Syafana segera menguasai diri, tidak pantas dirinya menangis di depan Sakala, hanya karena wajah dan semua yang ada dalam diri Sakala persis Dallas.
"Ya Allah, astaghfirullah. Maafkan hamba ya Allah." Syafana berucap dalam hati, menyadari kekeliruannya. Senyum bahagia kembali merekah di depan Sakala, pemuda tampan yang selalu patuh padanya.
"Syukur alhamdulillah. Sekarang Saka bisa memilih kuliah di mana terserah Saka. UI boleh sesuai beasiswa yang diberikan sekolah atau ...."
"Saka ingin berkuliah di IPDN. Tapi, saat ini Saka belum mau kuliah, Saka ingin daftar tentara saja, Ma. Kebetulan bulan depan ada pendaftaran Tamtama," ujarnya antusias.
"Sebetulnya Saka ingin mencoba masuk Akmil, tapi Akmil masih lama pembukaannya. Jadi, sekarang Saka mau mencoba Tamtama dulu," lanjutnya lagi bersemangat.
Syafana terdiam, dia tidak menduga bahwa cita-cita sang putra ternyata tidak jauh dari profesi sang papa kandung. Syafana menjadi sedih, kenapa Dallas justru menurunkan semua yang berkaitan dengannya pada sang putra? Padahal Syafana sudah bertekad akan menghapus segala jejak tentang papa kandung Sakala sampai Syafana mengatakan kepada Sakala bahwa papanya Sakala sudah tiada.
"Bisa tidak, Saka cari profesi lain selain yang berkaitan dengan militer? Mama kurang setuju, sebab pendidikan militer itu keras, Sayang. Mama lebih suka jika Saka memilih jadi pengusaha," sanggah Syafana tidak setuju.
"Tapi, Saka selalu bermimpi ingin menjadi seorang prajurit tangguh dan bertanggung jawab, Ma. Saka akan membela NKRI sampai titik darah penghabisan. Saka juga akan membela kaum lemah dan mengayominya, termasuk melindungi Mama dari orang-orang jahat," tukas Sakala serius.
Syafana tersenyum kecil dengan ucapan Sakala barusan diakhiri gelengan kepala.
"Tapi, mama tetap tidak setuju, Sayang. Mama takut kamu tidak kuat atau tidak mampu," balas Syafana meragukan.
"Mama jangan ragukan Saka. Mama tidak lihat kalau Saka sehari-hari fisiknya kuat, setiap hari setelah sholat subuh, Saka berangkat untuk berlari dan mengolah tubuh. Semua demi mimpi Saka ingin menjadi seorang prajurit TNI," kukuhnya tidak bisa diganggu gugat.
Akan tetapi tetap saja Syafana menggeleng. Semakin Syafana menolak, semakin Sakala memaksa.
"Tapi kenapa, Ma. Kenapa Mama tidak suka kalau Saka menjadi prajurit? Jelaskan satu penjelasan yang bisa membuat Saka paham dan masuk akal!" Sakala balik mempertanyakan kenapa sang mama tidak setuju dirinya menjadi prajurit.
"Mama tidak ada alasan lain selain takut kamu tidak mampu saat menjalankan pendidikan militer nanti. Pendidikan militer itu berat, Sayang," bujuk Syafa lagi setengah mengiba memperlihatkan perasaan was-was terhadap Sakala.
"Kalau Saka belum coba, Saka tidak tahu di mana kemampuan Saka. Pokoknya Saka tetap mau daftar tentara," kukuhnya lagi sembari berlalu.
Syafana tidak mengejar atau protes lagi. Sakala memang selalu ngotot jika menyangkut keinginannya untuk menjadi anggota TNI, bahkan sikap dan bakatnya sebagai prajurit TNI, sudah terlihat sejak Saka SD. Saka selalu rajin berolah raga dan melatih dirinya di setiap kesempatan.
Syafana bingung harus memutuskan apa tentang keinginan Saka tersebut, sementara saat ini, dia begitu muak dengan yang namanya tentara akibat kesalahan satu orang, yakni Dallas.
Meskipun Saka tidak disetujui mendaftar prajurit TNI, akan tetapi Sakala tetap ngotot, bahkan ia saat ini sudah mempersiapkan segala persyaratannya via online, sebab mendaftar calon prajurit Tamtama, saat ini sudah bisa lewat online.
Syafana sudah tidak bisa melarang lagi, saat Sakala sudah meraih tangannya dan menariknya untuk dicium lalu berpamitan. Di sana Sakala meminta doa sejenak dengan penuh rasa haru.
"Meskipun Mama tidak merestui Saka untuk mendaftar jadi prajurit TNI, Saka tetap meminta doa Mama, agar Saka bisa berhasil," ujarnya sebelum berangkat dengan motornya menuju sebuah kesatuan di mana pendaftaran prajurit Tamtama itu diadakan.
"Ya ampun, Nak. Kamu begitu nekad. Kenapa kamu berpendirian kuat ingin menjadi prajurit TNI, sementara hati mama saat ini belum sembuh oleh seseorang yang berprofesi sebagai prajurit TNI?" gumam Syafa sedih sembari menatap kepergian sang putra.
"Sayang, tunggu," tahan Syafana mengejar Sakala yang baru saja menyalakan motornya. Saka menoleh lalu menatap sang mama.
"Iya, Ma?"
Syafana menatap lama sang putra dengan lekat. "Kalau Saka tetap teguh ingin menjadi seorang prajurit TNI, Saka harus ingat pesan mama. Identitas Saka harus disesuaikan dengan identitas KK abah dan emak. Saka anak abah dan emak secara hukum perdata. Jadi, identitas Saka mengikuti Kartu Keluarga abah dan emak," tandas Syafa menekankan.
"Saka mengerti, Ma. Papa Saka, kan sudah meninggal sejak Saka berada dalam kandungan." Saka menambahkan. Ketika harus membahas papa Saka yang sudah meninggal, tiba-tiba Syafana terlihat sedih dan emosional.
Saka menduga kalau sang mama justru sedih karena kehilangan sang papa. Saka menduga, begitu besar cinta sang mama kepada almarhum sang papa, yang Saka tidak tahu seperti apa sebenarnya wajah sang papa, sebab selama ini, Saka tidak pernah diberitahukan foto sang papa seperti apa.
"Baiklah, Saka pergi, ya, Ma. Saka tidak ingin terlambat di kesatuan. Mama jangan sedih lagi kalau sedang ingat papa. Lebih baik kita doakan papa yang terbaik, supaya kita bisa berjumpa lagi kelak di akhirat," tutur Saka dewasa, sembari mengakhiri pembicaraannya dengan sang mama.
"Assalamualaikum, Saka pergi, Ma." Saka pun pergi, tanpa goyah atas sikap sang mama yang sempat kurang setuju dirinya daftar sebagai prajurit TNI.
Kini langkah Saka mantap memasuki sebuah gerbang yang di atasnya ada sebuah tulisan nama kesatuan dan lambang kesatuan. Kesatuan yang hari ini mengadakan pembukaan calon Tamtama atau Catam PK. Meskipun awal karirnya harus diawali sebagai prajurit terendah, akan tetapi Saka tetap tidak patah semangat. Tamtama hanyalah sebuah jenjang karir, jika ia ingin cepat naik pangkat, kelak bisa ikutan sekolah lagi untuk bisa naik pangkat lebih cepat, pikirnya simple.
Saka benar-benar menjelma menjadi seorang pemuda yang selain cerdas dan pandai, juga tampan. Ketampanannya bahkan saat ini menjadi perbincangan di kalangan personil atau anggota di kesatuan yang saat ini Saka datangi.
"Catam itu mirip banget dengan Pak Kapten. Kembarannya kali, ya?" desas-desus itu terdengar begitu saja, tapi Saka tidak peduli, ia menganggapnya biasa saja, sebab di dunia ini saja setiap orang katanya memiliki tujuh kembaran diberbagai belahan dunia.
"Dek, kamu tampan kali. Wajahmu mengingatkan abang pada seseorang personil di kesatuan ini. Kamu ternyata memiliki kembaran," celoteh salah satu anggota personel di kesatuan ini sembari mengamati wajah Saka.
Saka membalas cuitan anggota itu dengan senyuman dan sikap ramah.
Tidak berapa lama, calon prajurit Tamtama diseru untuk berkumpul dan berbaris di lapangan sesuai nomer yang sudah diberikan tadi saat mereka mengambil nomer pendaftaran calon siswa Tamtama di bagian pendaftaran.
Satu per satu nomer pendaftaran siswa dipanggil. Yang dipanggil segera diukur tinggi badan dan berat badan. Jika tinggi dan beratnya ideal, maka mereka lolos di tingkat pertama.
"Nomer 20," panggil panitia penyelenggara yang ternyata nomernya Saka. Saka berjalan menuju pantia penyelenggara, lalu berdiri di bawah mistar pengukur tinggi badan. Saka berhasil lolos di tingkat pertama, karena tinggi badan dan berat badannya ideal.
"Nama kamu siapa?" tanya salah satu penyelenggara dengan tegas.
"Siap, Sakala Pratama," jawab Sakala tegas juga. Saat Sakala menyebutkan namanya dengan lantang, semua sorot mata mengarah padanya, mereka kembali berbisik-bisik. Bahkan salah satu anggota di sana menatap lekat ke arah Sakala dengan debaran jantung yang tiba-tiba kencang tidak karuan. Dia seperti merasakan kontak batin.
Siapakah itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
eza
bisa gk cari perbandingan yg agak gk jomplang, tamtama itu buat yg lulusan smp,
bintara kan ada yg lulusan sma
2025-03-18
2
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
g rela Aq thoe kl smpe saka nantinya nerima bapa yg bhkn cm nanem benih aja stlh nalak sama skali sekedar cr tau kbr mantan istrinya saja enggak, bp km udah mati y tet itu, tlng hargai perjuangan mm kamu mmbsrkan km sndirian bhkn smpe d ungsikan saat hamil
2025-03-17
5
Ejan Din
klu aku SI.. akan ku ceritakan kisah ibu kepada anaknya kenapa ngak Setuju untuk menjadi TNI.. jd Dr situ anaknya tidak akan Salah faham lg Dan akan Berhati2 Dan akan mengelak jika bertemu.. Saka akan selalu waspada agar tidak ketahuan agar kehidupan Dan kesedihan ibunya tidak akan terjadi..
2025-03-18
2