Part 7

Mikha baru saja selesai membereskan perlengkapan mengajarnya ketika suara ribut di luar kelas menarik perhatiannya. Beberapa murid kecilnya berbisik-bisik sambil menatap ke arah pintu, wajah mereka dipenuhi rasa penasaran.

"Bu Guru, itu siapa?" salah satu muridnya menunjuk ke luar.

Mikha menoleh dan terkejut melihat sosok yang berdiri di ambang pintu kelasnya. Seorang pria dengan jas abu-abu elegan, dasi yang sedikit longgar, dan senyuman andalannya yang selalu membuat jantung Mikha berdetak lebih cepat.

"Anand?" Mikha mengerutkan kening, lalu berjalan mendekat. "Bukannya kamu sibuk di rumah sakit? Kok bisa ke sini?"

Anand menyelipkan tangannya ke saku celana, memasang ekspresi santai namun penuh keyakinan. "Aku izin, soalnya ada pasien spesial yang harus aku temui."

Mikha mengerutkan dahi. "Pasien spesial?"

Anand terkekeh. "Iya. Calon istriku."

Mikha mendecak sambil menatapnya tajam, tapi Anand hanya terkekeh semakin lebar. Murid-muridnya mulai cekikikan, merasa seolah sedang menonton adegan romantis dari drama yang mereka tidak pahami sepenuhnya.

"Sudah selesai mengajar?" tanya Anand.

Mikha mengangguk, masih belum bisa menyembunyikan keterkejutannya. "udah, tapi kamu ke sini ada apa?"

"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat," jawab Anand dengan misterius.

"Ke mana?"

"Rahasia. Tapi aku janji, kamu bakal suka."

Mikha awalnya ragu, tapi melihat ekspresi penuh semangat di wajah Anand, ia akhirnya mengiyakan. Setelah berpamitan dengan murid-muridnya, mereka pun pergi meninggalkan sekolah.

Saat mobil yang dikemudikan Anand berhenti di depan sebuah rumah besar yang masih dalam tahap renovasi, Mikha menatapnya dengan bingung.

"Anand, ini..."

Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, Anand sudah turun dari mobil dan berjalan ke sisi pintu Mikha, membukakan pintu untuknya. "Ayo kita masuk."

Mikha melangkah keluar, masih merasa kebingungan. Saat mereka berjalan menuju pintu rumah, ia bisa melihat beberapa pekerja bangunan sibuk dengan tugas masing-masing. Ada yang mengecat dinding, ada yang memasang lampu gantung di ruang tamu, dan ada yang membawa perabotan ke dalam.

Saat masuk, Mikha semakin terkejut. Rumah itu luas, dengan desain interior yang modern namun tetap nyaman.

"Kamu beli rumah ini?" tanyanya dengan nada tidak percaya.

Anand mengangguk. "Iya. Ini rumah kita nanti setelah menikah."

Jantung Mikha berdetak lebih cepat. Ia menyentuh dinding dengan ujung jarinya, masih berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya.

Anand menggenggam tangannya, menariknya ke arah salah satu ruangan. "Aku tunjukkan sesuatu."

Mereka masuk ke sebuah kamar yang cukup luas. Mikha memperhatikan detailnya, mulai dari jendela besar yang menghadap taman hingga lemari yang masih setengah jadi.

"Kamar ini untuk siapa?" tanyanya.

Anand tersenyum lembut. "Kamar ini Untuk nenekmu."

Mikha tertegun. Matanya perlahan memanas, dadanya terasa sesak oleh emosi yang sulit dijelaskan.

"Aku tahu kamu sangat sayang sama nenekmu. Aku juga nggak mau dia tinggal sendirian. Jadi, aku ingin memastikan kalau di rumah ini, dia punya tempat yang nyaman," kata Anand dengan tulus.

Mikha menatapnya, matanya berkilat oleh air mata yang tertahan. "Anand..."

"Aku serahin semuanya ke kamu nanti," lanjut Anand. "Mau letakin barang apa aja, dekorasi seperti apa, aku nggak terlalu tahu. Yang penting kamu dan nenekmu nyaman di sini."

Mikha tidak bisa berkata-kata. Hatinya semakin luluh. Ia sudah tahu Anand mencintainya, tapi kali ini, ia merasa cintanya begitu dalam dan nyata.

Mikha masih terdiam, matanya menelusuri setiap sudut kamar yang Anand tunjukkan untuk neneknya. Ia tidak pernah menyangka Anand akan sejauh ini memikirkan kehidupannya setelah menikah. Bukan hanya tentang mereka berdua, tetapi juga tentang orang yang paling berarti bagi Mikha.

"Kenapa diam?" Anand menatapnya sambil menggenggam tangannya erat. "Kamu nggak suka?"

Mikha menggeleng pelan, mencoba menahan air matanya. "Bukan, bukan begitu. Aku cuma... nggak nyangka aja."

Anand tersenyum, menatapnya dengan penuh kasih. "Kamu tahu aku serius sama kamu, kan?"

Mikha mengangguk pelan. Ia tahu. Anand selalu memperlakukannya dengan penuh cinta dan keseriusan.

"Jadi, kamu suka rumah ini?" tanya Anand, suaranya penuh harap.

Mikha tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. "Suka banget."

Anand menghela napas lega. "Syukurlah. Aku takut kalau kamu nggak suka, aku harus cari rumah lain lagi."

Mikha tertawa kecil. "Nggak perlu. Rumah ini sudah sempurna."

Mereka keluar dari kamar dan berjalan mengelilingi rumah lagi. Anand menunjukkan ruangan-ruangan lain—ruang tamu, dapur yang luas, halaman belakang yang rencananya akan dibuat taman kecil. Setiap sudut rumah ini benar-benar dirancang untuk mereka.

Saat mereka berdiri di ruang tamu, Mikha menatap Anand dengan ragu.

"Kamu yakin mau tinggal jauh dari keluargamu?" tanyanya pelan.

Anand tersenyum tipis. "Aku udah bilang, setelah menikah kita akan pergi jauh. Kamu nggak akan ketemu keluargaku, hanya ada kita."

Mikha terdiam. Ada sesuatu di dalam hatinya yang terasa semakin berat. Ia mencintai Anand, ia ingin bersamanya, tetapi ia juga tahu ia menyembunyikan sesuatu yang besar.

Sesuatu yang bisa menghancurkan semuanya.

Di sisi lain, di rumah keluarga Shan, suasana lebih santai. Malika duduk di ruang tamu bersama Mitha, Shan, dan Hasan, menceritakan bagaimana reaksinya saat bertemu Mona tadi pagi.

"Jadi, setelah aku bicara panjang lebar dan menegaskan siapa aku, tahu nggak ekspresi Mona kayak apa? " Malika menyipitkan mata, nada suaranya penuh kemenangan.

Shan yang duduk di sampingnya langsung mencondongkan tubuhnya ke depan, penasaran. "kayak apa Nek?"

Malika terkekeh kecil, lalu menirukan wajah Mona yang tampak kesal, mulutnya sedikit terbuka seakan ingin membantah, tapi tidak bisa berkata-kata.

Shan langsung tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha! Mampus tuh nenek tua nyebelin! Pasti dia kesel setengah mati tapi nggak bisa ngomong apa-apa!"

Hasan yang sejak tadi diam langsung menatap putrinya dengan tajam. "Shan! Jaga mulutmu!"

Shan masih tertawa, meskipun sedikit mengecilkan suaranya. "Iya, iya, Ayah. Tapi tetap aja, ini lucu banget. Biasanya dia sok berkuasa, kali ini malah bungkam. Aku jadi kepingin lihat langsung ekspresi wajahnya tadi."

Mitha menghela napas sambil mengusap pelan lengan Shan. "Sudahlah, Nak. nggak perlu memperpanjang masalah. Yang penting sekarang nenek sudah memberi peringatan."

"Tapi aku yakin Mona nggak akan diam," sahut Malika. "Dia pasti akan mencari cara untuk tetap menekan Mikha. Kita harus tetap waspada."

Shan mendengus. "Kalau dia berani macam-macam lagi, aku sendiri yang akan kasih pelajaran!"

Hasan menatap putrinya lagi dengan tajam, sementara Mitha hanya bisa menggeleng pasrah.

Sementara itu, Malika masih tenggelam dalam pikirannya. Ia tahu Mona bukan tipe orang yang mudah menyerah.

Dan mungkin, ini baru awal dari konflik yang lebih besar.

Malam itu, Mikha duduk di tepi tempat tidurnya, menatap cincin di jari manisnya dengan tatapan kosong. Hatinya dipenuhi kebahagiaan, tapi juga ketakutan.

Anand sudah melakukan begitu banyak hal untuknya. Rumah, masa depan, semua sudah dirancang dengan sempurna. Tapi apakah Anand benar-benar tahu siapa dirinya?

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.

"Jangan lupa siapa dirimu, Mikha. Kebohonganmu tidak akan bertahan selamanya."

Wajah Mikha langsung pucat. Tangan yang menggenggam ponselnya gemetar.

Tidak… Ini tidak mungkin.

Siapa yang mengirim pesan ini? Dan… apakah Anand akan tetap mencintainya setelah mengetahui semuanya?

Terpopuler

Comments

Lorenza82

Lorenza82

Fix Mikha hamil nih, kalau kerjaannya aja begitu
pantes nenek nya anand bersikeras larang anand nikah Sam Mikha. bukan karena tuh nenek tau tapi firasat seorang nenek ke cucu nya

2025-02-19

0

Rossa

Rossa

Mikha hamil??? 😭😭 kasihan banget si anand... ah mewek aku nih thor

2025-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!