Bab 12 Obrolan Asik Bersama Pelanggan Baru

     "Silahkan Mbak Syafa diminum?" Bidan Dista mempersilahkan Syafa minum saat seorang ART meletakkan secangkir teh panas dan camilannya di atas meja.

     "Tidak perlu repot-repot Bu Bidan, saya tidak akan lama." Syafana masih terlihat malu-malu.

     "Tidak apa-apa, saya tidak repot," ujar Bidan Dista seraya meraih kantong yang isinya gaun muslimah pesanannya.

     "Silahkan, semua pesanan Bu Bidan sudah saya simpan di sini. Diperiksa dulu takutnya ada yang kurang srek." Syafana membiarkan Bidan Dista meraih satu per satu gaun pesanannya dari dalam kantong yang bertuliskan nama butik Syafana.

     "Wah, cantik banget. Sesuai dengan di foto. Saya suka gaun ini. Sebetulnya saya ini baru belajar berhijab sudah setahun ini. Meskipun hijab yang saya kenakan masih hijab yang belum sepenuhnya syar'i. Dan saya bingung harus mencari referensi gaun muslimah yang modis tapi tetap sopan dan tidak mengganggu aktifitas sehari-hari saya. Namun, ketika melihat butik Mbak Syafana, sepertinya gaun muslimahnya cocok dengan selera saya," tutur Bidan Dista senang.

     "Alhamdulillah kalau Bu Bidan senang dengan gaun yang diproduksi butik saya. Saya juga sama, dalam berpakaian hijab masih belum baik, saya masih belajar dan belum sepenuhnya syar'i," balas Syafana.

     "Tidak apa-apa yang penting kita harus terus belajar, bukankah begitu Mbak?"

     "Betul sekali Bu Bidan," balas Syafana diimbuhi senyum. Syafana merasa asik ngobrol dengan Bidan Dista. Dia tidak merasa canggung lagi, padahal mereka baru hari ini kenal.

     Tidak terasa obrolan mereka yang awalnya hanya obrolan seputar gaun muslimah, kini melebar ke mana-mana sampai masalah pribadi. Tadinya Syafana tidak akan lama, tapi jam di tangan justru sudah menunjukkan 45 lebih dari rencana awal, yang niatnya sebentar. Syafana merasa keasikan ngobrol dengan Bidan Dista, Bidan Dista pun demikian. Sepertinya hari ini di kliniknya Bidan itu sedang tidak sibuk.

     "Kebetulan di klinik ada suami saya. Kami sama-sama tenaga kesehatan. Kami buka praktek di klinik yang sama. Kebetulan saat ini saya sedikit santai sehingga bisa meninggalkan klinik sebentar," ceritanya dengan antusias tanpa ditanya.

     Syafana menduga kalau suaminya Bidan Dista adalah Dokter. Dan memang benar dugaannya, sekilas tadi saat dia akan mengetuk pintu rumah Bidan Dista, ada seorang laki-laki sekitar 50 tahun melewati halaman rumah lalu masuk ke dalam klinik.

     "Mbak Syafa sudah menikah?" tanya Bidan Dista tiba-tiba. Sejenak Syafana tersentak dan terpaku, ia tidak menyangka bakal ada orang lain yang menanyakan hal itu.

     "Saya sudah menikah, tapi suami saya sudah meninggal," akunya pada akhirnya, tapi berbohong.

     "Innalillahi. Maafkan saya Mbak. Saya tidak bermaksud mengingatkan Mbak Syafa pada suaminya. Sekali lagi mohon maaf," ucap Bidan Dista merasa menyesal.

     "Tidak apa-apa Bu Bidan, saya sudah ikhlas," ucap Syafa lagi sembari merapikan tasnya. Kali ini Syafa akan mengakhiri keberadaannya di rumah Bidan Dista, karena waktu semakin bergulir siang, apalagi ia rencananya akan ke rumah orang tuanya di kota Bdg.

     "Mohon maaf, Bu Bidan, sepertinya saya harus pamit. Sebab waktu semakin siang. Rencananya saya mau mengunjungi dulu kediaman ibu dan bapak saya di kota Bdg." Syafana berpamitan karena ia merasa sudah terlalu lama di rumah Bidan Dista.

     "Sayang sekali waktu kita hanya sebentar, ya. Padahal obrolan kita barusan menyenangkan. Senang bertemu Mbak Syafana. Nanti kalau ada gaun terbaru, insya Allah saya pesan lagi dan pasti menghubungi butik Syafana."

     "Dengan senang hati Bu Bidan, kalau begitu saya pamit ya. Terimakasih atas jamuannya," pamit Syafana sembari menuju pintu.

     "Kenapa dengan kaki Mbak Syafa, apakah sakit?" Bidan Dista heran saat melihat Syafa berjalan dengan sedikit pincang.

     "Tidak apa-apa Bu Bidan, kemarin saya sempat tertimpa motor, kena kaki kanan saya. Hari itu juga saya langsung urut, sekarang sudah mendingan, ini sakit hanya karena efek dari memarnya," terang Syafa sembari berjalan menjauh pintu.

     "Sebentar," ujar Bidan Dista seraya masuk ke dalam rumah. Syafa menahan langkahnya. Tidak lama dari itu Bidan Dista muncul seraya memberikan sesuatu pada Syafana.

     "Ini ada salep, sale ini bisa meredakan bekas sakit terkilir atau keplitek. Buat pegal-pegal juga bisa, saya juga suka pakai salep ini, rasanya meresap dan hangat ke badan," jelasnya sambil meletakkan ke telapak tangan Syafana.

     "Terimakasih banyak Bu Bidan, tapi ini bagaimana bayarannya. Maksudnya berapa harganya?" tanya Syafana.

     "Tidak usah bayar, itu untuk Mbak Syafa. Anggap saja rasa terimakasih saya karena Mbak Syafa mau datang langsung ke tempat saya sehingga saya bisa berkenalan langsung dengan Mbak," ucap Bidan Dista tulus.

     Syafana senyum terharu, berkali-kali ia berterimakasih pada Bidan Dista.

     "Sekali lagi terimakasih banyak Bu Bidan. Saya pamit, ya. Assalamualaikum." Kali ini Syafana benar-benar pamit dan mulai bergegas meninggalkan halaman rumah Bidan Dista yang luas.

    "Waalaikumsalam. Hati-hati, Mbak." Bidan Dista menatap kepergian Syafana yang semakin jauh dari rumahnya. Kepergian Syafana menyisakan kesan yang dalam. Baru saja bertemu sekali, akan tetapi Bidan Dista merasa obrolan mereka asik dan nyambung.

     "Kasihan juga perempuan itu, dia masih muda sudah ditinggalkan suaminya pergi ke alam baqa. Sepertinya kesedihannya teramat dalam dibandingkan ketika aku diceraikan mantan suamiku dulu, Dallas. Tapi, dia masih betah menjanda, padahal dia masih muda dan cantik. Nasib-nasib," renungnya, seketika Bidan Dista teringat kembali dengan masa lalunya bersama Dallas mantan suaminya.

     "Dallas, bahkan sampai lima tahun berlalu dari perceraian kami, dia masih betah menduda. Apakah perempuan yang dinikahi sirinya dulu, belum juga ditemukan, atau perempuan itu justru sudah berumah tangga kembali? Dallas, ternyata cintamu pada perempuan cinta pertamamu masih menyala sampai saat ini," gumam Bidan Dista tidak habis pikir.

     Sementara dirinya, setelah dua tahun berpisah dari Dallas, datang seorang dokter yang melamarnya. Dengan ketulusan menerima Dista apa adanya, akhirnya Bidan Dista bisa move on dari Dallas, meskipun ia tidak bisa memberikan keturunan pada suaminya, akan tetapi hati Bidan Dista jauh lebih bahagia sekarang dibanding saat bersama Dallas yang dipaksakan.

     "Betapa bodohnya aku dulu, memaksa lelaki yang tidak pernah mencintaiku untuk bertahan di sampingku. Dallas, aku juga menyesal karena telah memisahkan kamu dengan cinta pertamamu atas nama balas budi. Aku sungguh menyesal," gumamnya sedih.

     "Sayang, kita makan sore di luar," ajak seorang lelaki paruh baya berpakaian dokter memanggil Bidan Dista. Bidan Dista terkejut dari lamunannya, dia segera menoleh ke arah suaminya yang sudah kurang lebih tiga tahun menemani hari-harinya.

     "Baiklah, aku siap-siap dulu." Bidan Dista menyambut ajakan suaminya dengan senyum bahagia.

***

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Safana nggak sadar klau sdh akrab dgn orang yg membuat rumah tangga nya kandad

2025-03-14

5

Esther Lestari

Esther Lestari

pelanggan baru mu itu yang membuat Dallas menalakmu Syafana.

2025-03-12

3

Khairul Azam

Khairul Azam

kasian kasian kha lakinya km jebak gitu lho atas nama balas budi

2025-03-25

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Talak Saat Pendidikan
2 Bab 2 Syafa Diungsikan
3 Bab 3 Wajah Yang Mirip 99 Persen
4 Bab 4 Pernikahan Dallas
5 Bab 5 Bakat Saka Sudah Terlihat Sejak SD/ 18 Tahun Kemudian
6 Bab 6 Kembaran
7 Bab 7 Permohonan Dallas
8 Bab 8 Insiden di Pagi Hari
9 Bab 9 Sakala Gugur
10 Bab 10 Vidio Pernikahan Dallas dan Syafana yang Masih Tersimpan Rapi
11 Bab 11 Mengantar Pesanan Pelanggan Baru
12 Bab 12 Obrolan Asik Bersama Pelanggan Baru
13 Bab 13 Bertemu Masa Lalu
14 Bab 14 Syafa Sudah Menikah
15 Bab 15 Mencocokkan Syafana dengan Mama Sakala
16 Bab 16 Kesedihan Dallas
17 Bab 17 Mengenai Mimpi Daisya dan Sakala
18 Bab 18 Tes Bintara Pertama
19 Bab 19 Penemuan Yang Sangat Mencengangkan
20 Bab 20 Sakala Darah Daging Dallas
21 Bab 21 Sakala Diajak ke Rumah Dallas
22 Bab 22 Mencuri Rambut Sakala Untuk Tes DNA
23 Bab 23 Hasil Tes DNA 99% Identik
24 Bab 24 Cerita Mas Lalu Bidan Dista
25 Bab 25 Sosok Di Balik Cerita Bidan Dista
26 Bab 26 Kebingungan Bu Sarma
27 Bab 27 Mobil Yang Mengikuti Syafa
28 Bab 28 Mimpi Sakala
29 Bab 29 Dallas Dianggap Sudah Meninggal
30 Bab 30 Pesan Asing
31 Bab 31 Pertemuan Itu
32 Bab 32 Dallas Terus Terang
33 Bab 33 Jangan Hancurkan Hidupku Untuk Kedua Kali!
34 Bab 34 Pertemuan Dallas dan Kedua Orang Tua Syafana
35 Bab 35 Pertemuan Kembali Syafana Dan Dallas
36 Bab 36 Keharuan Dan Rasa Was-was Menantikan Pengumuman Kelulusan
37 Bab 37 Kelulusan Sakala (Siswa Terbaik)
38 Bab 38 Dallas dan Sakala Sudah Saling Mengenal
39 Bab 39 Sakala Mengetahui Papanya Masih Hidup
40 Bab 40 Terpaksa Meminta Bantuan Dallas
41 Bab 41 Dallas Dipukuli
42 Bab 42 Seperti Bom Waktu Yang Meledak
43 Bab 43 Dallas Dirawat
44 Bab 44 Sakala Menyesal
45 Bab 45 Sakala Takut Dallas Meninggal
46 Bab 46 Menunggu Balasn WA Dari Dallas
47 Bab 47 Menemui Dallas
48 Bab 48 Cerita Daisya Tentang Dallas
49 Bab 49 Syafana Dan Dallas
50 Bab 50 Pelukan Dan Ciuman Yang Tanpa Rencana
51 Bab 51 Cerita Dallas
52 Bab 52 Pernikahan Dallas Sesungguhnya
53 Bab 53 Sakala Mulai Pendidikan
54 Bab 54 Ada Yang Hilang Dan Cemburu
55 Bab 55 Aku Tidak Akan Merebut Sakala
56 Bab 56
57 Bab 57 Dompet Syafana Jatuh
58 Bab 58 Suara Di Samping Sakala
59 Bab 59 Permintaan Sakala
60 Bab 60 Menumpahkan Marah Terhadap Dallas
61 Bab 61 Permintaan Bersyarat
62 Bab 62 Permohonan Maaf
63 Bab 63 Keikhlasan Hati Syafana
64 Bab 64 Perasaan Lega
65 Bab 65 Orang Tua Dallas Mendatangi Orang Tua Syafana
66 Bab 66 Kabar Dallas
67 Bab 67
68 Bab 68 Saling Memaafkan
69 Bab 69 Kejutan Untuk Dallas Dan Syafana
70 Bab 70 Menjenguk Dallas di Rumah Dallas
71 Bab 71 Pertemuan Daisya dan Syafana
72 Bab 72 Tergelincir
73 Bab 73 Seandainya Diberi Kesempatan
74 Bab 74 Makanan Favorit
