Dinda hamil anakku

"Bu, Dinda keterima kerja jadi pelayan kafe," ucap Dinda, setelah tiba di rumah.

"Benar nak, apa kamu bisa membagi waktu kuliah sama kerja, nanti kamu kecapean, apa lagi saat ini kamu lagi hamil."

"Dinda gak apa-apa Bu, kalau Dinda gak kerja, kita gak akan dapat uang Bu."

Bu Fatmin, memeluk putrinya dengan sayang, Bu Fatmin juga berencana akan mencari pekerjaan, untuk bisa membantu putrinya mencari uang.

"Sekarang kamu ganti baju terus makan ya, ibu udah masak makanan kesukaan kamu."

"Iya Bu, Dinda ke kamar dulu kalau gitu."

"Iya nak," Bu Fatmin, kembali lagi ke dapur, sedangkan Dinda pergi menuju kamar.

* * *

Oouueekkk....

Oouueekkk....

Dinda memuntahkan isi perutnya, entah kenapa Dinda begitu mual kalau mencium aroma telur goreng, sampai membuat Bu Fatmin khawatir.

"Nak, kamu gak apa-apa?"

"Dinda gak apa-apa Bu, hanya saja perut Dinda mual banget kalau cium bau telur."

"Mungkin karena kamu lagi ngidam sekarang, ya udah kamu makan menu yang lain aja ya, ibu kan masak ikan juga."

"Iya Bu, maafkan Dinda ya Bu."

"Gak apa-apa nak, kalau gitu ibu pindahin telur dadarnya ya," ucap Bu Fatmin, yang mendapat anggukan dari putrinya itu.

"Sayang, mama minta tolong jangan terlalu merepotkan mama sama Oma ya," ucap Dinda, dalam hati, mengusap perutnya yang masih rata itu.

Dinda lalu keluar dari kamar mandi, kembali duduk di meja makan dan melihat sudah tidak ada lagi telur dadar di sana.

"Ayo makan, telurnya sudah ibu simpan di rak nak."

"Iya Bu, terimakasih kasih."

"Nak, apa boleh ibu nanya sesuatu sama kamu?"

"Apa Bu?"

"Apa pacar kamu, kuliah di kampus yang sama juga, sebelum pergi ke luar negri?"

Dinda terdiam sejenak, menghela nafas berat lalu melihat sang ibu, yang saat ini sedang menanti jawaban darinya.

"Iya Bu, pacarnya Dinda adalah Nicko Raharja, dia orang kaya, tapi anak-anak kampus gak ada yang tau, kalau Dinda pacaran sama Nicko."

"Nicko Raharja, putra tunggal tuan Nigel Raharja?" Ucap Bu Fatmin, membuat Dinda kaget, karena sang ibu kenal dengan orang tua Nicko.

Bu Fatmin, terlihat begitu kaget, tidak menyangka kalau ayah dari anak yang ada di dalam kandungan Dinda saat ini adalah cucu dari tuan Nigel Raharja, pria yang memiliki rahasia besar pada Bu Fatmin dan almarhum sang suami.

"Kenapa ibu bisa tau?"

"Gak apa-apa nak, sebelum jadi pekerja bangunan, bapak kamu dulu bekerja sebagai supir pribadi keluarga Raharja, lebih tepatnya jadi supir pribadi Tuan Nigel," ucap Bu Fatmin, membuat Dinda hampir tak percaya.

"Ibu serius, terus kenapa bapak berhenti jadi supir keluarga Raharja Bu?"

"Itu kejadiannya sudah lama, waktu kamu kecil, ada sebuah insiden, bapak kamu mengetahui sebuah rahasia nak," ucap Bu Fatmin, menatap Dinda dengan serius.

"Rahasia? Rahasia apa Bu, apa karena itu bapak berhenti jadi supir dan bekerja sebagai kuli bangunan?"

"Iya nak," jawab Bu Fatmin.

"Rahasia apa ya, yang bapak ketahui soal orang tuanya Nicko," Dinda bertanya-tanya dalam hati.

"Ayo nak, di makan lagi, kamu harus banyak makan, sekarang ini kamu lagi hamil," ucap Bu Fatmin.

"Iya Bu."

"Sepertinya ibu juga tau soal rahasia orang tuanya Nicko, aku harus cari tau," ucap Dinda juga dalam hati.

* * *

Keesokan harinya, sepulang dari kampus, Dinda langsung pergi ke tempat kerjanya, saat ini belum ada yang mengetahui soal kehamilan Dinda, entah itu teman-teman kampus atau orang di sekitarnya saat ini, hanya Bu Fatmin saja yang tau.

"Ini mbak seragamnya."

"Makasih ya, saya pergi ganti seragam dulu," ucap Dinda, yang mendapat anggukan dari teman kerjanya itu.

"Nita, apa anak baru yang mulai masuk kerja hari ini, sudah ada?" Tanya seorang pria, yang tak lain adalah atasan di sana.

"Sudah pak, lagi pergi ganti seragam, dia ambil sif siang."

"Itu orang pak."

"Permisi," ucap Dinda, melihat atasan mereka.

Dinda bekerja melayani pengunjung kafe yang baru saja tiba, baru awal kerja sudah begitu akrab dengan pelayan yang lain.

"Dinda, tolong kamu antarkan pesanan ke meja nomor delapan ya."

"Baik mbak," jawab Dinda.

Saat Dinda, akan mengangkat nampang berisi menu pesanan itu, tiba-tiba saja rasa mual kembali melanda.

Uukk....

"Din, kamu gak apa-apa?" Tanya Nita, melihat Dinda seperti ingin mual.

Uukkk....

"Nita, tolong kamu pegang ini dulu, aku harus ke toilet," ucap Dinda, dengan cepat memberikan nampang itu pada Nita, karena ia benar-benar tidak dapat menahan rasa mualnya.

"Dinda, kenapa ya, kok mual-mual gitu."

Uuueeekk....

Uuueeekkk....

Di dalam toilet, Dinda muntah-muntah, karena ia mencium bau telur lagi.

"Sepertinya, aku memang gak bisa mencium bau telur," ucap Dinda, melihat pantulan dirinya di depan cermin.

"Sayang, mama lagi kerja nak," ucap Dinda, dalam hati mengusap perutnya.

Di rasa mual Dinda mulai menghilang, Dinda pun langsung kembali dari toilet.

"Din, kamu gak apa-apa kan? Kenapa kamu mual-mual, kamu sakit?"

"Aku gak apa-apa kok Nita, cuma masuk angin aja," ucap Dinda, tersenyum kecil.

"Pesanannya udah aku antar."

"Makasih ya, maaf kalau aku harus ngerepotin kamu," ucap Dinda, merasa tidak enak.

"Gak apa-apa, santai aja lagi."

Tak jauh dari sana, seorang pria menatap Dinda dengan tatapan yang sulit di artikan.

* * *

Di belahan dunia lain, terlihat seorang pria sedang termenung di balkon kamarnya, pikiran pria itu melayang memikirkan seseorang yang saat ini sedang mengandung anaknya.

"Den Nicko, di panggil sama tuan dan nyonya," ucap seorang pelayan, memanggil anak majikannya itu.

Pria itu yang tidak lain adalah Nicko, berbalik dan mengangguk pelan.

"Iya, nanti saya turun," ucap Nicko.

"Baik den."

Nicko, kemudian turun ke lantai bawah untuk menemui kedua orang tuanya.

"Sayang, kamu kok ngurung diri terus di kamar, ada apa?" Tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak lagi mudah itu.

"Gak apa-apa kok, lagi pengen aja," jawab Nicko.

Kedua orang tuanya Nicko, saling tatap, mereka tau kalau saat ini suasana hati putra mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa si, papa sama mama harus maksa Nicko buat pindah kuliah di sini?"

"Karena papa gak suka, kamu pacaran dengan wanita itu Nicko," tegas tuan Nigel, menatap putranya dengan tajam.

Nicko menatap kedua orang tuanya bergantian, kemudian tersenyum kecut.

"Pa, ma, kalian tau gak, kalau saat ini Dinda lagi hamil anak aku, dan aku harus ninggalin dia gitu aja," ucap Nicko, membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.

***

Terpopuler

Comments

A R

A R

oh dipaksa tohh. hedehh cucu sendiri pdhl

2025-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!