Bab 6 Kembaran

     "Pak Kapten, anak Catam itu wajahnya persis Pak Kapten. Rupanya Anda memiliki kembaran, hanya umurnya yang beda jauh," celoteh salah satu rekan lelaki yang berpangkat Kapten, seraya memperhatikan keseluruhan Catam yang sudah hadir di lapangan. Terakhir tatapnya terus mengamati Sakala.

     Kapten itu tersenyum merespon celotehan rekan di sampingnya.

     "Anda kapan akan mengakhiri masa duda lagi, Pak? Secara Anda sudah menduda lima tahun yang lalu, kenapa tidak ada satupun personil Kowad atau PNS di kesatuan ini yang menarik hati Anda?" celotehnya lagi bernada guyonan diiringi tawa.

     "Saya sedang tidak mencari di sini," jawab Kapten sembari tersenyum.

     "Nomer 30 sampai 50 berjajar membuat satu shaf," perintah salah satu panitia berpangkat Letnan dua kepada para Catam melalui mikrofon. Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan ini masih terus berlangsung, sementara para Catam masih mengular menunggu giliran.

     "Untuk Catam dari nomer satu sampai 29, segera ambil posisi dan berbaris di koridor sebelah kiri, untuk memberikan berkas pendaftaran kalian kepada panitia," perintah panitia yang berbicara di mikropon, mengarahkan para catam yang sudah lolos tinggi badan maupun berat badan untuk memberikan berkas pendaftaran kepada panitia selanjutnya.

     Sakala segera mengikuti instruksi, dengan langkah tegap ia segera menepi dan berbaris di koridor sesuai nomer urut. Satu per satu teman-teman sesama catam dimintai berkas, beberapa saat mereka menunggu untuk diperiksa berkasnya.

     Tiba giliran Sakala, dia berdiri tegap di depan meja panitia sembari memberikan hormat, lalu mengulurkan berkas kepada dua orang panitia di depannya. Berkasnya segera diperiksa.

     "Kembaran Anda Kapten," bisik teman sang Kapten yang kini duduk berdampingan di sebelahnya. Kapten segera meraih berkas milik Sakala. Sayang, milik Sakala justru diambil lebih dulu oleh teman di samping Kapten.

     Kapten itu penasaran dengan data Catam di depannya, sebab perasaannya tiba-tiba saja selalu merasa aneh saat melihat Catam bernama Sakala. Padahal ini pertemuan mereka pertama kali.

     "Kamu dalam keadaan sehat, tidak pernah mabok, narkoba, tindik, tato?" tanya Kapten pada Catam di samping Sakala.

     "Siap, tidak," jawab Catam itu tegas.

     Giliran Sakala ditanya oleh teman sang Kapten, pertanyaan yang berbeda dan sedikit nyeleneh.

     "Apakah kamu sadar kalau wajahmu mirip Kapten di sebelah saya?" celoteh rekan Kapten diiringi tawa kecil, sang Kapten menoleh pada rekannya, mungkin ingin protes. Tapi, sudah terlanjur, toh orang-orang di sekitar saja sudah heboh bahwa wajah mereka dinyatakan kembar.

     "Siap, saya tidak tahu," jawab Sakala tegas. Sang Kapten menatap lekat ketika Sakala menjawab. Pahatan wajah, hidung dan bibir yang ada di wajah Catam itu, begitu mengingatkan dirinya saat dulu mendaftar bintara. Hati kecil Kapten berkata, Catam bernama Sakala begitu mirip dengannya.

     "Kamu perhatikan sejenak, Dik. Lihatlah wajahnya, mirip denganmu," goda rekan Kapten lagi sembari menatap ke arah Kapten kemudian ke arah Sakala. Sakala memberanikan mendongak lalu menatap ke arah Kapten.

     Saat tatap mata itu saling beradu, tiba-tiba ada desiran kuat dalam dada, yang membuat Sakala mengernyit penasaran. Begitupun yang dirasakan Kapten.

     "Syafana," batinnya tiba-tiba ingat Syafana, perempuan di masa lalu yang masih selalu di hatinya, tapi sampai kini keberadaannya tidak ia ketahui.

     "Siapa nama ibumu?" Secepat kilat Kapten mengalihkan tatap lalu melontarkan pertanyaan sebelum Sakala dipersilahkan keluar dari barisan.

     "Siap, Mak Sarma Lela," jawab Sakala tegas. Kapten mengangguk lalu mempersilahkan Sakala keluar dari barisan dan memberikan sebuah nomor punggung kepada Sakala, sebagai tanda kalau Sakala resmi Catam tahun ini.

     Antrian Catam masih mengular. Acara itu baru selesai di jam tiga sore. Sebagian Catam sudah pulang ke rumahnya masing-masing, termasuk Sakala. Catam yang dinyatakan lolos ditingkat pertama, akan kembali ke kesatuan untuk tahapan selanjutnya, termasuk Sakala.

     Desahan berat terdengar dari nafas Kapten Dallas, entah kenapa ia masih terbayang Catam bernama Sakala tadi, yang sempat menghebohkan hampir satu kesatuan, bahwa Sakala kembaran dirinya.

     "Sakala Pratama, anak yang tampan dan berkharisma. Benarkah dia mirip denganku?" batinnya masih belum lepas dari bayang Sakala.

     "Dik, foto yang sempat kamu ambil tadi, coba kirim ke WA saya," perintah Kapten Dallas pada rekan satu meja panitia tadi yang dipanggilnya adik, karena dia memang yunior Kapten Dallas.

     "Siap, Bang," ujar Letnan Dua Harimurti seraya meraih Hp nya dan mengirim foto Sakala dan Dallas yang sempat dibidik iseng olehnya.

     "Benar, kan saya bilang, Bang? Dia itu mirip banget dengan Abang. Kembar ini mah," ujar Letnan Harimurti lagi dengan sedikit logat sunda.

     Dallas tersenyum seraya membereskan mejanya, bersiap untuk pulang, karena jam kerja sudah lewat. Berhubung di kesatuannya ada penerimaan Catam, terpaksa para panitia termasuk dirinya pulangnya terlambat.

     "Abang pulang dulu, Abang lelah hari ini," ujar Dallas sembari menuju pintu keluar.

     "Siap, Bang." Letnan Harimurti pun menyusul, ia pun akan pulang.

     Dallas keluar dari kesatuannya, melajukan mobilnya menuju rumah sang kakak terlebih dahulu sebelum ia kembali ke rumahnya.

     Daisya sudah berada di depan rumah sembari mengasuh anak terkecilnya.

     "Als, tumben kamu ke rumah jam segini. Ada kabar apa, kusut banget wajah kamu?" sapa Daisya sembari menyuruh Dallas ke dalam.

     "Suami Mbak mana?" tanya Dallas sembari membuka sepatu.

     "Ada, Mas Ferdi sedang tidur sore. Kebetulan pas pulang kerja dia kurang enak badan. Masuklah," ujar Daisya sembari menggiring Dallas dan anak perempuannya ke dalam.

      Dallas memangku keponakannya yang memang dekat dengannya, dan membawanya masuk ke dalam.

     "Duduk Als, sebentar ya, Mbak ke belakang mau suruh Bi Asti bikin minum." Daisya melangkah meninggalkan Dallas sejenak bersama sang putri bungsunya. Dallas mengangguk.

     "Amira, ke mana kakak kamu, Amira tidak ikut sama kakak?" Dallas bertanya kepada ponakan kecilnya itu.

     "Kakak sedang ke toko esklim, beli esklim untuk Amila," jawab Amira masih cadel.

     "Amira bukan Amila," ralat Dallas sembari mencubit pipi kempot keponakannya itu.

     Amira kecil menepis tangan omnya, dia tidak mau disergah.

     "Als, minumlah dulu. Amira, ke belakang dulu, ya. Bunda mau ngobrol dulu sama Om Als, Amira makan dulu sama Bi Asti," perintah Daisya pada putri kecilnya. Amira patuh, meskipun awalnya enggan.

     Setelah Amira pergi, Daisya mencoba mengorek pertanyaan dari Dallas, ada apa dia ke rumahnya.

     "Ada apa Als, sepertinya kamu punya masalah yang mau dibagi sama Mbak?" Daisya penasaran. "Apa kamu naksir perempuan?" tanyanya lagi belum berakhir. Dallas menggeleng, dengan cepat ia memberikan foto di galeri foto Hp nya dan memperlihatkan sebuah foto yang berhasil dibidik Letnan Harimurti tadi.

     "Foto siapa? Ini kamu, kan Als? Kenapa diedit segala, ini foto kamu saat mau daftar tentara dulu, kan? Tapi, ini editan atau beneran, seperti masih baru fotonya?" Daisya penasaran.

     "Ini bukan editan, Mbak. Ini anak yang saat ini sedang daftar Catam di kantor Als," berita Dallas.

     "Ah yang benar? Mirip banget sama kamu," celoteh Daisya.

     "Menurut Mbak, Catam itu benar-benar mirip aku, nggak?" Dallas meminta pendapat Daisya untuk lebih meyakinkannya.

     "Mirip banget sih, tatapan matanya, bentuk hidung, bibir, dan ... jangan-jangan ...." Daisya tidak melanjutkan kalimatnya, pikirannya tiba-tiba menerawang jauh pada sosok seseorang di masa lalu Dallas.

