BAB 17

Maaf ya gaes, aku demam tiga hari ini...harap maklum ya gaes...ini buat ngobatin rindu kalian satu bab dulu ya, besok aku kirim lagi yang banyak.. terimakasih atas pengertiannya 🙏🏻

......................

...‘Hal yang tidak Kaysan sukai dalam hidupnya adalah melihat seorang wanita menangis !’...

Sebab Kaysan tidak tahu caranya bagaimana mendiamkan seorang wanita yang menangis. Bertengkar dengan istrinya sendiri dan melihat Soraya menangis saja Kaysan tak bisa membujuknya dan memilih untuk keluar kamar menghindar dari Soraya, apalagi ini di hadapannya adalah adik iparnya sendiri yang sejak tadi entah sudah tak terhitung berapa lama Nadia menangis dan Kaysan hanya diam saja.

“Hiks…hiks…”

Nadia masih tergugu dalam tangisnya, sebab ia merasa sedih harus di keluarkan dari sekolah dan mendapat lebel jelek dari teman-teman sekolahnya yang mengenalnya.

Kaysan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bahkan kini kepalanya jadi gatal-gatal sendiri karena bingung sendiri harus bagaimana mendiamkan Nadia.

Kaysan yang bodoh itu kemudian menepikan mobilnya ke sebuah minimarket ia kemudian turun dari mobilnya dan masuk ke dalam minimarket tersebut dan membeli minuman dingin. Saat ia hendak menuju kasir, Kaysan kemudian melihat es krim.

Kaysan jadi teringat akan adiknya dulu, Kayana. Dulu jika Kayana tengah menangis karena sering dijahili olehnya, Kayana hanya mempan di bujuk dengan dibelikan begitu banyak es krim.

Kini Kaysan mendapatkan ide bagaimana membujuk Nadia agar diam dan berhenti menangis.

Tak lama Kaysan masuk ke dalam mobilnya dan terntu saja ia mendapati Nadia yang masih terisak dalam tangisnya.

“Nadia…ini !” Kaysan menyodorkan satu kantong yang berisikan es krim untuk Nadia.

Nadia yang masih terisak dalam tangis nya hanya melirik pada sekantong es krim yang diberikan oleh Kaysan.

“Sudah lah jangan menangis terus ! Aku capek dan tidak tahu caranya membujuk wanita kalau sedang menangis !” kata Kaysan mulai kesal karena caranya dengan memberikan Nadia es krim ternyata tidak mempan untuk membuat Nadia berhenti menangis.

“Aku nangis begini juga gara-gara Laptop Mas Kaysan yang durjana itu ! Gara-gara laptop sialan itu Akui jadi keluarkan dari sekolah sampai di kasih lebel sama teman-teman Ku kalau Aku ini Ani-ani lah, cewek gak benerlah, suka open BO !” kata Nadia terus menangis yang membuat Kaysan mengerutkan keningnya.

“Laptop ?” ucap Kaysan bingung.

“Iya ! Ini Laptopnya !” ucap Nadia kesal memberikan Laptop Kaysan dengan cepat.

Kaysan menerima laptop tersebut dan masih bingung.

“Aku tidak mengerti, apa yang Kau katakan !” kata Kaysan

“Isi laptop itu semuanya penuh video mesum ! video porno !” kata Nadia yang membuat Kaysan terkejut mendengarnya.

Kaysan kemudian menelisik laptop yang ia pegang dan memang benar itu adalah laptop pribadinya yang banyak berisi tentang privasinya.

“Dasar Kakak ipar mesum ! Ngapain nyimpen video mesum sampai jumlahnya tak terhitung bergitu ? Apa Kakak Ku kurang Hot di ranjang, sampai-sampai perlu ngelihat video begituan ?!” ucap Nadia kesal dan marah.

Kaysan hanya menelan air ludahnya begitu kasar, sebab ucapan Nadia barusan seakan menampar dirinya. Karena memamg benar selama ini Kaysan mengoleksi video-video mesum itu di laptopnya bahkan tanpa sepengetahuan istrinya sendiri.

“Pokoknya Mas Kaysan harus tanggung jawab ! Gara-gara Mas Kaysan Aku jadi keluarkan dari sekolah !” kata Nadia dengan menggebu-gebu dan nafas yang naik turun karena begitu kesal dengan Kaysan.

“Salahkan Laptopnya kenapa Aku yang harus bertanggung jawab !” kata Kaysan tanpa berpikir dulu sebelum bicara.

“Yaaaakkk !” pekik Nadia yang membuat Kaysan langsung menutup kedua telinganya.

“Hei, gendang telinga Ku bisa pecah !” protes Kaysan.

“Hua….Aku gak mau putus sekolah…huaaa” Nadia semakin menjadi-jadi dalam tangisnya yang membuat Kaysan kesal sendiri.

Kaysan kemudian melajukan mobilnya pulang ke rumah tak peduli Nadia yang masih menangis. Setibanya mereka di rumah, Nadia langsung berlari menuju kamarnya meninggalkan Kaysan yang hanya bisa menatap punggung Nadia dari belakang dan menjauh dari pandangan matanya.