Aku datang

Rafael menggendong Renata, berlari secepat mungkin. Seluruh tubuh Renata sudah panas, napasnya lemah, dan matanya tertutup tanpa daya. Sesekali, Rafael menatap wajahnya. Meskipun ia seorang pria, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Melihat Renata dalam kondisi seperti ini membuat hatinya sesak.

Setibanya di ruang karantina, Rafael dengan cepat meletakkan Renata di atas ranjang rumah sakit. "Ambilkan infus dan beberapa obat! Paracetamol terutama! Cepat!" serunya pada seorang perawat.

Sementara itu, perawat lainnya berusaha menahan tubuh Anna yang terus memberontak. Ia ingin berada di sisi Renata, ingin menggenggam tangannya, tetapi jika ia mendekat, kemungkinan besar ia juga akan tertular virus yang sama.

"Lepaskan aku! Aku ingin bertemu dengan Renata! Aku mohon!" tangis Anna, berusaha keras melepaskan diri.

Rafael memasang infus pada Renata, menyuntikkan obat, lalu memeriksa tekanan darah dan denyut jantungnya. Dahinya berkerut dalam kekhawatiran. "Ini tidak normal... denyut jantungnya terlalu lemah, dan suhu tubuhnya jauh di atas batas normal," ucapnya, menatap perawat di dekatnya.

Sebuah ide terlintas di benaknya—mendinginkan tubuh Renata dengan merendamnya dalam bathtub berisi es. Namun, mereka berada di daerah yang sulit mendapatkan air, apalagi es batu.

Rafael keluar dari ruang karantina, meminta tim untuk menyiapkan es. Beruntung, mereka memiliki kulkas penyimpanan bahan makanan, sehingga mereka bisa membuat es batu meskipun jumlahnya terbatas.

Sementara itu, Rafael mengirim pesan kepada Lee, memberitahukan kondisi Renata dan daftar pasien yang telah ia tangani. Namun, gangguan jaringan membuat pesan itu tertunda. Tanpa mengetahui situasi kritis ini, Lee justru tengah berdiskusi dengan timnya mengenai rencana esok hari.

Di ruang karantina, Rafael masih berjuang. Seorang anggota tim tiba-tiba berseru, "Perawat Anna pingsan!"

Rafael menoleh dan melihat Anna sedang didorong di atas kursi roda. Ia terjatuh dalam kepanikan dan kelelahan emosional.

"Bawa dia ke sini," perintah Rafael. "Aku akan memberinya suntikan vitamin dan infus penambah ion."

Kini, semua tanggung jawab ada di pundak Rafael. Ia bolak-balik dari ruang karantina ke tempat pembuatan es, lalu ke kamar Anna untuk memeriksa keadaannya. Ia tak bisa membiarkan siapa pun tumbang lagi.

Setelah berjam-jam, akhirnya 200 es batu selesai dibuat, tetapi mereka harus menunggu hingga es benar-benar mengeras.

"Renata, buka matamu... Jika kau menyerah, semua ini akan sia-sia," bisik Rafael dengan suara gemetar.

Seorang perawat datang membawa obat suntik. "Dokter, ini obatnya. Es batu akan siap dalam dua atau tiga jam lagi, meskipun tidak akan membeku sepenuhnya."

"Itu tidak masalah, yang penting airnya cukup dingin," jawab Rafael. "Aku akan membawa bathtub ke sini. Kau awasi Renata."

Dengan bantuan beberapa anggota tim, Rafael mengangkut bathtub dan mengisinya dengan air dingin serta es yang belum sepenuhnya membeku. Ia kembali ke sisi Renata dan mengukur suhu airnya.

"Dokter! Pasiennya mimisan!" seru seorang perawat.

Jantung Rafael berdegup kencang. Tanpa membuang waktu, ia segera memberikan suntikan tambahan, menambahkan dosis agar kondisinya tidak semakin memburuk. "Ini tidak bisa dibiarkan! Segera hubungi Kapten Lee sekarang juga!"

Sementara itu, di tempat lain, Lee akhirnya menerima pesan dari Rafael. Matanya membelalak saat membaca isi pesan itu. Renata dalam kondisi kritis.

Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju tenda letnan. "Tolong izinkan aku mengambil vaksin malam ini juga, Pak!" serunya.

Namun, tak ada jawaban. Tidak ada perintah untuk mengambil vaksin secepat ini.

Lee menggertakkan giginya. Ia tahu ini berisiko, tetapi ia tidak peduli. Ia mengambil kunci mobilnya dan bersiap pergi.

"Kapten, kau mau ke mana?" suara Choi terdengar.

"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Jika kau ingin ikut, naiklah," ucap Lee tegas.

Tanpa ragu, Choi masuk ke dalam mobil. Mereka melaju menuju lokasi vaksin, meskipun tempat itu dijaga ketat.

Di ruang karantina, Rafael masih berjuang. Ia menggendong Renata, lalu perlahan memasukkannya ke dalam bathtub berisi air dingin dan es. Tangannya gemetar saat ia menyuntikkan obat.

"Jika masih ada sisa es batu, bawakan ke sini!" serunya, matanya penuh keputusasaan.

Sementara itu, di tempat vaksin, beberapa peluru menghantam mobil Lee. Mereka menerobos masuk tanpa izin.

"Kenapa kau mengambilnya?! Kita belum mendapat perintah!" Choi berteriak, ketakutan.

Lee tetap fokus mengemudi, menghindari peluru yang berdesingan di sekitarnya. "Dr. Renata sedang kritis. Ia tertular virus karena terlalu banyak menangani pasien!"

Choi terdiam, wajahnya memucat. "Bagaimana dengan perawat Anna?" tanyanya cemas.

"Kita lihat nanti!" Lee menancap gas, berusaha keluar dari area berbahaya.

Di ruang karantina, Rafael mondar-mandir. Obat yang Renata racik sudah habis. Jika Lee tidak datang tepat waktu, Renata mungkin tidak akan bertahan.

"Dokter, cairan infusnya hampir habis! Bagaimana ini?" suara perawat terdengar panik.

Rafael diam. Tidak ada lagi jalan lain. Jika obat habis, semua akan berakhir.

"Ku mohon, Lee... ku mohon..." Rafael berdoa dalam hati.

Lima menit berlalu seperti selamanya. Lalu, terdengar deru mobil mendekat. Lee turun dengan tergesa, membawa sebuah kotak. "Ini! Segera lakukan!"

Rafael langsung mengambil vaksin itu. "Masuklah!"

Lee dan Choi bergegas masuk. Begitu melihat Renata di dalam bathtub, wajahnya pucat dan hampir tak bernyawa, Lee terdiam.

Rafael tetap tenang, meskipun napasnya terasa berat. Dengan penuh kehati-hatian, ia menyuntikkan vaksin ke tubuh Renata.

Beberapa detik terasa seperti selamanya.

Kemudian, tiba-tiba, tubuh Renata bergerak. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan membuka matanya.

Rafael menghela napas lega. "Ini berhasil..."

Lee menundukkan kepala, sementara Choi menutup wajahnya, hampir menangis.

Mereka berhasil menyelamatkan Renata. Namun, pertempuran belum berakhir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!