Friends II

“Apa aja yang kamu lihat?” Adrian mempersiapkan mentalnya untuk mendengar jawaban Akasia. Rahasianya terungkap, ia merasa dirinya yang sebenarnya terbongkar.

“Mungkin...kejadian paling tragis di hidup kamu,” Akasia berkata hati-hati.

Selanjutnya ia menceritakan gambaran yang diterimanya saat itu secara garis besar. Adrian menyimak dengan seksama, wajahnya serius. Ia tak bisa mengelak lagi, “Jadi semua kejadian yang aku lihat itu benar ya? Bukan mimpi?” Gadis itu memvalidasi.

Adrian mengangguk sambil menelan ludah, “Maaf, kamu jadi melihat tragedi itu.” Ia mengawali responnya, sorot matanya meredup.

Akasia ikut prihatin, ia mengelus punggung Adrian lembut untuk menenangkannya. “Justru aku yang minta maaf, mengintip masa lalumu tanpa izin.”

Akasia tersenyum pahit, “Tapi aku jadi bingung, selama ini perhatianmu ke aku, jangan-jangan karena aku seperti bayang-bayang Kemuning?” Gadis itu menunduk, nada sendu terasa dari ucapannya. Kepercayaan dirinya hilang entah kemana.

“Nggak begitu, aku sama sekali nggak melihatmu sebagai Kemuning," Adrian menampik kesimpulannya dengan tegas, “Dari dulu aku tulus terhadap kamu, apalagi aku mengenal kamu sejak masih jadi anak kecil yang manis, baik, penyayang. Baru belakangan ini aja kamu tumbuh dewasa dan kelihatan mirip Kemuning. Sebelumnya kamu cuma anak perempuan polos yang suka banget main boneka-bonekaan dengan plot twist yang aneh, ya kan.” Adrian tertawa mengingatnya, itu membuat Akasia ikut tertawa dan menepak pahanya.

“Terima kasih ya sudah tulus perhatian ke aku.” Akasia tersenyum malu-malu.

“Sama-sama, bestie!” Adrian menghiburnya dengan gaya jenaka. Dalam hati ia mengakui belakangan ini ia sering terbawa perasaan berdebar ketika bersama Akasia. Mungkin benar itu karena ia masih terbayang-bayangi dengan sosok Kemuning, tapi ia tidak mungkin menyampaikan itu kepada Akasia. Ia tidak ingin gadis itu merasa tidak dihargai dan sedih seperti barusan.

Selena mendatangi studio foto tempat ia dan Tante Selly janjian, kali ini ia berhasil membawa serta Endry yang mengekor di belakangnya.

“Tante, ini Endry sahabatku. Gimana, cocok kan jadi model pakaian Tante?" Selena memperkenalkan pemuda itu kepada Tantenya.

“Wah Endry, kamu good looking banget, gagah lagi, nice! Terima kasih ya Selena rekomendasinya,” Tante Selly memberi pujian tulusnya, “Maaf nih, Tante nggak bisa kasih banyak, cuma bisa kasih pengalaman sama uang jajan.”

“Nggak apa-apa, Tante, aku juga kebetulan ada waktu luang.” Endry tersenyum memaklumi.

“Kalian kelihatan serasi deh. Coba nanti sekalian foto pakai pakaian couple-nya ya, kayaknya bagus.” Pesan Tantenya.

Endry bingung, ini diluar kesepakatan, “Eh gimana, Tante? Selena kan cuma anter aku.”

“Nggak apa-apa,” gadis cantik itu mengelus lengan Endry untuk menenangkannya, “Iya Tante, boleh kok, supaya cepat kelar juga kan proyek ini.” responnya, sementara ia melirik ke sahabat prianya, “Biarin, bantuin Tante,” bisiknya mengingatkan. Endry akhirnya mengangguk paham.

“Yaudah, kalian ganti baju dulu sana. Terima kasih banget nih bantuannya.” Tante mengingatkan.

Endry dan Selena berganti pakaian lalu tenggelam dalam kesibukan mereka menjadi model produk pakaian. Saat harus berpose berdua, Endry sempat terlihat canggung sampai Selena turun tangan membantunya agar rileks dan tidak kelihatan tegang. Seiring waktu Endry bisa bergaya berdua Selena dengan natural. Selena diam-diam menikmati kebersamaan ini dengan haru dan rasa rindu yang membuncah.

“Selena, terima kasih loh hari ini sudah datang buat bantu Tante. Hasil fotonya bagus-bagus, ini buat kalian berdua,” Tante menitipkan dua amplop ke tangan Selena. Dengan cekatan Selena mengambil beberapa lembar uang dari amplopnya dan memindahkannya ke amplop Endry, kebiasaannya sejak lama, “Bilang terima kasih juga ke teman kamu."

“Oh iya Tante, sama-sama. Lain kali kalau ada kerjaan lagi kabarin ya, Tante. Aku memang lagi senang cari pengalaman begini,” pesan gadis itu kepada Tante Selly sebelum beliau pamit karena ada pekerjaan yang mendesak. 

Selena memanggil Endry, “Nih Dry, bayaran lu.” Ia menyerahkan amplop bagian pemuda itu.

Endry mengecek isinya, “Wah lumayan juga, ya! Begini dibilang uang jajan? Ini sih cukup buat makan gue sebulan.” Ia berkomentar riang.

Selena melirik respon Endry, ikut senang, “Gimana? Udah nggak marah lagi kan ke gue?”

Endry baru teringat sikapnya dan berpikir sejenak, “It depends.”

Selena memutar bola matanya, “Depends on what? Gue udah minta maaf loh sama Akasia.” 

“Dan hari itu juga Akasia kumat alerginya secara kebetulan.” Endry mengingatkan.

“Lu tuduh gue penyebabnya?” Selena menyimpulkan, “Kenapa?”

Endry mengangkat bahu, “Akasia alergi kepiting. Berapa banyak jajanan lokal yang mengandung kepiting di dalamnya? Mikir lah!”

Selena terdiam, dalam hatinya ia takut kehilangan pria itu lagi. “Okay, kalau lu menganggap itu salah gue, gue akan minta maaf lagi ke Akasia.” Ia menyerah.

“Percuma kalau nggak tulus.” Endry menjawab sinis, “Ada yang lebih penting dari minta maaf, introspeksi, perbaikan, resolusi nyatanya apa? Lu yakin bakal berhenti jahatin dia maupun orang lain?”

Selena gelisah, “Iya sorry, gue janji gue akan berusaha jadi orang yang lebih baik. Gue nggak akan jahatin siapapun lagi, termasuk Akasia. Gue akan welcome kalau lu bawa dia ke pertemanan kita.” Ia menjulurkan kelingkingnya, “Pinky promise.”

Endry melihat Selena yang tunduk jadi merasa iba, ia mengaitkan kelingkingnya ke kelingking sahabat masa kecilnya itu, lalu mengacak-acak rambutnya, “I just want you to be a better person (aku cuma ingin kamu jadi orang yang lebih baik).” bisik pemuda itu sambil memeluk Selena singkat sebagai gestur perdamaian. Bagaimanapun gadis ini sudah berperan banyak dalam hidupnya.

Selena pulang dari bekerja dengan membawa lelahnya, ia memasuki kamarnya berniat langsung istirahat. Ia malah menjumpai seorang pemuda berpakaian Jepang yang tak ia kenal berdiri disana. Mereka saling pandang, bingung. Selena keluar kamar dan menutup lagi pintu kamarnya, itu membuat pemuda Jepang itu semakin bingung.

Sesaat kemudian Selena masuk lagi dengan membawa tongkat baseball, siap menghajar pemuda malang tersebut.

“Omae wa dare da (kamu siapa sebenarnya)?” Selena yang kebetulan pecinta anime menginterogasi sambil mengacungkan tongkatnya ke wajah pemuda Jepang di hadapannya.

“Woah,  nihongo o hanashimasu ka (bisa berbahasa jepang)? Saya Hayashi!” Respon pemuda sipit itu kagum.

“Chotto dake (cuma sedikit)!” Jawab Selena singkat, ia baru sadar lawan bicaranya tadi bisa berbahasa Indonesia, “Hayashi siapa? Saya nggak kenal!” Ia mengayunkan tongkat baseballnya dengan garang, untunglah Hayashi punya refleks menghindar yang bagus.

“Makanya beri saya waktu untuk memperkenalkan diri!” Pinta Hayashi, kewalahan menangkis serangan-serangan gadis itu.

“Oke, jelaskan!” Selena menghentikan serangannya demi mendengarkan perkataan pemuda di depannya itu.

“Boneka yang tadinya ada disitu,” Hayashi menunjuk satu spot di meja Selena, “Itu saya.” Ia kemudian menunjuk dirinya sendiri.

Selena memutar bola matanya, merasa diremehkan, “Penjelasan macam apa itu? Jodan deshou (bercanda kan)?” Ia mengangkat tongkatnya kembali dengan mata melotot.

“Jodan ja nai yo (bukan bercanda kok)! Hontou da (Beneran)!” Pemuda malang itu menjelaskan dengan panik, berusaha menghindari serangan berikutnya.

“Hen no otoko! (dasar cowok aneh), coba buktikan!” Gadis manis itu menantang.

“Chotto matte kudasai (tolong tunggu sebentar)!” Hayashi meminta waktu sebelum ia merubah dirinya lagi menjadi boneka berpakaian hakama.

Boneka itu tergeletak di lantai kamarnya.

Selena terperanjat hingga mundur ke belakang, “Eeeh...obake ka (hantu ya)?” Tebaknya.

“Obake ja nai yo (bukan hantu kok).” Pria Jepang itu menjawab tak terima meski wujudnya masih boneka.

“Yokai da (kalau begitu siluman)!” Tebak gadis itu lagi.

“Chigau yo (bukan)!” Pemuda bermata sipit itu protes.

“Ja...onii (kalau begitu...setan)?” Selena masih tidak menyerah.

“Zenzen chigau (sama sekali bukan)! Saya manusia, sama seperti kamu.” Hayashi hilang kesabaran, "Sebentar, biarkan saya jelaskan sebagai manusia dulu, supaya kamu yakin." Ia merubah penampilannya menjadi manusia lagi.

“Hybrid? Mutasi genetik? Hasil eksperimen?” Gadis itu masih mencoba mencari penjelasan yang masuk akal.

“Aku dikutuk,” Hayashi akhirnya membongkar sebabnya menjadi boneka, “Aku dikutuk orang dari bangsamu. Entah kesaktian apa yang dimilikinya, tapi beginilah caranya menghukumku.” Pemuda itu menjelaskan panjang lebar.

Selena memiringkan kepalanya, mencoba mencerna informasi yang didapatkannya. “Berarti kamu ada salahnya kan?” Ia menyimpulkan.

“Ya memang, kesalahanku besar, aku menyadarinya,” Hayashi mengakui, “Aku lengah mengawasi bawahanku sehingga ia menembak mati perempuan yang aku cintai.” Ia langsung menceritakannya dengan terus-terang. Pemuda itu menunduk sendu, sorot matanya meredup.

Selena bingung harus bereaksi apa, dia mendekati pemuda itu dan menepuk-nepuk punggungnya, “Cup cup cup,” hanya itu yang bisa ia katakan.

“Kamu bercanda ya?" Hayashi merasa heran dengan responnya itu.

“Habis aku bingung harus gimana,” gadis itu menjawab blak-blakan, “Aku nggak pintar menghibur orang.”

“Ada satu hal yang bisa kamu lakukan untukku.” Hayashi tersenyum penuh rencana.

“Apa?” Selena mengernyitkan dahi.

“Beri aku tempat berlindung.” Pria berwajah oriental itu mengatakan kebutuhannya.

Kali ini gadis itu yang menyeringai, “Apa keuntungan yang bisa aku dapat?”

“Apa kerugian yang bisa kamu dapat?” Pria itu membalikkan pertanyaan.

“Mungkin maksud pertanyaanmu, apa kerugian yang bisa kamu dapat,” Selena menekankan perkataannya, “Anda kira anda ada di posisi yang bisa mendebat saya? Mau mengkomando saya? Dengan bentuk yang lucu dan imut-imut itu kalau saya injak kamu hanya akan jadi pecahan porselen yang akan berakhir di tempat sampah, bersama dengan sayuran busuk dan mungkin bangkai tikus," ia mengingatkan pemuda itu akan situasinya, tatapan tajamnya mengintimidasi, “Lihat kamu berada di kamar siapa sekarang, rumah siapa, negara siapa, bisa-bisanya anda menyuruh-nyuruh saya!” Sindir gadis pongah itu sambil melipat tangannya dan tertawa meledek.

Hayashi memutar bola mata lalu menyeringai, ‘Seharusnya aku sudah memperkirakan ini.’ pikirnya menyadari kecerobohannya, “Baiklah, maaf. Seharusnya aku mengajakmu bekerja sama.”

“Bekerja sama dalam hal apa? Apa yang bisa kamu kerjakan untuk aku?” Selena berkata skeptis, “Mungkin maksudmu 'minta tolong'.” Ia meralat.

Hayashi mengulum senyum, ia baru ingat yang dihadapinya orang yang arogan, mirip sepertinya, “Baiklah, apapun sebutannya. Intinya aku minta...tolong, beri aku tempat untuk bersembunyi, sementara itu...tolong, ajari aku menyesuaikan diri dengan zaman ini. Aku akan membayar kebaikanmu. Mungkin sekarang aku tidak punya apapun untuk ditawarkan, tapi aku bersedia menjadi rekan yang loyal untukmu. Kapanpun kamu membutuhkan bantuan bilang padaku, dan aku bersedia mendengarkan keluh kesahmu, seperti biasanya, dan menutup mulut.” Pria itu menjelaskan dengan sorot mata penuh arti.

Selena baru ingat ia telah bercerita banyak kepada boneka Jepang ini, “Tunggu, kamu dengar semua ceritaku?”

Hayashi tersenyum, “Tentu, setiap detailnya. Sebenarnya aku juga banyak menyimpan ceritamu, tapi aku tidak sampai hati untuk mengancammu. Mana aku tega,” ia berkata sarkastis, “Tenang, mulai hari ini kita rekan satu tim. Aku tidak mengusikmu, kamu pun jangan mengusikku. Kita saling bantu demi mencapai tujuan masing-masing,” ia menyodorkan tangannya, meminta jabatan tangan, “Sepakat?”

Selena memperhitungkan faktor risiko dan untung ruginya, ‘Dia nggak akan bisa lari dariku sih, toh dia nggak punya siapa-siapa disini. Siapa juga yang akan percaya dengan omongan orang mencurigakan ini. Aku bisa memanfaatkannya, kelihatannya akan menguntungkan.’ Gadis itu menjabat tangan pria Jepang di hadapannya, “Deal!”

Hayashi tersenyum puas, “Jadi bagaimana kabar laki-laki yang sering kamu ceritakan? Dan wanita yang sering kamu kutuki itu?” Tanyanya berbasa basi.

Episodes
1 Prolog
2 My Best Buddy
3 and Now Partner in Crime
4 Sense of Nostalgia
5 Prejudice
6 Starting Point
7 Relate
8 Such a Long Night
9 Conflict
10 The Apologize
11 And The Plan Canceled
12 Home Sweet Home
13 Stuck
14 The Lost Colonel
15 Seeking The Past
16 The Old New Things
17 Probability
18 Friends
19 Friends II
20 Bullying
21 Entertained
22 Bullying II
23 Accident
24 After Incident
25 Nihon Matsuri
26 You've Got a Friend
27 Behind the Scene
28 School Festival
29 Reunion
30 Hidden Feeling
31 Birthday Bash
32 The Last Dance
33 Keep Being Hidden
34 Presence
35 Longing
36 The Answer
37 It Takes Good Teamwork to Raise a Child
38 Love Hate Relationship
39 Picnic
40 Love Hate Relationship II
41 Synchronize Our Frequencies
42 a Symphony Unraveling
43 Attachment
44 Attachment II
45 Destiny's Veil
46 The Letter
47 The Abduction
48 The Abduction II
49 Transactional Love
50 Disappear into Thin Air
51 New Horizon
52 My Roots
53 Stalker
54 Stalker II
55 a Goodbye
56 That's What Friends are For
57 Betrayal
58 Another Work to Do
59 Broken Heart
60 Reconciliation
61 Paranormal Experience
62 Gomenasai
63 Superhero
64 Graduation
65 Farewell Amsterdam
66 Welcome Home
67 Acceptance
68 Comeback
69 a Pleasant Surprise
70 Worries
71 Take a Chance
72 For The Queen I Adore
73 Misunderstanding
74 Engagement
75 Employee Gathering
76 Employee Gathering II
77 What a Surprise
78 What a Surprise II
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
My Best Buddy
3
and Now Partner in Crime
4
Sense of Nostalgia
5
Prejudice
6
Starting Point
7
Relate
8
Such a Long Night
9
Conflict
10
The Apologize
11
And The Plan Canceled
12
Home Sweet Home
13
Stuck
14
The Lost Colonel
15
Seeking The Past
16
The Old New Things
17
Probability
18
Friends
19
Friends II
20
Bullying
21
Entertained
22
Bullying II
23
Accident
24
After Incident
25
Nihon Matsuri
26
You've Got a Friend
27
Behind the Scene
28
School Festival
29
Reunion
30
Hidden Feeling
31
Birthday Bash
32
The Last Dance
33
Keep Being Hidden
34
Presence
35
Longing
36
The Answer
37
It Takes Good Teamwork to Raise a Child
38
Love Hate Relationship
39
Picnic
40
Love Hate Relationship II
41
Synchronize Our Frequencies
42
a Symphony Unraveling
43
Attachment
44
Attachment II
45
Destiny's Veil
46
The Letter
47
The Abduction
48
The Abduction II
49
Transactional Love
50
Disappear into Thin Air
51
New Horizon
52
My Roots
53
Stalker
54
Stalker II
55
a Goodbye
56
That's What Friends are For
57
Betrayal
58
Another Work to Do
59
Broken Heart
60
Reconciliation
61
Paranormal Experience
62
Gomenasai
63
Superhero
64
Graduation
65
Farewell Amsterdam
66
Welcome Home
67
Acceptance
68
Comeback
69
a Pleasant Surprise
70
Worries
71
Take a Chance
72
For The Queen I Adore
73
Misunderstanding
74
Engagement
75
Employee Gathering
76
Employee Gathering II
77
What a Surprise
78
What a Surprise II

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!