"Bismillahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim"
Bacaan basmalah tak pernah luput dari lisan Azril setiap hendak melakukan sesuatu. Karena tanpa kehendak Allah, ia pun tak kan bisa mengerjakannya.
"Zril, udah jam 9 loh, kamu ga berangkat?" tanya kakaknya yang berada di ambang pintu kamar adiknya. Azril melirik jam di tangannya, lalu dengan cekatan mengambil tas.
"Lupa bang! Azril berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum." pamit Azril tergopoh-gopoh. Kakaknya, Nazrul, hanya bisa menggelengkan kepala sembari tersenyum. Ternyata Azril masih sama saja seperti dulu. Masih terburu-buru setiap pergi kemanapun.
Motor yang dikendarai Azril melaju cepat. Pasalnya, kelasnya akan dimulai pada pukul 09.30 dan saat ini, Azril masih di perjalanan.
Setelah sampai kampus, seseorang memanggil namanya. Membuat langkah Azril terpaksa berhenti saat itu juga.
"Kak Azril, ini buku-bukunya. Kemarin yang aku pinjam. Makasih ya, Kak." ucap gadis tersebut sembari menyodorkan tumpukan buku.
"Iya, sama-sama. Saya duluan, ya."
Tak jarang dari gadis-gadis di kampus ini yang 'modus' kepada Azril. Berpura-pura meminjam buku, agar bisa basa-basi dan menyapa Azril. Menanyakan sesuatu yang tidak penting atau parahnya, malah ada yang langsung mengajaknya menikah. Padahal, Azril sendiri hanya menanggapi biasa saja.
Pagi ini Azril seperti mendapat pepatah, 'sudah jatuh, tertimpa tangga pula'. Ia menabrak seorang gadis karena jalannya yang tergesa-gesa. Gadis yang di tabraknya marah, tapi Azril diam saja, memungut buku, lalu meminta maaf. Dan segera pergi karena memang kelasnya pasti sudah dimulai.
...✨✨✨...
Saat ini, Azril dan Alvin hendak ke perpustakaan. Sebenarnya hanya Azril saja, tapi Alvin ingin ikut juga karena bosan jika diam di kelas.
"Lu habis ngapain sih, kok bisa telat gitu?" tanya Alvin, sahabatnya.
"Biasa, lupa ga liat jam tadi. Tiba-tiba udah jam 9 aja," jelas Azril sambil membaca sesuatu di bukunya.
"Untung aja bukan dosen killer, kalo enggak, bisa habis lu, Zril,"
"Ya gapapa lah, Vin. Lagian, ini salahku juga kok,"
"Lo gak bisa manggil lo-gue ya? Pake aku-kamu kek orang pacaran aja weh." Azril tersenyum mendengar ocehan Alvin.
"Sama aja, kan?"
Lagi dan lagi, Azril terlalu sibuk melihat catatan hingga ia menabrak seseorang. Gadis tersebut membelalakkan matanya, terkejut melihat orang yang sama dengan tadi pagi. Ya, seseorang itu adalah Mira.
"Lo lagi! Makanya, kalo jalan tuh jangan sambil baca buku!" omel Mira.
"Dih! Galak amat jadi cewek, awas kaga ada yang mau sama lu, ya!" sahut Alvin membela sahabatnya.
"Udah, Vin. Maaf ya, mbak." ucap Azril meminta maaf. Ia mengambil bukunya.
"Minta maaf mulu, ntar juga nabrak lagi. Lo mau modus doang, kan?" Alvin tertawa mendengar ucapan Mira.
"Haha. Sorry ya, Azril mah imannya kuat, bro! Kaga mungkin suka sama lu! Ngaca dong, ah!" Azril menatap Alvin agar tak usah meladeni ucapan gadis ini.
"Enggak kok mbak, saya ga ada niatan jelek. Maaf kalau bikin mbak mikir aneh-aneh. Sekali lagi, maaf." tutur Azril, lalu menarik tangan Alvin menjauh dan melanjutkan jalannya menuju perpustakaan.
Sedangkan Mira, ia menahan emosinya agar tak mengucapkan kata-kata kasar kepada lelaki tadi. Ia penasaran, sehebat apa lelaki bernama Azril itu, hingga disebut 'kuat iman' oleh temannya.
Karena kepo, ia mencegat salah seorang mahasiswi yang kebetulan papasan di depannya.
"Eh, gue mau nanya. Lo kenal orang yang namanya Azril, gak?" tanya Mira. Seseorang tersebut mengangguk.
"Tau banget lah. Haykal Azril, kan? Dia mah famous atuh di kalangan cewek-cewek. Tapi sayang, di tolak semua. Udah pinter, ganteng, rajin. Beuuhhh idam-"
"Jurusan apa dia?" potong Mira. Karena jika dilanjutkan, ia yakin tak selesai hingga besok.
"Ehm.. kayanya sih jurusan PAI (Pendidikan Agama Islam) deh."
"Oh oke. Makasih, ya." seseorang tersebut mengangguk.
"Jadi namanya Haykal Azril... Cowok famous, banyak cewek suka..." batin Mira berbicara, lalu tersenyum cringe. Sepertinya menarik.
Setelah itu, Mira melanjutkan langkahnya menuju outdoor kampus. Hendak mengerjakan sebagian tugas makalah yang diberikan dosennya tadi. Karena Mira tipe yang tidak suka menunda-nunda. Jika bisa dikerjakan sekarang, kenapa harus nanti?
...✨✨✨...
"Vin, udahlah, jangan di ladenin kalo ada kaya gitu lagi," ujar Azril di perpustakaan. Menasihati Alvin agar tidak terjadi perang mulut seperti tadi.
"Ngeselin banget tuh cewek! PD nya tingkat dewa, gila!" jawab Alvin, emosinya masih sedikit terpancing sebab ucapan Mira tadi.
"Soalnya tadi pagi aku juga nabrak dia, wajar kalo dia ngira aku aneh-aneh," jelas Azril sambil mengambil satu judul buku yang sedari tadi menarik perhatiannya.
"Aku baca dulu, ya. Mau nyari bahan refrensi buat tugas, kalau mau balik duluan gapapa."
"Gini amat punya temen. Rajinnya kaga ketulungan." cibir Alvin mengiyakan ucapan Azril.
Selama membaca buku, fokus Azril pecah. Kalimat demi kalimat di setiap paragraf tidak dapat ia pahami. Berlalu begitu saja. Yang ada dalam otaknya saat ini adalah wajah gadis tadi yang ia tabrak.
"Astaghfirullah... Ya Allah, jauhkan hamba dari godaan nafsu syaithon yang menguasai iman hamba" lantunan do'a terucap dalam hati Azril. Merasa berdosa karena berani lancang memikirkan gadis yang jelas-jelas bukan miliknya.
"Kak Azril," panggil seseorang gadis menyentuh pundaknya, lalu dengan sopan Azril sedikit menjauh, karena ia tau, tak boleh hukumnya jika wanita dan laki-laki yang bukan mahram saling bersentuhan, kecuali ada beberapa faktor.
"Maaf, ada apa ya?" tanya Azril sedikit kikuk. Canggung dengan posisi gadis tersebut yang mencoba mendekatkan tubuhnya pada Azril.
"Engh... Temenin nyari buku dong, Kak. Bingung nih mau cari judul gimana," Azril bingung. Ia juga tak enak hati jika harus menolak permintaan gadis itu. Tapi jika diterima, Azril tau, gadis ini akan semakin menjadi-jadi.
"Woi! Azril!" suara Alvin terdengar jelas di telinga Azril. Azril menghembuskan nafasnya lega karena Alvin selalu datang di saat yang tepat.
"Zril! Temenin gue ke kantin. Kuy lah! Keburu habis nih gorengannya. Laper gue," ajak Alvin sambil melirik gadis tersebut.
"Maaf ya, saya mau nemenin temen saya dulu. Mungkin lain waktu. Maaf ya." ujar Azril. Raut wajah sebal terlihat dari wajah gadis itu. Usahanya kali ini gagal untuk mendapatkan Azril. Huh!
"Untung gue nyelametin lu dari cewek-cewek ganjen itu,"
"Iya iya, makasih ya,"
"Aelah, gini nih. Makanya lu jangan ganteng gitu dong." Azril tertawa.
Ia sangat beruntung sekali, memiliki teman yang selalu bisa menjaganya dari situasi tak mengenakkan seperti tadi. Teman yang menjaga rahasia kehidupan Azril. Dan teman yang selalu ada bagaimanapun kondisi Azril, baik suka ataupun duka. Yah, meskipun tingkahnya rada gesrek aja.
"Jangan lupa untuk selalu ucap basmalah sebelum melakukan sesuatu."
"Teman yang baik bukan yang banyak uang atau keren penampilan, tapi dia yang selalu tulus menyayangi setulus hati."
Thank u for reading!
Wait for the next episode🖤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Hannah
like lagi...
2020-12-18
1
тια
Uwu Thor 😁
AKU sudah mampir lagi nih Thor 😁
semangat Thor 😁
feedback ya Thor 😁
2020-12-08
1
Caramelatte
semangat thorrr jangan kasi kendorrr
2020-12-07
1