VVIP 1

Lee menatap Renata dengan terkejut. Gerakan Renata begitu tiba-tiba, bukan untuk mengobati lukanya, melainkan melakukan sesuatu yang lain.

Renata, yang merasa malu karena tidak mendapat respons atas tindakannya, berlari meninggalkan tempat itu dan menuju kamarnya.

"Dr. Renata!!" seru Lee, namun Renata terus berlari.

Di depan pintu kamarnya, ia berdiri terengah-engah, tangannya masih menempel di bibirnya.

"Astaga, Renata! Kau sudah gila? Apa yang baru saja kau lakukan?" gumamnya pada diri sendiri.

Saat hendak membuka pintu, ia mendapati sesuatu yang aneh. Pintu itu terasa berat, seakan terkunci dari dalam.

"Apa ada orang di dalam? Anna, buka pintunya!" ucap Renata, sambil mengetuk berkali-kali.

Di dalam kamar, Anna dan Choi yang tengah bersembunyi di balik selimut langsung panik. Choi tampak khawatir, karena jelas ini bukan tempat yang seharusnya ia berada.

"Renata, aku baru selesai mandi! Sebentar!" sahut Anna dengan suara lantang.

Renata menunggu.

Dengan tergesa-gesa, Anna mengenakan jasnya dan kaus seadanya, lalu menyelimutkan Choi. Ia mendekat dan berbisik, "Sayang, tunggu di sini. Aku yakin Renata hanya sebentar."

Choi tersenyum malu ketika Anna memanggilnya dengan sebutan itu.

Anna segera berlari ke pintu dan membukanya. Ia mendapati Renata yang berdiri termangu di ambang pintu.

"Ada apa denganmu?" tanyanya sambil melirik keadaan sekitar.

Renata menatap Anna, wajahnya masih memerah, tangannya masih enggan melepas bibirnya.

"Ayo masuk. Aku perlu bicara denganmu," ucapnya, lalu menarik tangan Anna.

Anna menuruti ajakan Renata dan duduk di tepi tempat tidur, sementara Renata masih tampak ragu untuk berbicara.

"Kenapa? Tolong, katakan sesuatu," desak Anna, mulai merasa cemas.

Renata menatap Anna dengan saksama. Ia melihat wajah sahabatnya yang berkeringat, rambutnya yang berantakan, serta tempat tidurnya yang tampak telah digunakan.

"Apa tadi kau bersama seseorang di sini?" tanyanya tajam.

Anna menelan ludah. Namun, ia berusaha terlihat setenang mungkin. Renata memang mudah curiga.

"Tidak. Aku baru selesai mandi dan berbaring sebentar." jawabnya tanpa ragu.

Renata mengamati tempat tidur Anna lebih detail. Ada sesuatu yang terasa janggal, tapi ia tidak tahu apa.

"Sekarang, katakan, kenapa wajahmu merah?" Anna sengaja mengalihkan perhatian Renata dengan sedikit membentaknya.

Renata menarik napas dalam, lalu menatap Anna dengan serius.

"Janji kau tidak akan memberitahu siapa pun... sampai aku mati?" tanyanya, suaranya bergetar.

Anna, yang mengira ini adalah hal serius mungkin saja Renata salah memberikan obat kepada pasiennya langsung duduk di sebelah Renata dan menatap nya dengan yakin,

"Aku janji. Sekarang, katakan." mencoba membuat Renata bicara, karena hanya dengan cara ini ia bisa lupa dengan tindakan yang akan ia lakukan

Renata menggigit bibirnya, lalu berkata pelan, "Aku... mencium Kapten Lee." ucap Renata dengan tenang, walau di dalam hati nya ia merasa sangat cemas,

Anna terdiam. Matanya membesar, mulutnya sedikit terbuka.

"Kapten Lee? Kau mencium... dia?" ucapnya terbata-bata, karena ia merasa sangat terkejut dengan tindakan teman nya satu ini,

Renata bangkit, gelisah. "Iya! Tolong aku, Anna. Aku tidak tahu harus bagaimana!, seharus nya aku tidak melakukan ini aku yakin itu bukan diri ku "

Ia berjalan mondar-mandir, sebelum akhirnya duduk di meja belajar mereka, dia memegang kepala nya dengan kedua tanggan nya, ia terlihat sangat tertekan,

Anna mengusap wajahnya "Malam ini benar-benar penuh kejutan " ucap nya, dan Tanpa banyak pikir, ia beranjak keluar.

"Anna! Kenapa kau pergi?!" teriak Renata.

Anna keluar karena ia ingin mencari Lee, Beruntung nya , ia menemukannya dengan cepat, karena Lee kebetulan mengikuti Renata, jadi ia juga berada tak jauh dari kamar mereka

"Kapten, tolong aku! Choi masih ada di kamar, dan Renata juga ada di sana!" ucapnya panik.

Lee menatap Anna, lalu mengamati pakaiannya yang berantakan, rambut nya dan juga sikap nya yang aneh, "Bukankah kalian hanya bicara? Kenapa penampilanmu seperti itu?" tanyanya penuh curiga.

"Nanti aku jelaskan. Sekarang, bantu aku dulu!" tanpa menunggu jawaban, Anna menarik tangan Lee menuju kamar nya dan Renata,

Di depan pintu, Anna berkata lantang, "Renata, Kapten Lee datang. Dia bilang ingin kau obati lukanya." teriak nya

Renata yang mendengar itu langsung panik. "Apa yang harus kulakukan? Aku harus bersikap biasa..."

"Renata!" panggil Anna sekali lagi.

"Iya! Aku datang!" sahut Renata, buru-buru merapikan dirinya.

Ia keluar dari kamar dan mendapati Lee berdiri di depannya. Dengan suara yang berusaha terdengar profesional, ia berkata, "Baiklah, Kapten. Saya akan mengobati luka Anda."

Tanpa menunggu jawaban, ia berjalan menuju tenda medis.

Lee mengikuti di belakangnya.

Sementara itu, Anna segera masuk ke kamar dan menyuruh Choi keluar secepatnya. Namun sebelum pergi, Choi sempat memberikan kecupan manis di pipi Anna.

Mereka memang benar-benar saling mencintai.

---

Di tenda medis, Renata membawa Lee ke ruangannya. Banyak pasien dan perawat di luar, sehingga tidak nyaman jika Lee membuka bajunya di tempat terbuka.

"Kapten, silakan duduk di sini. Saya akan menyiapkan peralatannya."

Renata berusaha menyembunyikan perasaannya, meski jantungnya berdetak tak beraturan.

Lee duduk, matanya terus mengikuti gerakan Renata yang sibuk menyiapkan alat medis.

Saat Renata mulai mengenakan sarung tangan untuk menjahit luka, Lee tiba-tiba berkata, "Kenapa kau lari?"

Renata menghela napas. "Aku tidak lari. Aku hanya ingin ke kamar mandi." Ia berusaha tetap fokus pada lukanya.

Lee terdiam sejenak, lalu berkata, "Aku dan tim akan kembali ke Korea minggu depan, jika tidak ada halangan. Kau ingin bertemu di sana?"

Renata menyelesaikan jahitan, memberikan obat pada lukanya, lalu membalutnya dengan hati-hati.

"Aku akan ke sana, meski kau tidak memintaku." ucapnya singkat.

Saat Lee hendak meraih tangan Renata, sebuah pesan masuk di ponselnya.

Matanya menyipit membaca isi pesan dari atasan. Seorang klien VVIP dari Dubai akan datang ke Korea. Namun, dalam perjalanan, luka operasi klien itu terbuka kembali. Mereka tidak bisa menunggu hingga tiba di Korea, sehingga harus dirawat di tenda medis.

Lee menatap Renata. "Bisakah kau melakukan operasi besok subuh?"

Renata menegakkan bahunya. "Tentu saja. Kapan pun dan di mana pun. Aku sudah terlatih untuk itu."

"Orang ini sangat penting bagi negaraku. Aku harap kau dan tim bisa menyiapkan ruang operasi selagi aku dan tim menjemputnya."

Renata segera mengetik pesan di grup tim medis.

"Siapkan ruang operasi dan seluruh tim dokter. Operasi dimulai dalam tiga puluh menit."

Ia menatap Lee dengan yakin. "Aku dan tim siap."

Lee mengangguk, lalu pergi menuju lokasi penjemputan. Perjalanan itu harus dikawal ketat oleh tentara. Segala kemungkinan bisa terjadi di tengah jalan...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!