Cerita Rizki

“Astaga…. Apa yang harus aku katakan nanti jika mereka meminta berkas berkas ini, “ geramnya dan mulai berjalan keluar meninggalkan ruangan itu dengan semua emosi yang menyerang di kepalanya.

“Hey kau… jangan buat ruangan berantakan bersihkan semua itu,” ucap seorang pria yang ikut berjalan keluar dengan tatapan yang penuh dengan intimidasi.

Pria bernama Rizki itu mulai berjongkok dan mengumpulkan semua berkas yang berserakan di hadapannya, ia menyeka cepat air mata yang turun dari pipinya begitu saja.

“Laki laki tidak di perbolehkan menangis, hapus air matamu, setelah itu temui aku di smoking area (ruang merokok)” ucap Aska sembari menepuk pelan pundak pria itu dan berjalan keluar.

Dia tersenyum tipis mengingat semua bentakan bentakan yang di berikan teman temannya pada Rizki, karena jika di fikir fikir semua itu memang harus di lakukan untuk melatih mental Karyawan, siapa yang ingin pekerjaannya berantakan dan memiliki Karyawan yang buruk.

“Aska…” pria itu hanya menoleh ke belakang saat seorang pria memanggilnya dari arah kejauhan.

“Dari mana saja kau?” sahut sang teman yang mulai berjalan di samping pria itu.

“Ruangan, ada apa?” jawabnya dengan singkat.

“Tidak…. Aku hanya ingin tau di mana malam ini kau akan manggung?” tanyanya dengan santai dan ikut berjalan di samping pria itu.

“Aku tidak mengingatnya, kau tanyakan saja pada Zayn, dia yang mengurus semuanya.”

“Hm….. ah ya…. kau tidak tertarik dengan…”

“Anak baru itu lagi?” ucapnya dengan sedikit malas.

“Kau sudah tau berita itu?” tanyanya yang membuat Aska menoleh ke arah sang teman.

“Maksudmu?”

“Ya…. Dwi…. Dia benar benar tergila gila denganmu, dia mencari semua hal tentangmu…. Tadi dia baru saja menemuiku,” ucap pria itu yang membuat Aska terus saja berjalan tanpa menghiraukan ucapan sang teman.

“Kau yakin tidak tertarik dengannya? Tidak ada pria yang berani menolaknya Aska, bahkan sebelum dia pindah ke sini pun di tempat kerja lamanya dia begitu populer.”

“Lalu?” jawabnya dengan singkat.

“Tidak maksudku…..”

“Pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Aska mengalihkan arah pembicaraan mereka.

“Masih ada sedikit lagi…”

“Kerjakan sekarang atau nanti kau akan di marahi lagi,” ucapnya dan mulai masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup terbuka.

“Ck.... tenang saja, aku hanya merokok untuk beberapa menit, dia tidak akan tau,” ucap pria itu yang membuat Aska menggeleng pelan karena melihat tingkah sang teman.

“Permisi pak,” ucap seorang pria yang membuat obrolan mereka terhenti.

“Ooo kau sudah di sini rupanya, duduklah,” ucap Aska saat melihat Rizki berdiri tak jauh darinya.

“Siapa dia?” tanya sang teman yang membuat Aska menarik nafas pelan.

“Rizki…. Biasa… kesalahan yang sama sampai semua orang berteriak di ruangan,” ucap Aska yang membuat pria itu mengangguk paham.

“Baiklah kalau begitu aku harus melanjutkan pekerjaanku, atau nanti aku menjadi korban selanjutnya setelah pria ini,” ucapnya yang membuat Aska terkekeh pelan. Setelah sang teman keluar dari ruangan itu Aska masih melihat Rizki berdiri tertunduk takut di hadapannya.

“Apa yang kau tunggu? Duduklah,” ucap Aska yang membuat pria itu terdiam.

“Ada apa?”

“Maaf pak, aku hanya….”

“Karyawan biasa begitu?” potong Aska dengan sedikit tawa.

“Aku juga pernah berada di posisimu, seorang atasan juga pernah menjadi karyawan biasa… sekarang duduk, tidak ada yang membedakan kita di ruangan ini,” ucapnya yang mencoba untuk memberi pengertian kepada pria bernama Rizki itu agar tidak terlalu kaku.

“Tapi Pak….”

“Baiklah….. kau tidak ingin duduk di sini itu artinya aku harus bicara sedikit keras padamu,” ucap Aska yang membuat pria itu mulai duduk dengan berlahan, sedikit canggung dia tanpak kaku dan hanya diam saja.

“Kau merokok?” tanya Aska untuk mencairkan suasana kaku itu sembari mengarahkan kotak rokok yang berada di sampingnya ke arah pria itu.

“Ya Pak…” jawabnya dengan sopan.

“Ini sudah pukul 5 sore, jam kerjamu sudah selesai bukan?” tanya Aska yang di angguki sopan oleh pria itu.

“Hm….. begitu rupanya, semua sudah kau selesaikan?”

“Sudah pak, aku sudah memperbaiki semuanya….” Jawabnya dengan sopan, Aska hanya mengangguk paham sembari menghisap sebatang rokok di tangannya.

“Bagus…. Semua kesalahan akan sedikit ringan jika kau perbaiki bukan?” ucap Aska yang di angguki pelan oleh pria itu.

“Pak…. Sebelumnya aku mintak maaf pak, semua menjadi hancur karena kelalaianku,” ucapnya dengan kepala yang menunduk takut.

“Hm… bagus jika kau menyadari kesalahannya, cukup jarang seseorang yang membuat kesalahan dan mengakui kesalahannya,” ucap pria itu dengan santai.

“Tenanglah aku hanya ingin bicara santai…” ucap Aska yang membuat pria itu tersenyum kiku dan masih menunduk sopan.

“Aish…. Ini sudah di luar jam kantor…. Santai lah,” lagi dan lagi ucapan Aska tidak membuat pria itu merubah kekakuan yang ada di antara mereka.

“Adikku juga seumuran denganmu, tapi dia masih kuliah,” ucap Azka yang di balasan senyuman oleh pria itu. Aska melirik tangan pria itu yang ia gulum pertanda gugup hingga membuatnya terkekeh pelan.

“Berapa usiamu?”

“20 pak…”

“Hm….. kau karyawan baru dengan nilai terbaik bulan lalu bukan?” tanya Aska yang membuatnya menunduk sopan.

“Iya pak.”

“Lalu apa yang terjadi sekarang? Kau akan melepaskan gelar terbaikmu begitu saja?” pertanyaan Aska hanya membuat pria itu menarik nafas dalam.

“Maaf pak Aku hanya….”

“Kau patah hati?” tanya pria itu yang membuat Rizki terdiam.

“Lagi dan lagi masalah cinta… ada apa?” Aska terkekeh pelan saat dugaannya benar jika semua yang membuat pekerjaan pria itu hancur hanyalah persoalan cinta.

“Maaf pak….”

“Aish rubah panggilanmu ini sudah di luar jam kantor, kau bisa memanggilku dengan sebutan Abang, sama seperti yang lain, mereka akan memanggilku Abang jika sudah berada di luar jam kantor,” jelas Aska yang membuat pria itu terlihat sedikit lega.

“Ada apa?”

“Aku……”

“Dia meninggalkanmu?” tanya pria itu yang membuat Rizki terdiam pilu.

“Lalu? Apa dia selingkuh?” ucap Aska sembari melirik gempalan tangannya yang terlihat menahan emosi.

“Jika kau menganggapku seperti abangmu, kau akan bercerita padaku, tapi jika tidak…. Itu artinya hubungan kita hanya sebatas rekan kerja saja kau mengerti maksudku??” tanya Aska dengan santai sembari menghisap rokoknya dengan tenang.

“Bukan begitu pak… eee bang…”

“Nah….. baru sedikit santai, ada apa?” tanya Aska dengan serius.

“Dia meninggalkanmu atau kau yang meninggalkannya?” tanya Aska yang berhasil membuat pria itu tertegun.

“Masa masa sepertimu memang akan merasakan putus cinta seperti itu, galau itu wajar dan semua akan berjalan seperti biasa setelah fase sedihmu berakhir lagi pula….”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!