[NERAKA DALAM API]
Looter masih melanjutkan pembantaiannya, dia menemukan barak kedua yang lebih kecil, kemungkinan untuk perwira menengah. Ia memasang peledak kecil di ventilasi sebelum masuk.
Di dalam, tiga perwira sedang berbicara.
"Kau dengar suara tadi?" salah satu dari mereka menoleh ke pintu.
"Mungkin patroli. Siapa yang peduli? Aku hanya ingin tidur."
Percakapan itu terdengar biasa bagi mereka yang berada di zona aman, tanpa menyadari bahwa malam ini akan menjadi mimpi buruk bagi mereka.
Looter bergerak dengan presisi dan cepat, mengeluarkan senjata berperedamnya. Di detik tepat, ia mengarahkan pistol ke perwira pertama yang sedang tertawa lepas,...
Dan satu tembakan pelan terdengar...
Seorang perwira pun dengan kepala tertembus, hal yang luar biasa terjadi darah menyembur di atas meja dan tumpahan kopi yang basah.
Percakapan pun terhenti seketika. Perwira kedua menoleh kearah pintu, matanya melebar, namun belum sempat mengeluarkan kata apapun, Looter sudah melesat dari kegelapan.
Dengan gerakan sangat terlatih, ia menguncirkan senjata dan memfokuskan pandangannya ke perwira kedua.
"Kalian akan mengingat malam inj selamanya," gumam Looter dalam hati, lalu dengan presisi luar biasa, tembakan pelurunya masuk ke bagian tepat ditenggorokannya.
Tubuh perwira itu jatuh ke lantai, meninggalkan suara lembut yang hampir tak terdengar karena di temani oleh suara dentuman hati yang berdebar kencang.
Perwira yang tersisa, masih terdiam karena kaget, berusaha mengambil radio dari mejanya. Suara itu seolah menjadi penggilan terakhirnya untuk hidup.
Namun, sebelum ia bisa berbicara, Looter muncul dari bayangan dengan cepat dan mengakhiri nyawanya dengan satu tebasan brutal menggunakan pisau tempur yang kini berlumuran darah.
Tubuhnya terhuyung-huyung, kemudian jatuh tak bersuara, menyisakan pemandangan kehancuran yang mengerikan di tengah ruangan.
Looter berjalan menyusuri ruangan, memastikan tidak ada yang tersisa. Darah dan sisa-sisa kehidupan terhampar di lantai, sementara dinding-dinding ruangan yang semula sunyi kini terkesan penuh kekejaman.
Di saat yang sama, suara peledak kecil yang ia pasang di ventilasi mulai berdetak hitung mundur. Looter mendekati jendela untuk melihat ke luar.
Ia melihat asap tipis mulai keluar dari ventilasi, menciptakan ilusi bahwa apa yang terjadi adalah bagian dari sistem pendingin yang rusak.
Namun, baginya ini adalah tanda bahwa hancurnya barak kedua akan segera meledak, memberikan distraksi yang sempurna untuk langkahnya yang keselanjutnya.
Beberapa menit kemudian, peledak meledak dengan ledakan kecil yang mengguncang dinding barak, menebarkan percikan api ke sana kemari.
...----------------...
Menara Pengawas - Pembantaian dari Ketinggian
Setelah mengaman dua barak, Looter naik ke salah satu menara pengawas. Dari sini, ia bisa melihat beberapa prajurit yang berlarian kebingungan akibat ledakan tadi.
"Sempurna" Looter mengambil posisi, memasang bipod senapan runduknya, dan mulai mengincar.
DOR! Kepala seorang perwira pecah seketika.
DOR! Seorang prajurit yang tengah mengangkat senjata ambruk dengan lubang di dahinya.
"Sniper! Ceri perlindungan!" teriak salah satu prajurit dari bawah.
Namun, Looter sudah mengincarnya.
DOR! Tembakan tepat di jantung, membuatnya jatuh tersungkur.
Looter terus menembak dengan tenang. Setiap tarikan pelatuk berarti satu nyawa melayang.
Dari posisinya yang tinggi, Looter melihat gerombolan prajurit berlarian panik, sambil mencoba mencari perlindungan di balik kendaraan dan dinding beton.
Namun....
Di antara kerumunan itu, dua objek berat mencuri perhatiannya: sebuah tank lapis baja yang tampak bergerak perlahan dan kendaraan amfibi yang mendekat dengan kecepatan tinggi.
Percakapan panik terdengar dari radio komunikasi militer.
"Pos 1: Tank musuh telah terlihat! Siapkan pertahanan secepatnya!"
"Pos 2: Amfibi mendekat dari arah barat, segera respon!"
"Kami butuh bantuan tambahan... situasi semakin kacau!"
Di antara suara teriakan dan kepanikan, Looter mendengarkan dengan dingin. Dengan cepat, ia membuka tas taktikalnya yang di dalamnya tersimpan dua roket RPG...
Amunisi yang jarang ia gunakan, namun malam ini tak punya pilihan. Suara ringan dari klik pengaman mengiringi langkahnya ia dengan cepat merakit senjata itu satu per satu.
Setelah usai, ia menempelkan tubuhnya ke dinding, mencoba mencari sudut yang memberikan pandangan terbaik ke arah dua target beratnya.
Dengan mata tajamnya, ia memusatkan pandangan pada tank lapis baja yang perlahan mendekati area pusat, serta sebuah amfibi yang tampak seperti bayangan yang muncul di permukaan tanah dan air secara bersamaan.
"Watunya memberikan pelajaran," gumamnya dalam hati, Dengan hati-hati, ia memasukkan roket pertama ke dalam peluncur, menarik napas dalam-dalam, dan menekan pelatuk...
Stuff!
Roket melesat dengan kecepatan tinggi, meninggalkan jejak api di langit malam. Dalam hitungan detik, roket itu menghantam tank dengan pukulan dahsyat.
Ledakan besar mengguncang area, suara dentuman menggelegar memenuhi udara, dan benda lapis baja itu seketika berubah menjadi serpihan besi yang berserakan.
Buih api dan asap tebal membubung, menciptakan pemandangan yang mengerikan di antara malam yang gelap.
Tanpa kehilangan fokus, Looter menyiapkan roket kedua. Matanya tak berkedip, fokus pada kendaraan amfibi yang kini terlihat semakin dekat.
Dengan gerakan mekanis, ia menyesuaikan bidikan dan menekan pelatuk lagi. Roket kedua terbang membelah keheningan malam dan menembus tubuh kendaraan amfibi.
Ledakan hebat pecah, mengirimkan percikan api dan asap ke segala arah. Di bawah menara, para prajurit yang tersisa berteriak panik.
Beberapa dari mereka mencoba untuk mencari perlindungan di balik reruntuhan dan kendaraan yang hancur, sementara yang lainnya berusaha untuk melarikan diri. Namun di setiap langkah mereka telah ditandai oleh maut.
...----------------...
Gudang Amunisi - Akhir dari Segalanya
Looter bergerak ke gudang amunisi utama, tempat mereka menyimpan persenjataan berat. ia menemukan beberapa teknisi dan prajurit di dalam.
"Hei! Kau bukan dari sini!" salah satu teknisi melihatnya.
DOR! Looter menembaknya di kepala.
Prajurit lainnya mencoba meraih senjata, tetapi Looter sudah lebih cepat menendang tangannya hingga pistolnya terlempar, dengan cekatan memaksa masuk ujung peredam dari pistolnya kemulut prajurit itu.
DOR! Peluru itu melubangi bagian mulut hingga ke tengkuknya.
Looter memasuki gudang amunisi dengan gerakan lincah, menembus celah pintu samping yang sedikit terbuka. Di dakam, suasana kacau balau sudah menyelimuti.
Para prajurit di dalam ruangan tampak panik mereka baru saja mendengar beberapa ledakan sebelumnya. Kekacauan sudah merebak.
Looter langsung mengeluarkan senapan berperedamnya dan mengambil posisi di balik rak-rak besar yang menyimpan peti senjata dan amunisi. "Ini saatnya," gumamnya dalam hati.
Tak lama kemudian, seorang prajurit mencoba mengumpulkan keberanian dan berteriak, "Siapa di sana!?" Namun, suara teriaknya tertutup oleh dentuman peluru pertama.
Looter menembak cepat, menghantam sasaran dengan presisi. Kepala prajurit itu terpental, darah menyemprot ke udara, dan tubuhnya terjatuh ke lantai dengan tidak berdaya.
Di sisi lain ruangan, sekelompok prajurit berlarian mencari cover. Satu dari mereka berusaha meraih pistol dari meja, namun Looter sudah berada di depan mereka.
Dengan tembakan beruntun, setiap peluru yang ia keluarkan menyasar titik vital, membuat mereka terjatuh satu per satu.
Suasana semakin mencekam ketika suara tembakan bergema di seluruh gudang. Salah satu prajurit yang masih berdiri panik menjerit...
"Tembak! Ada sniper!"
Namun, sebelum ia sempat mengaktifkan senjatanya, Looter menembaknya dari sudut gelap, membuatnya terhuyung ke dinding dan jatuh tak berdaya.
Dalam kekacauan, seorang komandan kecil berusaha mengumpulkan sisa-sisa pasukannya, "Cepat, kita harus bertahan! Jangan biarkan musuh mengambil alih gudang ini!" teriaknya dengan suara gemetar.
Namun, upaya itu sia-sia.
Looter dengan cekatan bergerak ke area tengah gudang, memotong jalur pelarian dan menembak salah satu prajurit yang berusaha mendekat dari arah kiri.
Setiap gerakan Looter bagaikan tarian kematian. Ia menembak dengan akurat, tidak memberikan kesempatan bagi musuh untuk bereaksi.
Tembakan demi tembakan keluar dari senapannya, memantulkan cahaya redup dari lampu-lampu neon yang berkedip.
Salah satu prajurit yang tersisa, dengan suara gemetar berkata, "Kita harus mundur! Mereka terlalu cepat!" Namun, suara itu hanya menjadi isak tangis kecil di tengah reruntuhan dan suara tembakan yang semakin keras.
Looter, yang kini telah mengamankan seluruh area gudang, berdiri di tengah ruangan dengan tatapan dingin. Darah dan puing-puing amunisi berserakan di lantai. Ia memastikan tidak ada yang tersisa hidup dalam ruangan itu.
Dalam beberapa menit yang menentukan, seluruh ruangan di penuhi tubuh yang tak bernyawa. Suasana berubah menjadi sunyi mencekam, hanya tersisa gema tembakan terakhir dan desahan napas Looter. Dengan tenang, ia mengecek area sekitar, memastikan tidak ada saksi yang dapat memberikan informasi kepada musuh.
Looter meletakkan peledak di sekitar gudang, menyalakan timer, dan berjalan keluar dengan tenang.
Saat ia mencapai jarak aman, ledakan dahsyat mengguncang langit malam. Api menjilat tinggi, menghancurkan persediaan batalion itu sepenuhnya.
...----------------...
Akhir Pembantaian
Looter berdiri di kejauhan, memandangi medan perang yang kini sepi. Batalion ini telah diratakan.
Ia menarik napas dalam, matanya berkilat dingin di bawah cahaya bulan.
"Satu batalion, satu malam. Bisnis selesai."
To Be Continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments