Curhatan Rizki

“Kenapa harus melibatkan namaku? Decak Rendi dengan kesal.

“Lalu siapa lagi yang harus aku libatkan?” tanya Zayn dengan santai.

“Maksudmu?”

“Lihat…. Leo dia tidak punya uang, aku? Huft…. Sama saja, di antara kita bertiga jika bukan kau maka kita hanya berharap pada Aska bukan?” jelas santai Zayn yang di angguki oleh Leo.

Sementara di tempat lain Azka tengah menikmati hisapan rokoknya dengan segelas kopi hangat yang tersaji di hadapannya saat ini.

“Permisi Pak,” sahut seorang pria yang membuat Aska sedikit mengakat wajahnya.

“Ya… duduklah,” ucap Aska dengan santai.

“Semua pekerjaanmu sudah selesai?” tanyanya dengan santai.

“Sudah pak,” ucapnya dengan sopan.

“Ini sudah di luar jam kantor,” jawab Aska yang membuat pria itu tersenyum kikuk.

“Ada apa?”

“Begini bang… eeeee…..”

“Masalah wanita yang kemaren?” tanya Aska yang di angguki oleh pria itu.

“Ada apa?” tanya Aska yang mencoba untuk membuat pria itu sedikit santai.

“Bang… aku melakukan kesalahan,” ucapnya yang membuat Aska mulai menatap pria itu dengan serius.

“Katakan?”

“Aku tau ini sebuah kesalahan, tapi…. Tapi aku siap untuk bertanggung jawab bang,” ucap Rizki dengan menunduk takut.

“Shit….. sudah kuduga,” ucap Aska menarik nafas kasar.

“Lalu apa keluargamu tau??” tanya Aska yang hanya di jawab gelengan kepala oleh pria itu.

“Di mana wanita itu?” tanya Aska dengan serius.

“Dia baru saja keluar dari rumah sakit bang,” ucap Rizki yang membuat Aska mengerutkan dahinya.

“Rumah sakit?”

“Dia membunuh bayinya, dia sudah melakukan Aborsi bang,” ucap Rizki dengan air mata yang tanpa sadar menetes di sudut matanya. Aska terdiam mendengar ucapan pria itu, sungguh ini membuatnya tidak bisa berkata apapun sekarang.

“Aku tau ini sebuah kesalahan, ini sebuah musibah, tapi setidaknya aku siap untuk bertanggung jawab bang, hanya saja yang aku lihat di kamar hotel itu membuat ku ragu mengakui jika itu anakku atau bukan,” ucap Rizki dengan pelan.

“Aku sudah mengatakan padanya jika anak itu lahir, darah dagingku atau bukan aku akan bertanggung jawab, karena jujur aku juga selalu melakukan itu bersamamnya,” jelas Rizki yang di dengar serius oleh Aska.

“Tapi dia memilih jalan lain untuk membunuh anak itu,” ucap Rizki yang membuat Aska menarik nafas dalam.

“Kau ingin menemuinya?” tanya Aska yang membuat pria itu menggeleng pelan.

“Aku membencinya bang, aku tau kami sudah melakukan kesalahan tapi setidaknya jangan menjadi pembunuh,” ucap Rizki yang membuat Aska lagi lagi terdiam.

“Aku membenci wanita itu,” umpatnya sembari mengusap kepalanya dengan kasar.

“Tenanglah….. kau tidak bisa berfikir benar jika dalam keadaan panik,” ucap Aska yang mengerti dengan kondisi pria itu.

“Itu artinya kelurga wanita itu tau?”

“Tidak bang… dia tidak memberi tau keluarganya dan memilih untuk melakukan aborsi karena takut jika keluargnya tau,” ujarnya dengan nafas yang berat.

“Itu artinya….”

“Aku di hantui rasa bersalah bang, aku merasa bersalah dengan bayi yang dia bunuh,” Rizki terlihat begitu menyesal kali ini.

“Aku hanya bisa menyabarkanmu, karena sungguh akupun tidak tau apa yang harus aku katakan padamu sekarang, ya kau benar itu sebuah kesalahan, dan aku cukup bangga jika kau ingin bertanggung jawab atas kesalahanmu, tapi yang di lakukan wanita itu….” Aska menghentikan ucapannya karena mengingat sesuatu yang kembali menimbulkan lukanya.

“Sekarang tenanglah, aku tidak membenarkan kesalahan yang kalian buat, tapi…. Apa yang harus aku katakan sekarang, semua sudah terjadi rasa bersalahmu hanya bisa kau ratapi begitu saja, berubahlah jangan terpuruk dengan satu masalah,”ucap Aska menepuk pelan punggung pria itu.

“Aku yakin kau bisa melewati semua ini,” ucap Aska dengan sangat hati hati, ia tau betul apa yang ada di fikiran pria itu saat ini.

“Ya bang…. Aku sedikit lega sudah bicara semuanya padamu,” ucap Rizki yang di angguki pelan oleh pria itu.

“Fokuslah pada pekerjaanmu, semua itu tergantung padamu rizki, jika kau ingin larut dalam masalah ini, kau tidak akan menemukan pintu dan jalan keluarnya, tapi jika kau memang ingin menjalani hidupmu sesuai keinginanmu, melangkah lah mulai dari sekarang dan jangan pernah melihat ke arah belakang,” ucap Aska yang di angguki oleh pria itu.

“Rizki,” sahut seorang pria yang membuat pembicaraan mereka terhenti.

“Ya Pak….”

“Untunglah kau belum pulang, ada beberapa hal yang tidak aku mengerti kau bisa membantuku?” tanya pria itu yang membuat Rizki menoleh ke arah Aska.

“Hm…. Isi waktumu dengan banyak kesibukan, masalah itu akan lari dengan sendirinya,” ucap Aska yang di angguki oleh Rizki.

“Aku permisi pak ehh bang hehehe..,” ucap Rizki yang di angguki oleh pria itu.

Aska menarik nafas dalam menatap kepergian pria itu, sungguh hal ini membuatnya tertawa kecil.

“Beginikah cara Tuhan kembali mengingatkanku dengan semua kesalahan yang pernah aku perbuat dulu?” gumamnya dan kembali membakar sebatang rokok dengan pandangan jauh ke arah landasan pesawat yang cukup luas membentang di balik pintu kaca itu.

#Flashback#

Seluruh badan pria itu terasa begitu remuk, entah apa yang ada di fikirannya saat membuka mata, kepalanya masih terasa pusing, semua yang ada di sekililingnya begitu berantakan.

“Sial…. Kenapa harus ke hotel, pria bodoh,” gumam Aska mengutuk sang teman, karena yang hanya ada di ingatannya saat ini, hanyalah saat terakhir ia bertemu dengan Rendi sang teman, dan tidak asing karena biasanya pria itu memang akan membawa Aska ke hotel terdekat jika ia rasa kondisinya mulai memburuk.

Ia menarik nafas dalam dan melirik jam yang yang tertempel di sana.

“enam?” gumamnya dengan bingung.

“Apa selama itu aku tertidur,” ucap Aska dan mencoba untuk duduk, sungguh sakit di kepalanya begitu menyerang.

Merasa sudah cukup tenang, Aska mulai berjalan ke kamar mandi dan tidak menghiraukan semua yang berantakan di sana.

Guyuran air yang membasahi tubuhnya membuat Aska sedikit bernafas lega, tapi sunggu ada yang aneh saat ini dia rasakan, entah apa dan kenapa seluruh tubuhnya merasa cukup ringan dan seperti ada yang selesai ia lakukan.

“Ada apa denganku?” gumamnya saat melihat beberapa bekas merah yang ada di bagian dadanya.

“Aku tidak menyewa wanita…. Apa ini…. Ah sudahlah” tanpa menghiraukan semua kondisinya Aska mulai menikmati setiap guyuran air yang membasahi tubuhnya saat ini.

Dengan tarikan nafas dalam, ia mulai keluar menggunakan bathrobe berwanah putih dan berjalan santai ke luar kamar mandi.

Sedikit bingung dengan pakaian yang berserakan dan menghirup aroma alkohol juga parfum yang sedikit asing di hidungnya.

Aska terdiam saat melihat sebuah ponsel dan kertas putih yang berada di atas nakas tepat di samping ranjang yang tadi ia tiduri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!