75 Bab 75 Ini Salahku
76 Bab 76 Titip Mama
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Talak Saat Pendidikan
2
Bab 2 Syafa Diungsikan
3
Bab 3 Wajah Yang Mirip 99 Persen
4
Bab 4 Pernikahan Dallas
5
Bab 5 Bakat Saka Sudah Terlihat Sejak SD/ 18 Tahun Kemudian
6
Bab 6 Kembaran
7
Bab 7 Permohonan Dallas
8
Bab 8 Insiden di Pagi Hari
9
Bab 9 Sakala Gugur
10
Bab 10 Vidio Pernikahan Dallas dan Syafana yang Masih Tersimpan Rapi
11
Bab 11 Mengantar Pesanan Pelanggan Baru
12
Bab 12 Obrolan Asik Bersama Pelanggan Baru
13
Bab 13 Bertemu Masa Lalu
14
Bab 14 Syafa Sudah Menikah
15
Bab 15 Mencocokkan Syafana dengan Mama Sakala
16
Bab 16 Kesedihan Dallas
17
Bab 17 Mengenai Mimpi Daisya dan Sakala
18
Bab 18 Tes Bintara Pertama
19
Bab 19 Penemuan Yang Sangat Mencengangkan
20
Bab 20 Sakala Darah Daging Dallas
21
Bab 21 Sakala Diajak ke Rumah Dallas
22
Bab 22 Mencuri Rambut Sakala Untuk Tes DNA
23
Bab 23 Hasil Tes DNA 99% Identik
24
Bab 24 Cerita Mas Lalu Bidan Dista
25
Bab 25 Sosok Di Balik Cerita Bidan Dista
26
Bab 26 Kebingungan Bu Sarma
27
Bab 27 Mobil Yang Mengikuti Syafa
28
Bab 28 Mimpi Sakala
29
Bab 29 Dallas Dianggap Sudah Meninggal
30
Bab 30 Pesan Asing
31
Bab 31 Pertemuan Itu
32
Bab 32 Dallas Terus Terang
33
Bab 33 Jangan Hancurkan Hidupku Untuk Kedua Kali!
34
Bab 34 Pertemuan Dallas dan Kedua Orang Tua Syafana
35
Bab 35 Pertemuan Kembali Syafana Dan Dallas
36
Bab 36 Keharuan Dan Rasa Was-was Menantikan Pengumuman Kelulusan
37
Bab 37 Kelulusan Sakala (Siswa Terbaik)
38
Bab 38 Dallas dan Sakala Sudah Saling Mengenal
39
Bab 39 Sakala Mengetahui Papanya Masih Hidup
40
Bab 40 Terpaksa Meminta Bantuan Dallas
41
Bab 41 Dallas Dipukuli
42
Bab 42 Seperti Bom Waktu Yang Meledak
43
Bab 43 Dallas Dirawat
44
Bab 44 Sakala Menyesal
45
Bab 45 Sakala Takut Dallas Meninggal
46
Bab 46 Menunggu Balasn WA Dari Dallas
47
Bab 47 Menemui Dallas
48
Bab 48 Cerita Daisya Tentang Dallas
49
Bab 49 Syafana Dan Dallas
50
Bab 50 Pelukan Dan Ciuman Yang Tanpa Rencana
51
Bab 51 Cerita Dallas
52
Bab 52 Pernikahan Dallas Sesungguhnya
53
Bab 53 Sakala Mulai Pendidikan
54
Bab 54 Ada Yang Hilang Dan Cemburu
55
Bab 55 Aku Tidak Akan Merebut Sakala
56
Bab 56
57
Bab 57 Dompet Syafana Jatuh
58
Bab 58 Suara Di Samping Sakala
59
Bab 59 Permintaan Sakala
60
Bab 60 Menumpahkan Marah Terhadap Dallas
61
Bab 61 Permintaan Bersyarat
62
Bab 62 Permohonan Maaf
63
Bab 63 Keikhlasan Hati Syafana
64
Bab 64 Perasaan Lega
65
Bab 65 Orang Tua Dallas Mendatangi Orang Tua Syafana
66
Bab 66 Kabar Dallas
67
Bab 67
68
Bab 68 Saling Memaafkan
69
Bab 69 Kejutan Untuk Dallas Dan Syafana
70
Bab 70 Menjenguk Dallas di Rumah Dallas
71
Bab 71 Pertemuan Daisya dan Syafana
72
Bab 72 Tergelincir
73
Bab 73 Seandainya Diberi Kesempatan
74
Bab 74 Makanan Favorit
75
Bab 75 Ini Salahku
76
Bab 76 Titip Mama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!