Bab Tujuh Belas

"Wajar jika aku lebih menyayangi dan membela Kaisar, karena dia anak kandungku satu-satunya. Aku tak mau anakku menjadi makin depresi. Aku harap pulanglah segera ke rumah kalian. Pesta telah usai!" seru Mama Kartini.

Melli dan Yusuf terkejut mendengar ucapan mama Kartini. Yusuf tak percaya jika wanita yang telah menjaganya dari usia delapan tahun itu membongkar rahasia dan identitasnya di depan sang istri.

"Apa maksud Mama kalau Kaisar anak kandung satu-satunya?" tanya Melli.

Mama Kartini menarik napas dalam. Selama ini dia tak pernah mengatakan ini karena memang menyayangi Yusuf seperti anak kandung sendiri. Dia juga tak mengizinkan siapa pun mengungkit tentang Yusuf anak angkatnya dan meminta mereka tutup mulut.

Walau masih saja ada yang menceritakan itu semua. Sebenarnya Melli sudah pernah mendengar kalau suaminya hanya anak angkat, tapi dia memilih tak peduli karena baginya selagi tak mendengar langsung dari bibir Wijaya dan Kartini, berarti semua hanya omong kosong.

"Mama rasa kamu pasti mengerti dengan ucapan Mama. Dan Mama juga tau jika kamu sebenarnya sudah pernah mendengar cerita tentang siapa Yusuf sebenarnya. Hampir tiga puluh tahun menikah dengan Yusuf tak mungkin kamu tak tau apa yang terjadi di dalam rumah ini!" seru Mama Kartini.

Yusuf lalu berdiri dari duduknya dan berjongkok di depan Kartini. Dia tak pernah melihat Mama Kartini semarah saat ini.

"Ma, maafkan aku dan Melli. Tapi tak ada bermaksud membuat Kaisar trauma. Itu tak sengaja terucap. Aku mohon pengertian dari Mama," ucap Yusuf. Dia mencoba meraih tangan Mama Kartini tapi ditepis wanita itu. Sepertinya wanita paruh baya itu sudah sangat kecewa.

Yusuf menunduk dan meminta maaf kepada Mama Kartini sekali lagi. "Maaf, Mama," Yusuf berkata, dengan suara yang pelan. "Aku tidak bermaksud membuat Kaisar merasa lebih buruk lagi. Aku pikir dia telah bisa menerima kenyataan melihat keadaannya mulai membaik sejak menikah kemarin."

Mama Kartini menatap Yusuf dengan mata yang sedih, tapi juga dengan rasa syukur karena Yusuf telah meminta maaf. "Baiklah, Yusuf," Mama Kartini berkata, dengan suara yang pelan. "Aku menerima permintaan maafmu. Tapi tolong, jangan membuat Kaisar merasa lebih buruk lagi, ya?"

Sementara itu, Melli masih diam dan terlihat syok. Dia masih belum bisa mempercayai apa yang telah terjadi. Suaminya, Yusuf, bukanlah anak kandung Mama Kartini? Bagaimana bisa? Melli merasa seperti dunianya telah terbalik.

Mama Kartini menatap Melli dengan mata penuh tanda tanya. "Melli, apa yang terjadi? Kenapa kamu diam saja?" Mama Kartini bertanya, dengan suara yang sedikit tegas.

Melli masih diam, tapi kemudian dia menunduk dan meminta maaf. "Maaf, Mama," Melli berkata, dengan suara yang pelan. "Aku hanya masih syok dan tidak bisa mempercayai apa yang telah terjadi. Apakah ini yang membuat Mama tak menyayangi William?"

"Tak menyayangi bagaimana? Semua keinginannya dari kecil hingga saat ini masih terus Mama kabulkan."

Mama Kartini tak mengerti jalan pikiran menantunya itu. Padahal dia pasti tau jika apa yang menjadi keinginan putranya selalu saja dipenuhi. Hanya sekali kemarin saja dia menolak saat bersikeras tetap menikah dengan Haura.

"Kenapa Mama membedakan Kaisar dan William? Karena dia bukan cucu kandung'kan? Padahal pesta pernikahan Kaisar itu seharusnya untuk William, tapi Mama seenaknya mengalihkan. Seharusnya tetap buat pernikahan William dan kekasihnya," ucap Melli.

"Itu hakku! Aku yang membuat semuanya. Lagi pula anakmu yang salah. Menghamili wanita lain di saat pesta pernikahan hanya tinggal menghitung hari. Jika memang kamu menginginkan pesta yang besar, kalian bisa menggunakan uang sendiri. Kenapa harus menunggu belas kasihan dariku!" ujar Mama Kartini.

Yusuf berdiri dan mendekati istrinya. Memintanya berhenti membahas hal itu.

"Sudahlah, Mel. Jangan bahas hal itu lagi. Sebaiknya kamu minta maaf sama mama," ucap Yusuf.

Melli diam. Dia memandangi suaminya dan akhirnya meminta maaf karena suaminya memaksa.

"Maaf, Ma. Aku hanya tak suka Mama selalu mengutamakan Kaisar. Memang dia anak kandung Mama dan Yusuf anak angkat. Tapi, bukankah dia sudah menjadi bagian dari keluarga. Seharusnya tak ada perbedaan dan pilih kasih!' seru Melli.

Mama Kartini tertawa mendengar ucapan sang menantu. Bisa-bisanya Melli menasehati dirinya tentang keadilan.

"Adil bagaimana lagi yang kamu inginkan. Mama sama-sama memberikan satu perusahaan. Walau sebenarnya itu milik Kaisar dan dia tak mempermasalahkan. Dan perlu kamu ketahui, walau Yusuf telah menjadi bagian dari keluarga tapi hak waris tetap tak dia miliki. Jadi suka-suka Mama memberikan apa. Namun, Mama sudah adil memberikan warisan. Jadi, Mama harap kamu sadar diri. Kamu juga Yusuf, kamu harus tau batasan. Dan jangan serakah. Besok perusahaan harus diberikan lagi pada Kaisar. Mama tak mau ada sedikitpun penyelewengan. Semua akan diperiksa akuntan nanti!" seru Mama Kartini mengingatkan Melli akan posisinya.

Ketiganya lalu terdiam sejenak. Larut dalam pikiran masing-masing. Terutama Yusuf, dia takut jika Mama mengetahui jika uang perusahaan banyak dipakai William buat senang-senang. Dia sudah pernah memperingati putranya, tapi William beralasan jika Oma Kartini tak akan pernah tahu.

"Sekarang, aku minta kalian kembali'lah ke rumah sendiri. Mama tak mau ada lagi pertengkaran. Jangan buat Mama makin kejam pada kalian berdua,!" ucap Mama Kartini membuka suara.

"Baik, Ma," ucap Yusuf. Dia lalu mengajak istrinya berdiri dan segera menyusun pakaian.

Baru Yusuf beberapa langkah berjalan, terdengar lagi ucapan Mama Kartini. Sehingga keduanya menghentikan langkah.

"Pesta pernikahan William dan Kayla akan dilakukan seminggu lagi. Kamu bisa kembali datang, tapi Mama tak mau menginap di sini. Kalian bisa tinggal di apartemen William. Mama tak mau ada selisih paham lagi. Jangan membuat Mama mengambil keputusan yang akan merugikan kalian nantinya. Kesabaran seseorang itu ada batasnya. Mama hanya ingin kalian tahu batasan!"

Mama Kartini memperingati putra angkatnya itu. Dia tak mau lagi ada pertengkaran. Apa lagi membahas harta.

"Baiklah, Ma. Sekali lagi aku minta maaf."

Yusuf lalu berjalan kembali setelah meminta maaf. Melli masih tampak cemberut. Mungkin belum juga menyadari kesalahannya. Terlalu mengedepankan egonya. Baginya tetap harus adil antara Yusuf dan Kaisar. Karena sama-sama anak di keluarga walau berbeda status.

Sementara itu di kamarnya. Kaisar mulai membuka mata. Dia tersenyum melihat istrinya tidur dengan memeluknya. Rasanya sangat nyaman karena ada seseorang yang menjaga.

"Terima kasih, karena mau mengerti dan memahami keadaanku," ucap Kaisar dalam hatinya. Dia kembali mencoba memejamkan mata karena sakit di kepalanya masih terasa.

Terpopuler

Comments

nonsk2711

nonsk2711

jgn sp Yusuf n Melli berbuat sesuatu stdk nya tdk membuat mm Kartini celaka krn keserakahan mereka orang yg gtau diri,bkn nya bersyukur di angkat anak hdp bergelimang harta tp di hambur"kan sm cucu gtau diri,yakin dh di tangan Haura rasa trauma n depresi Kaisar sdkt demi sdkt hlg berangsur sembuh,bantu Kaisarmu yg Haura 🙏

2025-02-14

4

Teh Euis Tea

Teh Euis Tea

si yusuf sm si meli tanda manusia yg ga tau diri di urus di angkat derajatnya msh aj ngelunjak
bagus oma kartini klu nsh ngeyel depak aj mereka tak guna jg cm ngegrogotin uang perusahaan aj, bisa bangkrut klu msh di pegang si yusyf sm si williamtp oma jg hrs hati" ya sm keluarga benalu itu tktnya ingin nyelakain oma dan kaisar

2025-02-14

0

Aan

Aan

Bu Tini.... anda tahu mana yg pantas disayangi dg tulus, jelas2 Yusuf dg sangat tidak tahu diri mengintimidasi kakak angkatnya. Gak tahu diri banget. saatnya anda memisahkan benalu dari pohonnya. Cari aman Bu, jaga keselamatan anak kandung. kasih sayang tulus anda tdk ada artinya bagi Yusuf yg durhaka. usir saja Bu ya....

2025-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab Satu
3 Bab Dua
4 Bab Tiga
5 Bab Empat
6 Bab Lima
7 Bab Enam
8 Bab Tujuh
9 Bab Delapan
10 Bab Sembilan
11 Bab Sepuluh
12 Bab Sebelas
13 Bab Dua Belas
14 Bab Tiga Belas
15 Bab Empat Belas
16 Bab Lima Belas
17 Bab Enam Belas
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
48 Bab Empat Puluh Enam
49 Bab Empat Puluh Tujuh
50 Bab Empat Puluh Delapan
51 Bab Empat Puluh Sembilan
52 Bab Lima Puluh
53 Bab Lima Puluh Satu
54 Bab Lima Puluh Dua
55 Bab Lima Puluh Tiga
56 Bab Lima Puluh Empat
57 Bab Lima Puluh Lima
58 Bab Lima Puluh Enam
59 Bab Lima Puluh Tujuh
60 Bab Lima Puluh Delapan
61 Bab Lima Puluh Sembilan
62 Promo Novel
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
Bab Satu
3
Bab Dua
4
Bab Tiga
5
Bab Empat
6
Bab Lima
7
Bab Enam
8
Bab Tujuh
9
Bab Delapan
10
Bab Sembilan
11
Bab Sepuluh
12
Bab Sebelas
13
Bab Dua Belas
14
Bab Tiga Belas
15
Bab Empat Belas
16
Bab Lima Belas
17
Bab Enam Belas
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
48
Bab Empat Puluh Enam
49
Bab Empat Puluh Tujuh
50
Bab Empat Puluh Delapan
51
Bab Empat Puluh Sembilan
52
Bab Lima Puluh
53
Bab Lima Puluh Satu
54
Bab Lima Puluh Dua
55
Bab Lima Puluh Tiga
56
Bab Lima Puluh Empat
57
Bab Lima Puluh Lima
58
Bab Lima Puluh Enam
59
Bab Lima Puluh Tujuh
60
Bab Lima Puluh Delapan
61
Bab Lima Puluh Sembilan
62
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!