang suami.
"Pa!"
"Mama, tadi ngomong sama siapa?" Tuan Nigel, menatap sang istri yang baru saja masuk itu.
"Ngomong sama Nicko pa, mama pikir dia masuk ke sini nemuin papa, katanya dia pengen ngomong sesuatu ke papa," ucap nyonya Amelia, duduk di dekat sang suami.
"Terus di mana anak itu?"
"Sudah kembali ke kamar, katanya nanti lain kali saja, tumben papa betah di sini, lagi mikirin apa?"
"Gak ada kok, cuma mikirin putra kita aja."
Nyonya Amelia, tersenyum melihat sang suami. Nyonya Amelia, tau kalau saat ini sedang ada yang menganggu pikiran sang suami, tapi wanita cantik itu tidak mau banyak bertanya, karena ia tau seperti apa suaminya itu.
* * *
Sedangkan di dalam kamarnya, Nicko berpikir keras tentang apa yang ia dengar tadi. Nicko, lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang, dan tak lama kemudian telpon tersambung dan langsung di angkat.
"Hallo Raf, lu lagi ngapain sekarang?"
"Lu, nelpon gue cuma mau nanya soal penghasilan dari kafe?"
"Baikan anjir, gue cuma pengen lu selidiki sesuatu," ucap Nicko serius.
"Nyelidikin soal apa, soal Dinda?"
Mendengar nama sang kekasih di sebut, membuat Nicko langsung terdiam, sedikit pun ia tidak pernah melupakan Dinda dan anak mereka, meskipun dia sudah jahat karena pergi meninggalkan Dinda begitu saja dalam keadaan berbadan dua.
"Sekarang dia jadi pelayan di kafe Nick," ucap Raffi lagi dari seberang sana, membuat Nicko kaget.
"Lu serius Raffi?"
"Iya, dia juga lagi hamil saat ini, pasti anak lu kan brengsek, kenapa lu ninggalin dia gitu aja, gak ada akhlak banget si lu," ucap Raffi.
Nicko menghela nafas berat, Nicko mengaku salah karena sudah menyakiti hati Dinda.
"Biarin dia terus bekerja di situ Raff, jangan biarin dia kerja berat, tapi jangan sampai dia tau juga kalau kafe itu punya gue," ucap Nicko pelan.
"Lu tau gak, di kafe dia selalu di hina sama pekerja lain Nick, lu bayangin aja seberapa sakit hatinya Dinda, belum lagi dia di keluarin dari kampus, karena hamil di luar nikah," ucap Raffi, membuat Nicko mengernyit keningnya heran.
"Di keluarin dari kampus?" Ulang Nicko.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
A R
akhirnya tau jg kamu nick 🥺🥺🥺
2025-02-21
0
A R
mksh pak rt 😭😭😭
2025-02-21
0