"Din, kamu langsung ke tempat kerja ya?" Tanya Dewi, saat ini mereka baru saja selesai mata kuliah dan bersiap akan keluar kelas.
"Iya Wi, aku selalu ambil sif siang," jawab Dinda, memasukan sesuatu ke dalam tas.
"Ayo kita bareng aja, aku juga pengen liat tempat kerja kamu," ajak Dewi, kemudian keduanya keluar dari kelas.
Saat melewati beberapa anak-anak kampus yang berpapasan dengan Dinda dan Dewi, mereka selalu bisik-bisik sehingga membuat dua gadis itu heran.
"Mereka kenapa si, kok liatin kamu gitu?"
"Udah biarin aja," jawab Dinda santai, dan memilih untuk tidak pusing.
"Eh Dinda, apa benar gosip yang beredar, kalau lu itu lagi hamil sekarang?" Tanya salah satu wanita sambil bersedekap dada, menghalangi jalan Dinda dan Dewi.
"Eh, jangan asal ya lu kalau ngomong," kesal Dewi, menatap gadis itu dengan tajam.
"Memang benar kok, kalau Dinda lagi hamil sekarang, buktinya aja dia tadi muntah-muntah di toilet, apa lagi coba kalau bukan hamil."
"Iya, padahal kan dia belum nikah, kok sampai bisa hamil si," ucap anak-anak yang lain, menatap Dinda dengan sinis.
"Aduh kasian banget ya, kalau sampai hamil di luar nikah, nanti mau jadi apa hidup lu Din, gue jadi penasaran de sama ayah dari anak yang lu kandung itu."
"Sekali lagi lu ngomong gitu, gue robek mulut lu," ucap Dewi, menatap wanita-wanita itu dengan tajam.
"Lu kenapa si, kan kita gak ngomong sama lu, kita lagi nanya sama si Dinda, kok malah lu si yang sewot," ucap salah satu mahasiswa, menatap Dewi tidak suka.
"Ayo Din, kita pergi aja. Gak usah dengar apa kata mereka, kurang kerjaan banget," ajak Dewi, langsung menarik tangan Dinda pergi dari sana.
"Dasar," teriak para wanita itu, melihat Dinda dan Dewi pergi dari sana.
"Kesal banget gue sama mereka, suka asal aja kalau ngomong," ucap Dewi, melepaskan tangan Dinda, saat ini mereka sudah berada di gerbang kampus.
Dewi berbalik, melihat Dinda yang hanya diam saja, Dewi menjadi heran melihat sahabatnya itu, karena gak biasnya Dinda menjadi pendiam seperti sekarang ini, saat di katain oleh teman-teman kampus.
"Din, kamu kok diam aja di omongin sama mereka?" Kesal Dewi.
Dinda tersenyum kecut, melihat sahabatnya itu.
"Apa yang mereka omongin memang benar Wi, aku hamil."
"What, kamu hamil? Aduh Din, jangan suka bercanda de, gak lucu."
"Aku serius Wi, aku hamil sekarang," ucap Dinda, menatap Dewi dengan serius, karena percuma saja Dinda menutupi semua ini.
"Siapa ayahnya?"
Dinda terdiam, entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu saat ini.
"Siapa ayahnya Din?" Tanya Dewi lagi.
"Nicko."
"Nicko?"
"Iya, Nicko ayah dari anak yang gue kandung sekarang."
Dewi memeluk Dinda, yang tak dapat menahan tangisnya, Dewi melihat sahabatnya itu begitu rapuh saat ini, Dewi juga tidak dapat menahan air matanya, mendengar curhatan sang sahabat.
"Kamu yang sabar, aku akan selalu ada buat kamu, kamu pasti kuat demi anak kamu," ucap Dewi, mengusap lengan Dinda dengan pelan.
"Makasih Wi, kamu benar-benar sahabat baik aku," ucap Dinda, kembali memeluk sahabatnya itu lagi.
"Udah jangan sedih, kasian anak kamu, nanti sedih juga kalau tau mamanya sedih, gak usah pikirin laki-laki gak bertanggung jawab seperti Nicko, kamu harus buktikan sama dia, kalau kamu bisa tampa dia," ucap Dewi, memberikan semangat untuk Dinda, agar sahabatnya itu tidak bersedih.
"Makasih Wi."
"Iya, ayo kita pergi," kedua gadis itu lalu naik taksi online yang baru saja tiba, Dewi akan mengantar Dinda ke tempat kerjaannya saat ini.
* * *
"Makasih ya Wi, udah mau nganterin aku sampai sini, kamu duduk dulu, aku mau ganti seragam," ucap Dinda, saat mereka baru saja tiba di kafe tempat Dinda bekerja.
"Iya, semangat ya, jangan sedih lagi," Dewi menepuk pundak sang sahabat dengan pelan.
"Kasian kamu Dinda, kamu harus jadi korban perasaan dari cowok sebejat Nicko," ucap Dewi dalam hati, melihat Dinda menghilang dari balik pintu.
"Din, kamu baru sampai ya?"
"Iya, aku pergi ganti seragam dulu."
"Tunggu Din, ada yang mau aku tanyakan sama kamu?"
"Soal apa?"
"Apa benar kamu lagi hamil sekarang, soalnya pelayan yang lain pada ngomongin kamu yang sering muntah-muntah? Kamu jangan tersinggung ya aku nanya gini, biar gak ada salah paham."
"Iya, aku benaran hamil."
"Jadi benar kamu hamil Din, tapi aku tau kamu kan belum nikah?"
"Ini kesalahan aku, tapi sudah terjadi untuk apa juga malu," ucap Dinda, memaksa untuk tersenyum.
"Iya juga si, kalau gitu aku ke depan dulu."
"Iya," Dinda masuk ke dalam kamar ganti, Dinda sudah siap kalau harus menjadi bahan omongan orang-orang terdekatnya, karena ini sudah resiko yang harus Dinda terima saat ini.
Gosip tentang Dinda yang hamil, sampai terdengar oleh atasan di kafe itu, tidak sedikit para pelayan membicarakan tentang Dinda, tapi Dinda memilih cuek dan tetap fokus bekerja, meskipun tidak ada yang mau berteman dengan Dinda nantinya.
"Din, kamu di panggil sama pak Raffi tu."
Dinda yang sedang mengantar pesanan, melihat ke arah teman kerjanya itu.
"Iya, aku antar pesanan ini dulu."
Wanita itu mengangguk, dan tersenyum sinis melihat Dinda yang pergi berlalu.
"Semoga aja lu di pecat, karena lu gak pantes kerja di sini, sok cari muka banget," ucap wanita itu dalam hati.
Dinda menghela nafas berat, selesai mengantar pesanan, Dinda pergi menemui atasan mereka, di lantai atas.
Tokkk...
Tokkk....
"Masuk."
Ceklek....
"Permisi pak, apa pak Raffi memanggil saya?" Ucap Dinda, dari depan pintu.
"Iya, silahkan duduk."
"Terimakasih pak," Dinda duduk di kursi depan atasnya itu.
"Saya dengar dari para pelayan lain, apa benar saat ini kamu lagi hamil?"
"Benar pak."
"Kamu kan belum nikah, kenapa bisa sampai hamil?"
Dinda terdiam, karena tidak mungkin Dinda, menceritakan masalah pribadinya pada pria itu, biarpun Nicko pergi tampa bertanggung jawab, tapi Dinda tidak bisa menceritakan hal pribadi mereka.
"Maaf pak, ini kesalahan saya."
"Apa Dinda, hamil anaknya Nicko?" Raffi bertanya-tanya dalam hati, karena pria itu taunya Dinda hanya menjalin hubungan bersama sahabatnya Nicko.
"Apa saya akan di pecat pak?"
"Tidak, saya memanggil kamu, hanya ingin bertanya saja, apa benar gosip tentang kamu yang saat ini sedang hamil."
Dinda menatap atasannya itu, Dinda begitu heran kenapa dia tidak di pecat, karena jelas-jelas dia sudah hamil tampa adanya suami.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
A R
ksh tau nicko nya dong
2025-02-16
0