Entah apa yang dirasakan Azril, karena menurutnya, hari ini terasa berat sekali. Ada sesuatu yang berbeda. Ia memasuki rumahnya dengan langkah gontai dan mengucap salam dengan suara lemas.
"Wa'alaikumsalam. Kenapa, Zril? Kok lemes gitu?" tanya Nazrul. Azril menggeleng,
"Gapapa, bang. Capek aja. Azril masuk dulu ya,"
"Oh iya. Ada salam tadi dari umi sama abah."
"Iya iyaa nanti Azril telfon kok."
Di kamar, Azril meletakkan laptop, buku-buku dan tas di tempat biasa. Duduk sebentar, menatap bingkai foto di atas nakas meja belajarnya. Umi dan Abah.
"Azril, kalau merasa lelah, jangan menyerah. Menghadaplah pada Allah. Selalu bersyukur di setiap keadaan yang terjadi." ucapan Abah terngiang di kepala Azril.
Saat ini, Umi dan Abahnya tengah berada di Makkah entah untuk berapa lama. Rindu? Sangat. Meskipun sudah terbilang tua, di mata keluarganya, Azril tetaplah anak bungsu yang manja.
Di masa-masa akhir kuliah, Azril juga harus memikirkan bagaimana masa depannya. Dimana ia akan bekerja, dengan siapa ia menikah dan--tunggu, kenapa malah wajah Mira yang tergambar di pikiran Azril? Ia mengusap wajahnya kasar. Ada apa ini?
Ia beranjak ke kamar mandi. Mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat Isya'. Selalu dan selalu mencoba agar hatinya hanya terpusat kepada Allah Sang Maha pencipta saja.
Lantunan dzikir dan doa terucap syahdu dari bibir Azril. Banyak tangis bercucuran dari kedua mata indahnya.
"Yaa Mujiibat Da'awaat .... Kokohkan hati hamba agar selalu mengingat Engkau.... Sesungguhnya hanya kepada-Mu lah hamba menyembah dan meminta .... Apa jadinya aku tanpa kehendak dari Engkau, Ya Allah....
Yaa Mujibas Saailiin .... Hamba pasrahkan segala urusan dunia hamba kepada-Mu .... Tuntun hamba dalam jalan kebenaran .... Ridhoi setiap langkah yang hamba pilih... Ya Allah...."
Dalam hati Azril selalu yakin, bahwa Allah mendengar setiap doa yang ia panjatkan. Juga bahwa banyak malaikat yang mengamini.
Setelah berdiam cukup lama di kamar, ia menghampiri Nazrul. Mengajaknya mengobrol di ruang tengah.
"Azril bingung, bang, ujar Azril memulai pembicaraan.
"Kenapa atuh, Zril? Makalah? Tugas?"
"Tadi di kampus, Azril ga sengaja nabrak orang dua kali, bang. Terus dia marah dan ngasih Azril satu syarat biar bisa dimaafin," Azril memulai cerita.
"Emang apa syaratnya?"
"Ngajarin dia Al-Qur'an,"
"Yaudah. Ajarin aja. Kan pahala kalau--"
"Cewek, bang." potong Azril yang membuat Nazrul membelalakkan mata, kaget hingga ia menegapkan tubuhnya.
"Serius?" Azril mengangguk pasrah.
"Masa Azril boong,"
Nazrul menghembuskan nafasnya, terlihat seperti berpikir.
"Kalau menurut abang ya, kamu ajarin aja disini. Sambil abang awasin, takutnya ada setan yang goda. Gimana?" saran Nazrul.
"Boleh juga tuh, bang. Tapi abang gapapa, nih?"
"Gapapa lah. Kamu maunya cuman berdua aja?"
"Yah ga gitu juga lah, bang. Azril kan baru pertama ini ngajarin ngaji ke cewek."
"Tanda-tanda kali, Zril." goda Nazrul. Azril hanya menanggapi tersenyum saja. Tidak berpikir kemana-mana apalagi sampai berlebihan. Sudah cukup wanita itu membuatnya bingung.
...✨ S K I P ✨...
Keesokan harinya, Mira kembali memasuki kampus dengan suasana hati yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial juga, kan?
Pria berkoko navy melintas di kedua mata Mira. Spontan, ia berlari dan mengejar target.
"Woi Azril!"
"Assalamu'alaikum,"
Bukannya menjawab salam, Mira mengalihkan percakapan.
"Lo jadi kan ngajarin gue? Awas lo ya PHP doang!" ancam Mira.
"Kalau ada orang salam, di jawab dulu," ujar Azril. Mira berdecak,
"Iya iya. Waalaikumsalam. Udah,kan?"
"Lain kali, kalau mau manggil orang, jangan sambil teriak gitu. Samperin dulu, terus salam."
"Aelah pak ustaaadddddzz, kelamaan ih, keburu orangnya ilang malahan," Azril tersenyum menahan tawa melihat ekspresi Mira yang menurutnya menggemaskan.
"Gue mau minta nomer lo," pinta Mira menyodorkan handphonenya. Tetapi Azril menggeleng.
"Dih. Songong banget kaga mau di mintain nomer,"
"Bukan begitu, kalau ada apa-apa, langsung ngomong aja," jawab Azril yang tetap menjaga pandangnya.
"Ah iyain ae dah,"
"Oh iya. Mira, nanti belajar ngaji di rumah saya ya. Tenang aja, ada abang saya kok yang nemenin kita belajar," Mira mengangguk mendengar ucapan Azril.
"Yaudah, saya duluan. Assalamu'alaikum."
"Eh, Azril! Bentar!" panggil Mira mencegat Azril.
"Ya?"
"Gue kan gatau rumah lo dimana."
"Nanti saya tungguin sampai kamu selesai jam kuliah." jawab Azril tersenyum. Lalu pergi. Meninggalkan Mira yang masih terdiam disana.
Mungkin karena sinar matahari yang begitu menyengat, pipi Mira terlihat merah sekali. Pandangan matanya tak luput dari Azril.
"Kok gue malah gini sih? Akh!" gerutu Mira membalikkan badannya. Kembali ke kelas dengan perasaan tak karuan.
"Ciyeee ada yang lagi PDKT, nih." goda Vita yang tiba-tiba saja ada di sebelahnya.
"Dih, siapa juga yang PDKT. Lo kok ada dimana-mana sih, Vit. Heran gue,"
"Udah, lo ga usah ngalihin pembicaraan. Gue bilangin nih ya, lo jangan main-main penasaran dah sama tuh cowok. Kalo suka bilang aja kali,"
Tuk! Cover buku tebal mendarat tepat di kepala Vita.
"Aw! Sakit, Mir! Dasar lo tuh, ya!"
"Biarin. Mana ada gue suka sama pak ustadz cerewet kek gitu,"
"Cieee udah ada panggilan sayang nih ceritanya," sepertinya Vita tidak kapok mendapat 'hadiah' dari Mira. Ia tetap melanjutkan aksi menggodanya. Melihat Mira yang sedikit malu, Vita semakin yakin. Tak lama, Mira akan jatuh hati pada Azril.
"Lo ngomong sekali lagi, gue jambak rambut lo!"
"Etdaaah kasar amat buk. Awas Bang Azril kaga mau, ya...."
"VITAAAAA!!!!" teriak Mira geram. Seisi kelas menoleh padanya, menatap heran. Sedangkan Vita tertawa melihat Mira yang malu karena suara 5 oktafnya tak bisa di kontrol.
Vita berhenti menggoda Mira. Ia kembali ke tempat duduknya setelah dosen yang (tak) di tunggu hadir. Sembari mendengarkan penjelasan dosen, Vita melirik Mira diam-diam, tersenyum.
Entah kenapa, Vita merasa bahwa Mira menaruh hati pada Azril semenjak Mira bercerita kalau ia ingin mendekati Azril. Padahal biasanya dimana-dimana cowok yang selalu mengajak, tapi terkecuali bagi Mira.
Vita tau betul bagaimana Mira. Sejak SMA, Mira termasuk orang yang tidak pernah jaim atau gengsi. Jika wanita lain malu jika berbicara dengan lelaki, Mira tidak. Untuk apa? Toh sama-sama manusianya.
"Vita! Kamu denger penjelasan bapak? Coba maju, jelasin ulang ke temen-temen kamu!"
"Apapun kondisi kamu, jadikan Allah sebagai tempat kamu mengadu. Selalu berdo'a dan berdo'a. Karena dunia dan seisinya hanyalah milik Allah S.W.T."
Thank u for reading!🥺👉👈🖤
Jangan lupa tinggalkan jejak!✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Caramelatte
eyo kakak author! Ku balik nih!🤭 Semangat yaa upnya! 🤗
2021-01-11
1
Hannah
like😍😍😍😍
2020-12-20
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat up
2020-12-06
1