Tuan Nigel dan nyonya Amelia, menyambut kedatangan tamu mereka dengan hormat.
"Pak Jaya, Bu Arina, selamat datang di kediaman kami," sapa nyonya Amelia, menyambut kedatangan tamu mereka.
"Terimakasih nyonya Amelia, senang bisa berkunjung ke sini," ucap wanita baya itu.
Tuan Nigel, terlihat menyambut pak Jaya dengan baik juga, sedangkan seorang wanita cantik yang datang bersama pak Jaya dan sang istri, tersenyum manis melihat seorang pemuda yang baru saja menuruni anak tangga, ya dia adalah Nicko.
"Sayang, sini kenalan sama calon tunangan kamu," panggil nyonya Amelia, melihat kedatangan putranya yang sudah rapi dengan setelan jas.
"Ini Nicko ya?"
"Iya pak Jaya, ini Nicko putra saya," tuan Nigel, menepuk pundak putranya, dengan pelan.
"Tampan sekali, cocok dengan putri saya Alika," ucap pak Jaya, menatap putrinya dengan senyum kecil.
"Alika, kamu cantik sekali nak, sama seperti mama kamu," puji nyonya Amelia.
"Terimakasih Tante, tante juga cantik."
"Kamu ini bisa aja, nak kenalan dong sama nak Alika."
"Nicko."
"Aku Alika, senang bisa kenalan sama kamu," ucap wanita itu, menatap Nicko tampa berkedip, ya siapa yang tidak tertarik dengan pesona Nicko Sanjaya.
"Ganteng banget si cowok pilihan papa, kalau gini si aku gak bisa nolak, aku mau banget kalau langsung di nikahin," ucap Alika, dalam hati menatap Nicko sambil tersenyum manis.
"Nak, kalian ngobrol dulu ya, papa sama mama mau ngobrol di sana," ucap nyonya Amelia, membuat Alika mengangguk cepat.
Para orang tua sudah pergi menjauh, membiarkan Nicko dan Alika, mengobrol berdua.
"Aku dengar, kamu mau lanjut kuliah di sini ya?"
"Iya."
"Kita akan satu kampus, aku senang banget begitu tau kamu pria yang di jodohkan sama aku."
Nicko hanya menatap wanita itu dingin, sejujurnya Nicko paling malas berada di situasi seperti ini, apa lagi bersama wanita yang tidak dia sukai.
"Saat ini aku gak bisa berbuat apa-apa, aku takut papa akan nyakitin Dinda dan anak kami," ucap Nicko dalam hati, walaupun saat ini Nicko bersama wanita itu, tapi pikiran Nicko terus pada Dinda.
"Tuan Nigel, bagaimana kalau acara pertunangan Nicko dan Alika, di laksanakan setelah mereka selesai wisuda, kan wisuda mereka tidak lama lagi, mengingat mereka sudah semester akhir," ucap pak Jaya, yang mendapat anggukan dari tuan Nigel.
"Saya si setuju-setuju aja pak, yang terbaik aja untuk anak kita, yang terpenting sekarang Nicko dan Alika sudah bertemu."
"Iya, untuk sekarang biarkan mereka tambah lebih dekat dan saling mengenal dulu, takutnya kalau pertunangan di percepat, mereka merasa keberatan," ucap pria paru baya itu.
"Tuan, nyonya, makan malam sudah siap," ucap pelayan, dengan sopan.
"Iya, terimakasih."
Tuan Nigel dan nyonya Amelia, mengajak tamu untuk makan malam, Nicko dan Alika juga di panggil oleh nyonya Amelia.
Tuan Nigel, memuji putranya dan Alika, terlihat begitu serasi, tapi Nicko hanya diam saja, tidak menangapi omongan sang papa, yang terpenting ia sudah mengikuti kemauan kedua orang tuanya, dan semua itu ia lakukan demi Dinda dan anak mereka.
"Nick, Nicko," panggil tuan Nigel.
"Ada apa pa?"
"Kamu lagi melamun ya, papa panggil-panggil gak denger?"
"Gak apa-apa kok pa, aku lagi mikirin sesuatu aja," jawab Nicko, kembali memakan makanannya.
"Nicko pasti lagi mikirin wanita itu, ini gak bisa di biarkan, Nicko gak bisa mikirin Nindi terus," ucap tuan Nigel dalam hati.
"Pak Jaya, Bu Arina, jangan sungkan makanannya masih banyak," ucap tuan Nigel.
* * *
Di belahan dunia lain, Dinda yang sedang duduk di kelas bersama Dewi, tiba-tiba saja di panggil oleh dosen pembimbing.
"Dinda, kamu ikut saya ke ruangan."
"Baik pak, Wi, aku ke ruangan pak Aldi dulu ya."
"Mau aku temanin gak?"
"Gak usah, aku bisa sendiri kok, kamu tunggu di sini aja ya."
Dewi mengangguk, melihat punggung sahabatnya pergi menghilang dari balik pintu.
Tokk...
Tokkk....
"Masuk."
"Ada apa bapak manggil saya?"
Pria berkacamata itu, memberikan amplop putih pada Dinda, membuat Dinda bertanya-tanya dalam hati, apa isi amplop putih itu.
"Maaf, ini apa ya pak?"
"Ini surat dari pemilik kampus ini, kamu di keluarkan dari kampus ini Dinda, kamu sudah melanggar aturan karena hamil di luar nikah," ucap dosen itu.
"Apa, saya di keluarkan, pak apa gak ada kesempatan buat saya pak, sebentar lagi saya semester akhir pak."
"Maaf, ini sudah menjadi keputusan dari pihak kampus, kami tidak bisa berbuat apa-apa sebagai dosen di sini."
Dinda mengambil amplop itu, dan melihat isinya, Dinda tersenyum kecut melihat nama Nigel Sanjaya, tertera di sana. Rupanya kampus itu adalah miliknya keluarga Sanjaya, pantes saja kepala kampus selalu hormat pada Nicko, ternyata kampus itu milik keluarganya.
"Saya permisi dulu pak."
"Iya."
Dinda keluar dari ruangan itu, dengan membawa surat pengeluaran dirinya dari kampus itu.
"Din, kamu udah balik?"
"Wi, aku di keluarkan dari kampus," ucap Dinda pelan, menatap sang sahabat.
"Apa, kamu serius?"
"Iya, ini suratnya. Ternyata pemilik kampus ini adalah keluarga Sanjaya."
"Maksud kamu, kampus ini milik keluarganya Nicko?"
"Iya, aku gak tau ini balas dendam untuk aku, atau murni karena kesalahan aku hamil saat ini."
"Kasian banget ya lu, di keluarin dari kampus karena hamil di luar nikah," ucap salah satu mahasiswa, menatap Dinda dengan sinis.
"Bisa diam gak lu."
"Kenapa, kan omongan kita memang benar."
"Udah Wi, biarin aja mereka mau ngomong apa, aku juga gak pusing kok, ayo kita pergi," ajak Dinda.
"Awas saja lu," kesal Dewi, sebelum keluar dari kelas mereka.
Dinda hanya bisa menerima semua yang sudah terjadi pada dirinya, sudah di tinggal pergi selama-lamanya oleh bapaknya, belum dia harus menanggung apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dan sekarang di keluarkan juga dari kampus, padahal sebentar lagi Dinda akan wisuda.
"Dinda,,," panggil seseorang, membuat Dinda dan Dewi berbalik melihat ke asal suara, kedua mata Dinda, menatap kaget orang itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
A R
kasian dinda 😭😭
2025-02-19
0