Bab Enam Belas

Haura yang melihat dahi suaminya berdarah langsung memeluknya dan memapah menuju ranjang. Mama Kartini meminta putranya minum obat yang Haura berikan.

"Kaisar, minum obatnya ...," ucap Mama Kartini dengan suara serak karena menahan tangis.

Yusuf masih berdiri di kamar itu dengan pandangan sinis. Melli lalu ikut masuk.

"Aku yang menyebabkan papa meninggal," ujar Yusuf lagi.

Haura duduk di dekat suaminya. Dia lalu menggenggam tangan pria itu. Memintanya minum obat. Dari ucapan Kaisar dan kedua orang tua William dia sedikit mengerti apa yang terjadi, walau belum tau pasti bagaimana kejadiannya.

"Mas, minum obatnya," ucap Haura lembut. Entah kekuatan dari mana, ucapan gadis itu mampu membuat Kaisar menurut. Dia lalu meminumnya.

Keadaannya mulai stabil. Dia terdiam dan memandangi Mama dan Haura secara bergantian. Di sudut ruangan Melli dan Yusuf saling tatap sambil tersenyum.

"Sekarang Mas istirahat. Mau di sini atau di kamar atas?" tanya Haura dengan suara pelan. Kamar yang dia tempati saat ini adalah kamar tamu.

Haura membantu Kaisar membaringkan tubuhnya. Dia jadi menyesal karena baru menyadari jika suaminya memiliki trauma dan depresi.

"Jadi obat yang selalu diminum Kaisar adalah obat anti depresi?" tanya Haura pada dirinya sendiri.

Haura lalu menyelimuti tubuh suaminya. Pandangannya lalu tertuju pada Yusuf dan Melli. Tiba-tiba dia teringat jika semua ini berawal dari obrolan kedua orang itu. Tak mungkin jika mereka tak tahu jika adiknya memiliki trauma pada cerita meninggalnya sang papa.

Haura lalu berdiri dan mendekati kedua orang tua William itu. Mama Kartini membersihkan luka sang putra. Melli dan Yusuf masih tetap berdiri di tempatnya. Tak peduli kalau Haura mendekati.

"Kenapa masih ada di sini? Suamiku ingin istirahat!" seru Haura.

"Siapa kau? Seenaknya mengusir. Aku lebih dulu berada di sini, kau baru satu hari menjadi istrinya Kaisar," jawab Melli.

"Walau baru satu hari menjadi istrinya, aku tetap berhak menjaga mental suamiku. Gara-gara kalian berdua suamiku begini. Jadi aku minta keluarlah!" seru Haura.

"Aku tak akan pergi. Aku memiliki hak juga di rumah ini. Aku anaknya sedangkan kau hanya menantu," ujar Yusuf.

Dalam diam ternyata mama Kartini tetap mendengar semua ucapan mereka. Dia lalu berdiri setelah mengobati luka Kaisar. Dia berjalan mendekati ketiganya.

"Haura, tolong jaga Kaisar. Mama mau bicara dengan mereka berdua," ucap Mama Kartini.

"Baik, Ma." Haura lalu berjalan mendekati suaminya. Dia melihat Mama Kartini mengajak Melli dan Yusuf keluar.

Mama Kartini mengajak keduanya duduk di ruang keluarga. Dia tampak sedikit tegang.

Mama Kartini duduk di ruang keluarga, dengan wajah yang marah bercampur sedih. Dia baru saja bahagia melihat putranya sudah mau berbaur dengan keluarga lagi, dan kembali melihat dia depresi lagi

"Apa maksud kalian berdua?" Mama Kartini bertanya, dengan suara yang keras dan marah. "Mengapa kalian berdua harus mengungkit kematian Papa Wijaya?"

Melli dan Yusuf terlihat sedikit takut dan tidak berani menjawab. Mama Kartini melanjutkan, dengan suara yang lantang dan tegas.

"Mama tahu bahwa Papa Wijaya meninggal karena serangan jantung, tapi mama tidak ingin kalian berdua mengungkit hal itu di depan Kaisar. Dia sudah merasa bersalah dan trauma karena pertengkaran dengan Papa Wijaya sebelum dia meninggal. Mama tidak ingin dia merasa lebih buruk lagi."

Melli dan Yusuf masih terdiam, tak berani menjawab. Mereka masih menyusun kata yang tepat untuk membela diri.

"Mama ingin kalian berdua memahami bahwa Kaisar sudah merasa sangat bersalah dan trauma karena kematian Papa Wijaya. Mama tidak ingin kalian berdua membuat dia merasa lebih buruk lagi. Mama ingin kalian berdua mendukung dan membantu Kaisar untuk mengatasi trauma dan depresinya, bukan membuatnya merasa lebih buruk lagi."

Melli menarik napas berat. Dia tak mau di salahkan terus.

"Tak ada maksud kami membuat Kaisar kembali trauma dan depresi, Ma. William jug pasti bicara begitu bukan maksud apa-apa. Hanya karena rasa rindu pada papa saja membuat kami spontan ingat padanya. Apakah kami tak boleh mengingat moment manis saat bersama papa?" tanya Melli.

"Ini bukan masalah tak boleh mengingat Papa. Tapi ada waktunya. Jika kalian memang mengingatnya dan merindukan papa datang ke kuburannya, doakan dia. Sejak papa meninggal bisa di hitung jari kalian mengunjungi makamnya!" seru Mama Kartini.

Yusuf tampak terkejut mendengar ucapan mamanya. Dia tampak menelan ludah karena tak tau harus menjawab apa. Sepertinya dia cukup takut dengan mama Kartini.

"Ma, kami jarang ke makam papa karena tinggal di luar kota, kalau doa selalu kami panjatkan. Kenapa mama terlihat kesal hanya pada aku dan Mas Yusuf, padahal Kaisar yang menyebabkan papa meninggalkan kita. Mama seperti pilih kasih. Kaisar lebih di bela dari pada Yusuf. Bukankah mereka sama-sama anak Mama?" tanya Melli.

Mama Kartini tampak semakin kesal mendengar ucapan menantunya itu. Dari dulu selalu saja membantah apa yang diucapkan. Selama ini dia diam karena tak ingin bertengkar. Dia tak mau ada salah paham.

"Apa kamu tak terima kalau aku lebih sayang dengan Kaisar?" Mama Kartini balik bertanya dengan nada cukup tinggi. Mama Kartini bukannya menjawab pertanyaan sang menantu tapi justru balik bertanya.

"Mel, sudahlah. Sebaiknya minta maaf saja. Mungkin kita memang salah," ucap Yusuf.

Melli melototkan matanya mendengar ucapan suaminya. Dia tak akan sudi minta karena tak merasa bersalah.

"Apaan sih, Pa! Aku hanya mengingatkan pada Mama, jadi orang tua itu harus adil. Dan tentu saja aku tak akan mau meminta maaf karena tak salah. Apa kita harus diam dan menyimpan rasa rindu pada papa selamanya di depan Kaisar? Dia itu sudah dewasa, harusnya bisa menerima kenyataan jika memang dia bersalah atas meninggalnya papa. Jika dia bisa mengakui kesalahannya pasti trauma dan depresinya akan hilang!"

Mama Kartini tampak menahan amarahnya. Dia memainkan jemarinya mencoba meredakan emosi. Yusuf yang menyadari perubahan wajah mamanya lalu meminta maaf.

"Ma, maaf. Aku dan Melli janji tak akan mengulanginya lagi," ucap Yusuf.

"Apaan sih, Pa! Kenapa Papa minta maaf. Mama memang harus sadar jika selama ini dia terlalu memanjakan Kaisar. Tak adil sekali. Lihat saja, Kaisar dipestakan secara besar-besaran tapi William hanya sekedarnya dan itu juga tunggu bulan depan biar semua tau kehamilan Kay!" seru Melli.

Tanpa di duga mama Kartini lalu menggebrak meja. Membuat keduanya terkejut.

"Wajar jika aku lebih menyayangi dan membela Kaisar, karena dia anak kandungku satu-satunya. Aku tak mau anakku menjadi makin depresi. Aku harap pulanglah segera ke rumah kalian. Pesta telah usai!" seru Mama Kartini.

Melli dan Yusuf terkejut mendengar ucapan mama Kartini. Yusuf tak percaya jika wanita yang telah menjaganya dari usia delapan tahun itu membongkar rahasia dan identitasnya di depan sang istri.

"Apa maksud Mama kalau Kaisar anak kandung satu-satunya?" tanya Melli.

Terpopuler

Comments

millie ❣

millie ❣

Rasain dasar manusia g tau budi kalian semakin g jelas sikap'y g ada hormat2'y ama mama kartini skg loe tau kalau yusuf bukan anak kandung mama kartini biar yusuf jg sadar diri bagus mama kartini uda bersikap tegas ke mrk, bela anak kandung'y jg mantu'y selamat in apa yg menjadi hak kaisar dr mrk 😡😡

2025-02-13

5

faridah ida

faridah ida

tanya suami entee mantu gilaaa harta ..../Hammer//Hammer//Hammer/
malu malu daah lo sekarang .../Joyful//Joyful//Facepalm//Facepalm/

2025-02-13

2

mbok Darmi

mbok Darmi

wah meli blm tau ya kalau Yusuf cuma snak angkat kasihan dech loe ngga dpt harta warisan mama kartini Krn semua warisan sdh atas nama kaisar, sukurin orang serakah memang ngga bakalan dpt rejeki yg berkah adanya zonk tangan kosong diusir bila macem2

2025-02-13

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab Satu
3 Bab Dua
4 Bab Tiga
5 Bab Empat
6 Bab Lima
7 Bab Enam
8 Bab Tujuh
9 Bab Delapan
10 Bab Sembilan
11 Bab Sepuluh
12 Bab Sebelas
13 Bab Dua Belas
14 Bab Tiga Belas
15 Bab Empat Belas
16 Bab Lima Belas
17 Bab Enam Belas
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
48 Bab Empat Puluh Enam
49 Bab Empat Puluh Tujuh
50 Bab Empat Puluh Delapan
51 Bab Empat Puluh Sembilan
52 Bab Lima Puluh
53 Bab Lima Puluh Satu
54 Bab Lima Puluh Dua
55 Bab Lima Puluh Tiga
56 Bab Lima Puluh Empat
57 Bab Lima Puluh Lima
58 Bab Lima Puluh Enam
59 Bab Lima Puluh Tujuh
60 Bab Lima Puluh Delapan
61 Bab Lima Puluh Sembilan
62 Promo Novel
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
Bab Satu
3
Bab Dua
4
Bab Tiga
5
Bab Empat
6
Bab Lima
7
Bab Enam
8
Bab Tujuh
9
Bab Delapan
10
Bab Sembilan
11
Bab Sepuluh
12
Bab Sebelas
13
Bab Dua Belas
14
Bab Tiga Belas
15
Bab Empat Belas
16
Bab Lima Belas
17
Bab Enam Belas
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
48
Bab Empat Puluh Enam
49
Bab Empat Puluh Tujuh
50
Bab Empat Puluh Delapan
51
Bab Empat Puluh Sembilan
52
Bab Lima Puluh
53
Bab Lima Puluh Satu
54
Bab Lima Puluh Dua
55
Bab Lima Puluh Tiga
56
Bab Lima Puluh Empat
57
Bab Lima Puluh Lima
58
Bab Lima Puluh Enam
59
Bab Lima Puluh Tujuh
60
Bab Lima Puluh Delapan
61
Bab Lima Puluh Sembilan
62
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!