Sistem Benang Takdir
Disebuah Aula besar para orang tua dan Mahasiswa berkumpul untuk sebuah upacara wisuda di sebuah kampus paling bergengsi. Seorang wanita dengan menggunakan pakaian toga dan baret di kepalanya. Kepalanya menunduk murung tidak seperti wisudawan lainnya yang nampak bahagia di acara kelulusannya. "Kau datang dengan siapa?" Seorang pria yang duduk disebelahnya bertanya pada wanita tersebut. Lontaran senyum yang dipaksakan oleh wanita itu terlihat jelas di wajahnya. "Kau tau, keluarga ku tidak begitu baik jadi aku membawa nenek ku dan bibi ku." Suara bergetar membuat suara yang keluar dari dalam tenggorokannya terdengar serak.
"Tak apa, yang penting disini kita yang merasakan jerih payah kita setelah selesai berkuliah kan?" lontaran lembut seorang pria itu menenangkan wanita itu. "Bagaimana dengan pacar mu apakah dia datang?" tanya pria itu lagi pada wanita itu sambil menatapnya lekat lekat, seperti sedang memerhatikan mata wanita itu. Sekali lagi senyum pahit diwajahnya begitu jelas. Wanita itu tidak menjawab karna suaranya terasa berat dan ia hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Pria itu menepuk pundak wanita itu dengan lembut sambil menenangkannya. "Delula Zee, mungkin dia sibuk. Aku tau kau kecewa, tapi ada kami disini." Pria itu memperlihatkan persahabatannya yang begitu kuat. Hingga dapat menenangkan wanita itu dengan cara yang lembut dan juga menyenangkan.
Upacara kelulusan di mulai seluruh wisudawan dipanggil satu persatu untuk menerima, penghargaannya. Wanita itu tampak bahagia menerima penghargaannya, walau kesedihan dalam hatinya tidak bisa di tutupi sepenuhnya. Semua hadirin memberikan tepuk tangan, mengingat Delula adalah mahasiswa terbaik di kampusnya. Waktu demi waktu berlalu ketiga sahabatnya berkumpul dan membuat sebuah foto kenang-kenangan. Sebelum akhirnya semua para wisudawan melemparkan baretnya ke langit dengan bangga. Seketika setelah itu hujan besar mengguyur semua para wisudawan yang semenjak pagi awan sudah menampakan hitam mendungnya.
Azizy mumtaz. Seorang pria tampan di kampusnya merupakan salah satu sahabatnya yang lain. Delula dan Zi merupakan teman yang paling dekat. Namun kenyataannya sebelum Delula mengenalnya ia memiliki seorang wanita yang ia sukai, namun berakhir dengan kisah ke tragisan Azizy yang ditolak mentah-mentah oleh wanita itu. Akan tetapi setelah sebulan kemudian wanita itu menyatakan cinta pada Azizy di saat ia sudah membuang semua rasa sukanya.
Dan kini wanita itu tengah berdiri dengan perasaan cemburu yang memenuhi jiwanya pada Delula, sambil membawa sebuah buket bunga berwarna putih. Delula yang merasakannya hanya bisa menyingkirkan diri dari 3 sahabatnya dan memberikan waktu untuk wanita itu memberikan sebuah buket bunganya pada Azizy. Karena sudah berakhir semua akhirnya Delula memutuskan pulang bersama nenek dan juga bibinya. Akan tetapi saat diperjalanan nenek Delula ingin berhenti di sebuah restoran yang sudah sejak lama menjadi langganan bagi keluarganya. "Nenek benar mau makan disini? Delula bukannya tidak punya uang tapi apa nenek tidak lelah?" Delula bertanya untuk meyakinkan neneknya.
"Tidak usah sungkan, nenek punya cukup uang untuk membeli beberapa nasi dan sup di toko ini. Terima saja ini adalah hadiah kelulusan mu dari nenek." Nenek tersenyum melihat Delula, sedangkan Delula tersentuh dengan ucapan dari neneknya. "Tidak tau malu, anak bibi juga tiga hari lagi akan melakukan upacara kelulusan juga jangan berlebihan begitu dong dengan Delula." Bibinya membuka suara dengan tajam dan sinis.
"Bibi benar, nek. Anabela juga akan melakukan upacaranya. Sebaiknya uang nenek simpan saja untuk hadiah Anabela." Delula berusaha untuk mengalah. Tidak mengikuti egonya untuk makan disebuah restoran kesukaannya sejak kecil itu. "Tidak apa-apa, nenek juga masih punya uang simpanan untuk dihadiahkan pada Anabela." Nenek tetap memaksa untuk masuk kedalam restoran.
Namun begitu masuk dan menduduki sebuah kursi meja makan di dalam restoran. Ia menikmati harumnya sebuah sup panas yang sangat enak, bau rempah yang begitu kental membuatnya menjadi begitu lapar. Akan tetapi di sudut ruangan dari restoran itu matanya tiba-tiba terpaku pada seseorang. Ia tahu persis siapa orang tersebut karna dia sudah sangat mengenalnya semenjak setahun terakhir. "Ray" bisiknya. Seorang pria yang sedang bercengkrama asik dengan seorang wanita cantik.
Delula terburu-buru untuk mengambil ponselnya dan memotret pria yang ia temui karna ia takut salah sangka, orang yang ada dihadapannya itu. Ia pun kemudian menelpon Ray dengan perasaan campur aduk. Sebuah ponsel berdering di sudut ruangan itu. Pria di sudut itu mengangkat telponnya. "Hallo, Del?" ucap pria itu, begitu persis dengan suara yang keluar dari ponselnya, "Ha, Hallo ray. Kamu ngga Dateng ke wisuda aku karna sibuk dengan pekerjaan mu kan?" Delula bertanya berusaha mengontrol suaranya.
"Iya nih, aku lagi kerja maap ya buket bunga nya udah aku kirim ke alamat rumah kamu. Happy Graduation ya sayang. Nanti kita telpon lagi." Pria itu menutup telponnya, namun Delula tidak menyangka dengan penyataan kebohongan yang di lontarkan Ray. Seketika di sudut ruangan itu Ray dan seorang wanita itu berciuman mesra dihadapan Delula.
"Ada apa, nak?" ucap nenek melihat Delula sedikit muram. "Tidak apa nek, yuk kita makan supnya keburu dingin!" Delula dengan cepat menghabiskan supnya. "Nek, nenek pulang dengan bibi ya Delula ada yang kelupaan. Ini uang buat bayar sup dan ongkos nenek." Delula pun pergi dengan tergesa gesa. Di tengah hujan yang sudah mengguyur satu kota setelah upacara kelulusan selesai. Delula berlari di tengah hujan, berusaha menghubungi Rovie. Namun telponnya tak kunjung diangkat, Ia pun menghubungi Zi namun naas hal yang sama juga terjadi pada Zi, telepon terakhir pada sahabatnya yang sudah lama ia kenal dari semenjak ia pertama berkuliah yaitu Akila, namun lagi lagi hal yang sama terjadi. Suhu mulai menurun drastis Delula yang sampai di sebuah jembatan sungai yang besar dengan guyuran hujan pun ia merasa putus asa.
Keadaan keluarganya yang kacau, kini pria yang sangat ia percayai berselingkuh didepan matanya. Sedangkan ketiga sahabatnya itu memiliki kehidupan masing-masing. Delula pun berdoa sambil berteriak. "Tuhan tolong, aku ingin memiliki kehidupan yang baik. Mendapatkan kerja yang layak dan menjalani kisah yang romantis dengan seorang pria. Aku ingin bahagia." tangisnya di tengah hujan. Keputusasaan Delula memuncak dan pikirannya hanya terpaku untuk melompat dari jembatan itu.
Begitu ia hendak melompat, suhu tubuhnya yang menurun drastis, membuatnya pingsan sebelum melompat dari atas jembatan itu. Pandangan kabur Delula hanya ia bisa melihat langit gelap yang menurunkan hujan yang begitu banyak. Ia hanya bisa mendengar suara hujan yang sangat deras yang membentur trotoar jembatan. Tiba-tiba datang seorang pria dengan kacamata hitam dan payung hitam membawa Delula. Pakaian rapih hitamnya dan sepatu hitamnya menunjukan sebuah merek yang paling terkenal. Sudah dipastikan bahwa pria tersebut adalah pria kaya. Namun kemana ia akan membawa Delula pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments