Indri berdecak kesal dan mulai membakar sebatang rokok di tangannya, ia menemukan habis minuman beralkohol yang ada di sana, sungguh ia benar benar benci dengan nama itu.
Namun setelah hisapan rokok yang menggebu di mulutnya, gadis itu kembali melakukan aksinya.
"Tidak masalah Aska, siapapun aku di matamu tidak masalah bagiku, aku hanya menginginkan tubuhmu itu saja," bisiknya yang kembali meraba tubuh pria itu dengan lembut.
Aska mulai mencoba untk mengendalikannya, namun tidak pria itu hanyanya laki laki biasa yang juga memiliki nafsu jika di pancing.
Indri dengan kelihatannya mulai melakukan apa yang ia mau, semuanya tanpa terkecuali hingga akhirnya baju yg tadi ia kenakan mulai terlepas.
mereka mulai terhanyut dengan suasana saat ini, menikmati dunia, melupakan semua masalah, begitu juga dengan aska. melalui alam bawa sadarnya dia terus saja menikmati sentuhan demi sentuhan dari wanita itu.
Sementara Indri mencoba untuk melakukannya seperfect mungkin karena inilah hal yang sangat ia tunggu tunggu. desahan demi desahan membuat suasana malam mereka semakin panas.
#Flash back On#
Kendaraan roda dua itu mulai terparkir di kost kostan kesayangannya, kali ini ia benar benar lelah, banyak hal yang membuatnya berfikir keras, mulai dari gangguan yang di ciptakan oleh Dwi, cemooan dari teman temannya, juga masalah Rizki yang cukup menguras emosional pria itu.
Hanya tidur dan beristirahat itulah yang menjadi pilihannya saat ini. Sungguh ingatan masa lalu yang begitu menguras tenaganya membuat pria itu menarik nafas dalam menatap langit langit kamarnya.
Drrrttttt….. Drttttttt…..
“Hm…..” benda pipih itu sekali lagi membangunkannya.
“Kau terlambat lagi Aska….” ucap seorang pria yang membuat Azka membuka matanya dan melirik jam dinding yang ada di sana.
“Astaga… maaf maaf…. Aku akan menyusul 10 menit lagi,” ucapnya dan langsung mematikan sambungan telfon itu.
Ya….. benar saja pria itu terlelap dalam lelahnya kali ini, ia menarik nafas dalam dan mulai bersiap karena ini sudah menujukkan pukul 8 malam.
Tidak terlalu rumit, Aska lebih memilih menggunakan celana levis hitam, sebuah kemea yang di gulung hingga lengannya, jam tangan hitam, juga sebuah gelang hitam yang terus menempel di pergelangan tangannya.
Perfect….. hanya itu kalimat yang bisa di lontarkan ketika menilai penampilan sempurnah pria itu, jambang tipisnya, alis mata yang tebal, juga bola mata hitam yang membuat wajahnya lebih terlihat tajam .
“Baiklah Aska…. masih mencari rupiah lagi…” gumamnya sembari mengenakan helm dan melajukan motor kesayangannya memasuki hiruk pikuk kota di malam hari.
Bukan kekurangan untuk masalah keuangan pria itu hanya mencari kesibukan di malam hari agar rasa bersala dan trauma di masa lalu tidak menghantui fikirannya.
Kendaraan roda dua milik Aska mulai berhenti tepat di sebuah Caffe yang cukup terkenal dan ramai dengan anak anak muda, mereka yang berpegangan tangan, tangan yang merangkul di pinggang juga pundak, Asap rokok yang menggumpal, juga minuman beralkohol yang di jual bebas di sana.
“Astaga sungguh aku tidak ingin berurusan dengan pria ini,” ucap Zayn dengan kesal sembari membawa gitar di tangannya.
“Ada apa tampan…. Kenapa kau marah seperti itu,” ucap Aska sembari merapikan rambutnya.
“Ini Gitarmu….” Ucapnya kesal dan langsung berjalan meninggalkan pria itu, Aska hanya menggeleng pelan sembari mengikat rambutnya. Ia tau betul jika Zayn akan selalu memarahinya seperti itu.
Dengan penampilannya yang begitu sempurnah pria itu mulai berjalan masuk dengan santai sembari membawa gitar di tangannya.
“Aska….” ucap seorang pria sembari mengakat tangannya.
Semua mata mulai tertuju pada pria tampan itu, jambang yang tipis membuat karismanya tidak bisa di lewatkan oleh wanita manapun.
Tidak menunggu lama, ia mulai duduk dan memainkan gitarnya, semua mata wanita mulai tertuju dan ikut bernyanyi dengan suara emasnya yang terdengar di setiap sudut ruangan lepas itu.
Merdu dan halus, Azka menyanyikan semua lagu dengan sempurna, hingga tak pernah henti tepuk tangan dan juga pujian yang di lontarkan para pengunjung untuknya.
Ini sudha menujukkan pukul 9:30 menit, Aska baru saja selesai menyanyikan lagu terkahirnya, tidak sedikit ia membaca secarik kertas kecil yang bertuliskan nomor telfon dan kalimat berkenalan di sana, pria itu hanya menarik nafas dalam dan mulai duduk di sebuah kursi, di aman kopi dan juga beberapa cemilan sudah terhidang di sana.
“Sempurna…. Kita mendapatkan 5 juta malam ini,” ucap Rendi meletakkan sebuah kotak ke hadapan Azka.
“Sudah aku katakan, dia tidak hanya menyumbangkan suaranya tapi juga ketampanannya, lihat,” Leo melempar beberapa tumpukan kertas kecil yang bertuliskan nomor hp.
Aska hanya sedikit melirik dan tersenyum miring, ia menghitung satu persatu lembaran lembaran yang ia dapatkan malam.
“berikan ini untuk karyawan-karyawan caffe itu, mereka juga mungkin butuh ceperan dan mereka sudah cukup baik kepada kita bukann?? Memberikan kita fee berupa minuman dan coffe karna berkat ada live musik juga caffe ini menjadi incaran para pengunjung, terlebih lagi ada aku bukann??,” ucap Aska yang membuat temannya terdiam, dan mengoceh satu sama lain.
“Aska 1 juta sudah terlalu banyak,” ucap Rendi yang membuat Aska menyedu minuman di hadapannya.
“Jika tanpa izin mereka kita tidak akan dapat sebanyak ini,” ucapnya yang membuat sang teman terdiam.
“Dan ini untukmu, ini untukmu, dan ini untukmu,” ucapnya membagi hasil sebanyak satu juta perorang, Aska menyisahkan 1 juta di atas meja hingga membuat teman temannya langsung paham.
Aska memang selalu begitu, ia tidak pernah mengambil uang yang ia dapat saat manggung untuk urusan pribadinya.
‘Baiklah, aku harus pergi, ini sudah pukul 10, jangan sampai anak anak itu kelaparan nanti,” ucapnya yang di angguki sang teman.
“Zayn…. Aku titipi gitarku,” ucapnya sembari mengenakan jaket yang tersandar di bahu kursi.
“Ck…. Selalu saja menyusahkanku,” decak kesal pria itu.
“Permisi Bang….” Ucap seorang gadis yang membuat Aska sedikit meliriknya.
“Astaga Dwi…. Kau juga di sini, apa hidungmu sudah cukup peka dengan aroma tubuh Aska?” tanya Zayn yang membuat dua temannya menahan tawa.
“Selain tampan, suara abang juga Merdu….” Ucapnya yang membuat Aska tersenyum tipis.
“Ini bang, minuman untuk abang,” ucapnya menyodorkan minuman yang ada di tanaganya.
“Untukku?” tanya Aska dengan bingung.
“Hm…. Spesial untuk abang,” jawabnya yang membuat Aska mengerutkan dahinya.
“Baiklah… terimakasih,” ucapnya dan mengambil segelas minuman itu.
“Zayn…. Hadiah untuk kesabaranmu,” ucap Aska menyodorkan minuman itu pada snag teman.
Dwi terdiam atas perlakuan Aska, ada sedikit wajah panik yang membuat Aska tersenyum tipis, saat Zayn akan meminumnya dengan cepat Dwi melarang hingga membuat semua orang saling menoleh dan terlihat bingung.
“Ada apa?” tanya Zayn dnegan bingung.
“Ini minuman khusus untukmu Bang Aska kenapa di berikan padanya,” ucap kesal Dw yang membuat Aska tersenyum tipis.
“Lain kali cobalah trik yang sedikit halus, caramu terbaca di fikiranku,” ucap Aska dengan pelan dan mulai berjalan meninggalkan mereka.
“Oke lanjutan saja, aku harus pergi,” ucapnya dan berlalu pergi. Aska hanya tersenyum tipis melihat tingkah Dwi yang akan menjebaknya lagi….
“Sudahlah Dwi…. Jangan terlalu berambisi untuk mengejarnya, kami juga masih jomblo….. kalau mau….”
“Tidak…. Aku tidak mau, aku Cuma mau bang Aska saja,” decaknya kesal dan berlalu pergi.
“Apa yang menarik dari kulkas dua pintu itu, sampai sampai dia di kejar banyak wanita,” ucap Rendi yang benar benar hilang akal terhadap sang teman.
“Kau ingin tau apa yang mahal darinya?” tanya Zayn dengan serius.
“Katakan….”
“Cara dia memperlakukan wanita tidak sama dengan caramu memperlakukan wanita jadi…. Ya sudah…. Cukup bisa di nilai jika…. Karisma pria dingin itu berbeda dengan sifat dan karakter kalian, cara penolakannya, elegan dan halus, dia tidak memikirkan perasaan orang lain, itu lebih menantang menurut para betina…” jelas Zayn yang membuat dua temannya menatapnya dengan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments