Rani berjalan menuju ke toilet, Rani tidak menyangka kalau pakaian bawahnya sampai begitu basah.
Setelah Rani mengganti pakaiannya,
Rani kembali ke sofa.
Badannya terasa lemas,
dan matanya terasa berat
rasa ngantuk tiba-tiba melanda.
Akhirnya Rani pun tertidur, disofa di depan televisi.
Pagi pun telah tiba, perlahan Joko terbangun dari tidurnya, ia membuka matanya dan sempat agak kaget dengan apa yang pertama di lihatnya.
Joko melihat Eternit plafon yang cukup putih dan bersih.
Itu sangat berbeda sekali sama apa yang di liatnya setiap pagi, saat berada di desa.
Karena tempatnya di desa Joko, rumahnya masih belum di kasih eternit seperti yang ada di kosan.
Joko segera sadar, dan mencari keberadaan Mbak Rani.
Dan tampaknya Joko tidak menemukannya.
Joko beranjak dari kursinya, setelah itu masuk ke kamar, untuk mencari pakaiannya ia membuka lemari.
Setelah itu Joko keluar kamar dan menuju toilet.
Joko teringat kalau hari ini adalah hari pertamakalinya masuk kerja dengan Mas Parmin, dan bapaknya.
Joko segera menyelesaikan ritualnya di toilet.
Di saat bersamaan Parmin sedang ada di lampu merah dengan menaiki sepeda motor, menunggu lampu hijau menyala.
Ia teringat kalau hari ini Joko akan membonceng nya untuk kerja.
Joko membuka pintu belakang, terlihat pagar sudah terbuka.
Joko berjalan menuju ke rumah Mbak Rani.
Secara bersamaan Bude Atun membuka pagar teras nya, dan melihat Joko sedang ke arahnya.
"Kirain belum bangun, Ko,"
Bude Atun menyapa Joko.
"Udah Bude," Joko menjawabnya dan
mencium tangan Bude Atun.
"Bude mau kemana?
Kok kaya mau pergi?" tanya Joko.
"Mau buka warung," jawab Bude.
"Emang bukanya jam berapa bude..?" tanya Joko lagi.
"Yo lebih pagi lebih bagus, Ko," jawab Bude.
"Tp biasanya bude bukanya jam tujuan, ini agak telat," Bude memperjelas.
"Emang sekarang jam berapa Bude?"
"Ya ini paling jam setengah delapan, ini tadi jam tujuan lewat Bude masih di kamar," jawab Bude
"Oh gitu," Joko mengiyakan.
Joko mencari keberadaan Mbak Rani.
Melihat ke arah rumah dan mengamati sekelilingnya tidak terlihat mbak Rani ataupun elsa.
Suara motor mas Parmin terdengar dari arah belakang Joko.
"Lha itu Parmin dah datang," Bude menepuk pundak Joko dan menunjuk ke arah parmin.
"Ya udah Ko, Bude mau buka warung," Bude berpamitan.
"Ya Bude, Joko juga mau kerja ini."
Joko mencium tangan Bude lagi, dan menyapa Mas Parmin.
"Linggis nya Mas jangan lupa,"Joko mengingatkan.
"Iya Ko," Mas parmin menjawab dan turun dari motornya, dan berjalan menuju samping rumah.
Joko mengikuti mas parmin dari belakang.
Rumah Mbak Rani ini termasuk besar, atapnya ada tiga bentuk limasan yang seperti rumah joglo.
Limasan yang tengah
Limasan yang paling besar, dengan limasan yg agak kecil ada di sebelah kanan dan kirinya.
Ditengahnya ada teras dengan di kelilingi pagar yang terbuat dari kayu.
Mas Parmin masuk di bagian kiri rumah tersebut.
Nampak di dalam nya terdapat gudang
dengan tumpukan kayu,
dan alat-alat pertukangan.
Juga meja besar dan kursi kayu panjang di sampingnya.
Terdapat juga kamar dengan dinding triplek, di belakang kursi panjang itu.
Juga pintu yg terbuka
dan terlihat halaman belakang dari pintu yang terbuka itu.
"Ini bawa ko," Parmin menyerahkan linggis pada Joko.
Kemudian Parmin masuk kamar yang berdinding triplek itu.
"Tak tunggu di luar ya Mas,"
Jawab Joko.
Sesaat kemudian parmin keluar dengan membawa kantong plastik hitam.
"Kita mampir dulu diLaundry Ko."
Joko mengambil kantong plastik itu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya membawa linggis.
Joko mulai membonceng Mas Parmin, yang sudah siap dengan menghidupkan motornya.
Hari pertama kerja Joko di lalui Joko dengan penuh semangat.
Mbak Rani kerja di pabrik
Dari jam delapan pagi,
pulangnya jam lima sore, dan libur di hari Minggu.
Sedangkan Elsa sekolah berangkat dari jam tujuh pulangnya jam satu siang.
Joko sendiri masuk jam delapan pagi sampai jam empat sore.
Joko bisa bertemu Mbak Rani dan Elsa hanya pas makan malam saja, dan hari minggu saja.
Dan setelah itu Joko kembali ke toko, dan ngobrol dengan Bude Atun
Sampai warung bude Atun tutup, dan setiap hari, Joko membantu memasukannya galon galon yang ada di luar toko ke dalam toko.
Tak terasa telah seminggu sudah Joko bekerja,
Saat itu pas hari Minggu pagi.
Elsa dan mbak Rani mengajak Joko jalan-jalan di sekitar ring road depan kampus.
Dan memang saja tempat itu ramai oleh orang-orang pejalan kaki dan juga yang lari-lari.
Banyak juga yg duduk-duduk di pinggiran trotoar.
"Katanya kemarin ada yg bilang mau traktir-traktir pas gajian pertama,"Elsa bicara dengan nada yang tinggi sengaja agar Joko mendengarnya.
"Siapa tu..?
Rani menjawab juga dengan mengeraskan suaranya.
Joko mendengarnya.
"Iya iya, asal jangan yang mahal-mahal aja ya," jawab Joko.
"Emang dapat berapa jok seminggu? Elsa bertanya pada Joko.
"300 sa,"Joko menjawabnya.
"Lumayan juga ya Ko,"
Rani berkomentar.
Pada saat itu tahun 2004
harga bensin masih 2000an per liter.
"Aku mau nabung Sa, mau belajar nyetir, katanya bapakku kalau aku bisa nyetir,
Aku bisa dapet duit lebih banyak,
Aku di suruh kursus nyetir sama bapakku sa," Joko menjelaskan.
"Mas Parmin lebih banyak Mbak, Joko menjawab komentar Rani.
Rani menghela nafas nampak ekpresi kesedihan di wajahnya .
Sejak pertengkaran itu Rani tidak mendapatkan uang dari Mas Parmin,
Mas parmin hanya mengasih uang ke ibunya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments