Pesta

“Aska…..” teriakan sang teman sama sekali tidak di hiraukan oleh pria itu.

Ia mulai melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, sungguh perilaku sang teman membuatnya mengingat satu hal yang pernah terjadi dalam hidupnya. Tatapannya menerawang jauh di setiap ruas jalanan.

Flashback……

“Hey dekil kemari,” ujar seorang remaja yang berkacak pinggang di depan kelas.

“Hey…. Dekil kau tidak bisa mendengarku? Apa sekarang kau tuli?” ucap pria itu dengan sangat keras hingga menarik perhatian beberapa murid yang berlalu lalang di sana.

“Minggirlah,” ucap bocah yang mencoba mengatur emosinya.

“Heeeeiiiii apa kau marah?” tanya pria itu sembari mengolok-ngolokan sang teman.

“Berapa uang jajanmu hari ini?” tanyanya tanpa basa basi, mengerti dengan situasi saat ini, bocah malang itu hanya diam dan berjalan mundur.

“Aish….. ini sudah rutinitas kita setiap pagi bukan? aku belum sarapan, berikan uangmu cepat….” Ucapnya dengan wajah penguasa yang membuat bocah kecil itu mengatur nafasnya. Salah satu dari mereka memberi kode untuk memeriksa saku bajunya degan paksa.

Tidak ada perlawanan remaja berumur 13 tahun itu hanya diam dan tertunduk takut, ia berusaha untuk menahan air mata yang akan jatuh, sungguh ini sangat memalukan jika ia menangis.

“Kenapa? Kau ingin menangis? Menangislah, Aska…. Aska…. Harusnya jangan ada perlawanan untuk uang sarapan pagiku….” ejek mereka dan mulai berjalan pergi dengan uang yang baru mreka ambil.

Ini hal yang biasa terjadi karena hampir setiap hari rutinitas ini akan terjadi.

“Aska…. Pegang ini….” Ucap seorang bocah kecil berumur 13 tahun yang menghentikan langkahnya.

“Apa ini?” tanya polos anak itu sembari mengamati benda yang ada di tangannya.

“Kau ingin tau ini apa?” tanyanya dengan santai, Aska kecil hanya diam dengan sedikit heran dan mengangguk pelan.

“Ini tepung….” Ucapnya sembari melempar mangkok berisi penuh tepung ke wajah anak itu.

Putih dan berantakan, semua terlihat begitu kacau.

“Nah seperti ini seharunya penampilanmu Aska….” Ejek anak anak lain yang ikut menertawakan kondisi bocah itu.

“Kenapa tidak di rumah saja? Bantu ayah dan ibumu berjualan,” ejeknya di sambut riuh gelak tawa.

Aska kecil hanya tertunduk bisu sembari membersihkan beberapa sisa tepung yang menempel dci wajah dan juga di rambutnya.

#Flashbackon

Sepeda motor berukuran besar itu mulai terparkir di salah satu rumah kost kosan yang berukuran sederhana.

Ia menatap sepeda motor kesayangannya sembari tersenyum tipis. “Terimakasih untuk waktunya boy,” bisik Aska sembari mengelus kepala sepeda motor itu. Tarikan nafasnya seolah olah menggambarkan perjuangannya untuk bisa mendapatkan sepeda motor tersebut yang juga berawal dari sebuah ejekan dan hinaan.

Dengan tarikan nafas dalam ia mulai mengelurakn kunci dan masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup rapi untuk seorang pria.

“Huft…. Kapan aku akan mempunyai istri, setidaknya ada yang mengurusku setiap aku kembali,” keluhnya dan mulai berbaring.

Tring…. Tring…. Tring…. Suara deringan ponsel membuat pria itu kembali membuka matanya dan berdecak sedikit kesal.

“Aska kemana saja kau? ada pesta malam ini, kau tidak ke sini?” suara pria itu terdengar jelas di ujung telfon.

“Aku rasa tidak untuk malam ini,” ucapnya dengan santai.

“Ayo lah…. Kami sudah menunggumu,” bujuk pria itu yang membuat Aska menarik nafas dalam.

“Kau tau ini hari ulang tahun Rani…. Kau tidak ingin bersenang senang?”

“Hm…. Aku akan ke sana 10 menit lagi,” ucapnya dengan santai dan mematikan sambungan telfon.

Pria itu mulai menarik nafas dalam, ia kembali duduk dan bersiap untuk pergi ke lokasi pesta yang di kirimkan oleh sang teman.

Aska mengendarai kendaraan kesayangannya dengan santai, ia menikmati angin malam yang begitu sejuk, entah sejak kapan ia mulai menyukai situasi tenang ini, tapi kesunyian malamlah yang sangat ia rindukan.

Suara dentuman musik menggema sampai keluar, beberapa kendraan priabadi yang cukup terbilang mewah terparkir rapi di sana.

Setelah membuka helmnya, pria itu berjalan masuk dengan santai, ia melihat salah satu pria yang melambaikan tangan dengan senyuman sumbringah ke hadapannya.

“Akhirnya kau datang juga,” ucapnyta yang membuat Aksya tersenyum tipis.

“Aska…. Akhirnya kau datang juga,” ucap seorang wanita cantik bertubuh seksi yang berjalan melenggok ke arah pria itu.

“Ah ya selamat ulang tahun untukmu Rani, maaf aku lupa hari ulang tahunmu, jika aku tidak terlalu sibuk hadianya akan menyusul,” ucapnya yang membuat gadis itu tersenyum lembut.

“Tidak perlu hadiah Aska, kau hadir saja itu sudah lebih dari cukup untukku,” bisiknya yang membuat Aska sedikit mengelak.

Gadis itu langsung duduk di samping Aska dan bersender manja

“Aku menunggu kedatanganmu,” ucapnya dengan pelan, Aska hanya diam dan tidak menghiraukan belaian wanita itu, dengan santai ia mulai membakar rokok yang ada di depannya, dan menyedu segelas minuman yang di sajikan di sana.

“Kau sudah mengatur keberangkatanmu?” tanya seorang pria yang berada di sampingnya.

“Aku belum memikirkan itu,” jawabnya dengan santai.

Kehebohan pesta semakin menjadi, minuman dan juga beberapa wanita seksi mulai menujukkan kemampuannya, ya…. tebak saja apa yang terjadi sekarang, beberapa pria mulai jalan dengan sempoyongan masuk ke dalam bilik bilik yang mungkin saja sudah di siapkan sejak tadi.

Namun Aska pria itu masih saja menikmati musik dan minuman yang ada di hadapannya.

“Aska….”

“Hm?”

“Kau tidak tertarik dengannya?” tanya pria itu yang membuat Aska menoleh ke arah Rani.

“Kau menginginkannya?” tanya santai pria itu yang membuat sang teman terkekeh pelan.

“Ck…. Jangan munafik Aska siapa yang tidak menyukai gadis seksi dan cantik itu?” ucapnya yang membuat Aska tersenyum miring.

“Ambillah,” ucapnya yang membuat pria itu menatap sang teman.

“Kau yakin?”

“Sejak kapan kau harus mendapatkan izin dariku untuk mencicipi wanita?” tanya Aska yang masih menikmati hisapan rokoknya.

“Ya… semua orang tau jika dia menyukaimu,” timpal sang teman yang membuat Aska melirik Rani, dari kejauhan gadis itu tersenyum menatap Aska yang juga meliriknya.

“Dia bukan seleraku,” jawabnya dengan santai.

“Hm… lalu seperti apa yang kau inginkan?”

“Aku tidak memikirkan itu, sudahlah bersenang-senanglah jika kau mau,” ucapnya dan berjalan pergi meninggalkan sang teman.

Tidak terlalu baik sebagai seorang pria, Aska pria yang tidak ingin di ikat oleh sebuah ikatan itu lebih memilih untuk bersenang senang bersama banyak wanita dari pada harus terpikat pada satu gadis saja.

Suara musik semakin masuk lebih dalam hingga membuat pria itu terhanyut dengan alunan yang di bawakan.

Ini sudah sangat larut jika kita beralih melihat jam, pukul 3 dini hari, pria itu memulai berjalan ke arah toilet ruangan karena rasa pusing mulai menyerang kepalanya, dengan sedikit sempoyongan ia masuk ke dalam toilet dan mencuci wajahnya.

Entah apa yang kini ada di fikiran pria itu, semua bayangan trauma di masa kecilnya menyelinap tanpa izin hingga mmembuat pria itu tidak bisa berfikir jernih, dendam amarah, penyesalan semua bercampur begitu rumit.

Ia menarik nafas dalam dan mulai merapikan rambut yang sedikit basah, dengan langkah sedikit sempoyongan pria itu kembali berjalan keluar.

Ia kaget saat seorang gadis berjalan melenggok ke arahnya. Mata yang di pegaruhi minuman di tambah cahaya remang tak menampakkan jelas siapa gadis yang mendekatinya saat ini.

“Sial…. biasanya aku tidak sampai begni,” decaknya dengan kesal dan kembali memegangi kepala yang terasa begitu sakit. Hingga pria itu hampir saja jatuh dengan langkahnya sendiri.

“Kau baik baik saja?” ucap lembut seorang wanita yang langsung membantunya untuk berdiri.

“Aku baik baik saja,” ucapnya dan langsung menjauh, Aska tau siapa wanita yang kini ada bersamamnya.

“Ada apa? kenapa kau selalu menjauhiku Aska?” bisik wanita itu sembari memeluknya dengan lembut.

“Shit…. Menjauh dariku, apa yang kau berikan pada minuman itu!” decaknya dengan kesal.

“Jika aku tidak bisa mendapatkanmu dengan mudah jangan memanggilku dengan sebutan Rani,” ucapnya yang mulai mengecup leher pria itu.

“Bajingan!!! Menjauh dariku,” ia mencoba untuk mendorong tubuh gadis itu dengan sisa sisa tenaga yang ia punya.

“Ayolah Aska, aku menginginkan tubuh wangimu… kenapa kau begitu sulit untuk menerimaku….” Ucapnya yang kembali membelai tubuh pria itu dengan begitu lembut.

Aska, pria itu maish mencoba untuk menjauh, ia benar benar tidak menginginkan gadis itu saat ini.

Beberapa kali Rani mencoba untuk mengecup bagian pipinya, namun pria itu dengan cepat mengelak dan membiarkan gadis itu mengecup bagian leher hingga membuat Aska tanpak mulai terhanyut.

“Sial….” Ada rasa yang tidak bisa di jelaskan di sana.

Namun ketika Gadis itu mulai hendak merabah wajah Aska dengan tangannya ia mulai mengelak dnegan kasar dan menatap tajam ke arah Rani.

“Jangan pernah lancang memegang wajahku!!!!” ucapnya dengan tegas dan berjalan pergi dengan kepala yang masih sangat sempoyongan.

Dengan sedikit kesadaran ia mulai berjalan kembali ke arah parkiran motor, sunggu kepalanya benar benar terasa begitu sakit saat ini.

“Aska….” Seru seorang pria yang berjalan mendekatinya.

“Hm?” gumamnya dengan santai sembari mengenakan helm dengan mata yang cukup sayu.

“Kau akan pulang?”

“Keapalaku mulai terasa berat, bajingan itu menyampurkan sesuatu di minumanku,” decaknya dengan kesal.

“Aish… itu hanya sedikit pemanis, sudah berapa lama kau tidur tidak di temani wanita seksi?” tanya nya yang membuat Aksa menatap tajam ke arah sang teman.

“Sampai jumpa besok, aku akan membuat perhitungan padanya,” gumam Aska yang membuat sang teman menggeleng pelan.

“Aku tidak tau wanitaa seperti apa yang menjadi impianmu Aska,” gumamnya menatap kepergian sang teman.

Meskipun pelan, Aska mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya untuk mengendari sepeda motor, hingga akhirnya ia kembali berada di kost yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sana.

Tanpa berfikir panjang pria itu mulai terlelap dalam kelelahannya sendiri, fikirannya berkecamuk mimpi buruk di masa kecilnya selalu menyerang.

Hening dan sunyi malam yang cukup tenang itu menganatrkan Aska ke dalam tidurnya, hingga tanpa sadar kini sudah menujukkan pukul 10 pagi.

Triiing…. Triiing…. Triiiing….

Suara panggilan masuk beberapa kali berhasil membangunkan pria itu.

“Aska……” teriakan di ujung telfon itu membuatrnya menjawab dengan malas.

“Hmmm?”

“Di mana kau!!!”

“Ada apa?”

“Ini sudah pukul berapa? ?” tanya pria itu yang membuat Aska menarik nafas dalam.

“Tidak bisa kau membiarkan aku tenang sebentar saja?” tanyanya yang mulai membuka mata dengan sempurnah.

“Ya…. mati saja jika kau ingin tenang, cepatlah semua orang hanya tinggal menunggumu,” decak kesal itu membuat Aska terkekeh pelan.

“Kau yakin tidak akan merasa kehilangan jika aku mati nanti?” ejek Aska yang mendengar dengan jelas tarikan nafas kasar sang teman.

“Terserah apa yang kau katakan, aku tidak akan melindungi namamu lagi setelah ini.”

“Ya… ya… baiklah, aku akan ke sana,” ucapnya dan mulai mematikan sambungan telfon itu.

Aska mencoba untuk mengumpulkan nyawanya dengan pelan dan beranjak untuk bersiap-siap, dia tersenyum tipis saat mengingat jika hari ini memang ada sedikit rapat yang harus dia hadiri.

Angkasa Alvaro Dharma, atau biasa di panggil aska, sedikit melenceng dari nama aslinya, tapi siapa yang bisa menolak Aska, pria tampan berumur 20 tahun itu dapat memukau siapa saja yang melihatnya.

Bola mata coklat, hidung mancung, berwatakan tinggi dan sedikit jambang di wajah menjadi daya tarik banyak wanita yang tergila gilanya dengannya.

Ya….. Aksa si perebut banyak hati wanita, itu sudah menjadi julukan yang lazim untuknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!