Terpopuler

Comments

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

Alhamdulillah trnyata dia jg akhrnya sndiri q pkr bhgia pnya anak dr istri yg d jodohin itu mmng cinta km u syafana tapiiii km laki2 yg g gentel, sebel bdn aja gagah tp nyakitin wanita. maybe si bidan itu yg mrsa g perlu d perpanjang prnkhn tnpa cinta itu y

2025-03-17

4

Marseylla Rahayu

Marseylla Rahayu

padahal anggota kan cerainya sulit tu gampang bgt JD duda

2025-03-25

2

Esther Lestari

Esther Lestari

Ternyata Dallas duda sekarang, pasti karena cintanya sudah habis di Syafala.

itu ponakanmu mbak

2025-03-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Talak Saat Pendidikan
2 Bab 2 Syafa Diungsikan
3 Bab 3 Wajah Yang Mirip 99 Persen
4 Bab 4 Pernikahan Dallas
5 Bab 5 Bakat Saka Sudah Terlihat Sejak SD/ 18 Tahun Kemudian
6 Bab 6 Kembaran
7 Bab 7 Permohonan Dallas
8 Bab 8 Insiden di Pagi Hari
9 Bab 9 Sakala Gugur
10 Bab 10 Vidio Pernikahan Dallas dan Syafana yang Masih Tersimpan Rapi
11 Bab 11 Mengantar Pesanan Pelanggan Baru
12 Bab 12 Obrolan Asik Bersama Pelanggan Baru
13 Bab 13 Bertemu Masa Lalu
14 Bab 14 Syafa Sudah Menikah
15 Bab 15 Mencocokkan Syafana dengan Mama Sakala
16 Bab 16 Kesedihan Dallas
17 Bab 17 Mengenai Mimpi Daisya dan Sakala
18 Bab 18 Tes Bintara Pertama
19 Bab 19 Penemuan Yang Sangat Mencengangkan
20 Bab 20 Sakala Darah Daging Dallas
21 Bab 21 Sakala Diajak ke Rumah Dallas
22 Bab 22 Mencuri Rambut Sakala Untuk Tes DNA
23 Bab 23 Hasil Tes DNA 99% Identik
24 Bab 24 Cerita Mas Lalu Bidan Dista
25 Bab 25 Sosok Di Balik Cerita Bidan Dista
26 Bab 26 Kebingungan Bu Sarma
27 Bab 27 Mobil Yang Mengikuti Syafa
28 Bab 28 Mimpi Sakala
29 Bab 29 Dallas Dianggap Sudah Meninggal
30 Bab 30 Pesan Asing
31 Bab 31 Pertemuan Itu
32 Bab 32 Dallas Terus Terang
33 Bab 33 Jangan Hancurkan Hidupku Untuk Kedua Kali!
34 Bab 34 Pertemuan Dallas dan Kedua Orang Tua Syafana
35 Bab 35 Pertemuan Kembali Syafana Dan Dallas
36 Bab 36 Keharuan Dan Rasa Was-was Menantikan Pengumuman Kelulusan
37 Bab 37 Kelulusan Sakala (Siswa Terbaik)
38 Bab 38 Dallas dan Sakala Sudah Saling Mengenal
39 Bab 39 Sakala Mengetahui Papanya Masih Hidup
40 Bab 40 Terpaksa Meminta Bantuan Dallas
41 Bab 41 Dallas Dipukuli
42 Bab 42 Seperti Bom Waktu Yang Meledak
43 Bab 43 Dallas Dirawat
44 Bab 44 Sakala Menyesal
45 Bab 45 Sakala Takut Dallas Meninggal
46 Bab 46 Menunggu Balasn WA Dari Dallas
47 Bab 47 Menemui Dallas
48 Bab 48 Cerita Daisya Tentang Dallas
49 Bab 49 Syafana Dan Dallas
50 Bab 50 Pelukan Dan Ciuman Yang Tanpa Rencana
51 Bab 51 Cerita Dallas
52 Bab 52 Pernikahan Dallas Sesungguhnya
53 Bab 53 Sakala Mulai Pendidikan
54 Bab 54 Ada Yang Hilang Dan Cemburu
55 Bab 55 Aku Tidak Akan Merebut Sakala
56 Bab 56
57 Bab 57 Dompet Syafana Jatuh
58 Bab 58 Suara Di Samping Sakala
59 Bab 59 Permintaan Sakala
60 Bab 60 Menumpahkan Marah Terhadap Dallas
61 Bab 61 Permintaan Bersyarat
62 Bab 62 Permohonan Maaf
63 Bab 63 Keikhlasan Hati Syafana
64 Bab 64 Perasaan Lega
65 Bab 65 Orang Tua Dallas Mendatangi Orang Tua Syafana
66 Bab 66 Kabar Dallas
67 Bab 67
68 Bab 68 Saling Memaafkan
69 Bab 69 Kejutan Untuk Dallas Dan Syafana
70 Bab 70 Menjenguk Dallas di Rumah Dallas
71 Bab 71 Pertemuan Daisya dan Syafana
72 Bab 72 Tergelincir
73 Bab 73 Seandainya Diberi Kesempatan
74 Bab 74 Makanan Favorit
75 Bab 75 Ini Salahku
76 Bab 76 Titip Mama
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1 Talak Saat Pendidikan
2
Bab 2 Syafa Diungsikan
3
Bab 3 Wajah Yang Mirip 99 Persen
4
Bab 4 Pernikahan Dallas
5
Bab 5 Bakat Saka Sudah Terlihat Sejak SD/ 18 Tahun Kemudian
6
Bab 6 Kembaran
7
Bab 7 Permohonan Dallas
8
Bab 8 Insiden di Pagi Hari
9
Bab 9 Sakala Gugur
10
Bab 10 Vidio Pernikahan Dallas dan Syafana yang Masih Tersimpan Rapi
11
Bab 11 Mengantar Pesanan Pelanggan Baru
12
Bab 12 Obrolan Asik Bersama Pelanggan Baru
13
Bab 13 Bertemu Masa Lalu
14
Bab 14 Syafa Sudah Menikah
15
Bab 15 Mencocokkan Syafana dengan Mama Sakala
16
Bab 16 Kesedihan Dallas
17
Bab 17 Mengenai Mimpi Daisya dan Sakala
18
Bab 18 Tes Bintara Pertama
19
Bab 19 Penemuan Yang Sangat Mencengangkan
20
Bab 20 Sakala Darah Daging Dallas
21
Bab 21 Sakala Diajak ke Rumah Dallas
22
Bab 22 Mencuri Rambut Sakala Untuk Tes DNA
23
Bab 23 Hasil Tes DNA 99% Identik
24
Bab 24 Cerita Mas Lalu Bidan Dista
25
Bab 25 Sosok Di Balik Cerita Bidan Dista
26
Bab 26 Kebingungan Bu Sarma
27
Bab 27 Mobil Yang Mengikuti Syafa
28
Bab 28 Mimpi Sakala
29
Bab 29 Dallas Dianggap Sudah Meninggal
30
Bab 30 Pesan Asing
31
Bab 31 Pertemuan Itu
32
Bab 32 Dallas Terus Terang
33
Bab 33 Jangan Hancurkan Hidupku Untuk Kedua Kali!
34
Bab 34 Pertemuan Dallas dan Kedua Orang Tua Syafana
35
Bab 35 Pertemuan Kembali Syafana Dan Dallas
36
Bab 36 Keharuan Dan Rasa Was-was Menantikan Pengumuman Kelulusan
37
Bab 37 Kelulusan Sakala (Siswa Terbaik)
38
Bab 38 Dallas dan Sakala Sudah Saling Mengenal
39
Bab 39 Sakala Mengetahui Papanya Masih Hidup
40
Bab 40 Terpaksa Meminta Bantuan Dallas
41
Bab 41 Dallas Dipukuli
42
Bab 42 Seperti Bom Waktu Yang Meledak
43
Bab 43 Dallas Dirawat
44
Bab 44 Sakala Menyesal
45
Bab 45 Sakala Takut Dallas Meninggal
46
Bab 46 Menunggu Balasn WA Dari Dallas
47
Bab 47 Menemui Dallas
48
Bab 48 Cerita Daisya Tentang Dallas
49
Bab 49 Syafana Dan Dallas
50
Bab 50 Pelukan Dan Ciuman Yang Tanpa Rencana
51
Bab 51 Cerita Dallas
52
Bab 52 Pernikahan Dallas Sesungguhnya
53
Bab 53 Sakala Mulai Pendidikan
54
Bab 54 Ada Yang Hilang Dan Cemburu
55
Bab 55 Aku Tidak Akan Merebut Sakala
56
Bab 56
57
Bab 57 Dompet Syafana Jatuh
58
Bab 58 Suara Di Samping Sakala
59
Bab 59 Permintaan Sakala
60
Bab 60 Menumpahkan Marah Terhadap Dallas
61
Bab 61 Permintaan Bersyarat
62
Bab 62 Permohonan Maaf
63
Bab 63 Keikhlasan Hati Syafana
64
Bab 64 Perasaan Lega
65
Bab 65 Orang Tua Dallas Mendatangi Orang Tua Syafana
66
Bab 66 Kabar Dallas
67
Bab 67
68
Bab 68 Saling Memaafkan
69
Bab 69 Kejutan Untuk Dallas Dan Syafana
70
Bab 70 Menjenguk Dallas di Rumah Dallas
71
Bab 71 Pertemuan Daisya dan Syafana
72
Bab 72 Tergelincir
73
Bab 73 Seandainya Diberi Kesempatan
74
Bab 74 Makanan Favorit
75
Bab 75 Ini Salahku
76
Bab 76 Titip Mama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!