Bab Sebelas

Tangan Kaisar yang berada di punggung Haura, makin lama makin ke atas hingga mencapai tali bra gadis itu. Dia lalu membuka tali bra istrinya.

"Om, kamu mau apa ...?" tanya Haura sekali lagi. Napasnya makin memburu. Dia tahu ini memang kewajibannya untuk melayani suami dan memberikan nafkah batin. Namun, tak salah juga'kan kalau dia gugup. Ini pengalaman pertama baginya. Tiga tahun pacaran dengan William tak pernah dia melakukan hal aneh.

Mungkin itu juga yang menjadi alasan William selingkuh. Mungkin pria itu suka hal di luar kemauan Haura. Gadis itu telah bertekad hanya menyerahkan kegadisannya pada sang suami di malam pertama mereka.

"Kamu pikir aku mau apa ...?" tanya Kaisar lagi.

"Mana aku tau isi pikiran, Om," jawab Haura.

"Makanya pikiran itu jangan ngeres ... aku cuma ingin menanggalkan bra kamu. Karena lebih baik tidur itu tanpa bra. Bisa meningkatkan kenyamanan saat tidur, menjaga kesehatan jaringan payu'dara, Mengurangi risiko iritasi kulit, meningkatkan sirkulasi darah, Memperkecil risiko infeksi jamur dan bakteri."

Kaisar menjelaskan dengan rinci. Membuat Haura malu dengan pikirannya. Namun, gadis itu tak mau kalah.

"Modus ... padahal pasti ada alasan lain," ucap Haura.

Mendengar perkataan gadis itu membuat Kaisar tak bisa menahan tawanya. Dia lalu mengacak rambut Haura dengan penuh kelembutan.

Kaisar juga pria normal. Bohong jika dia mengatakan tak tertarik untuk melakukan malam pertama dengan Haura. Namun, dia tak akan melakukan saat keduanya belum memiliki rasa cinta. Mereka akan berhubungan setelah keduanya jatuh cinta.

"Kau mampu membuat aku tertawa lepas begini, jangan pernah berubah. Aku yakin cinta ini akan tumbuh segera jika kamu tetap begini," gumam Kaisar dalam hatinya.

"Tidur saja, aku ngantuk ...!" seru Kaisar.

Setelah itu dia membenamkan kepalanya di dada Haura. Tak lama terdengar suara napas yang teratur, pertanda pria itu telah terlelap. Terlihat sekali wajahnya yang kelelahan. Haura pun ikut memejamkan matanya.

**

Pagi harinya Kaisar bangun, dan melihat Haura masih terlelap. Dia tersenyum melihat sang istri yang terlelap dengan tangan memeluk dirinya.

"Maaf, Haura. Mungkin cintaku belum tumbuh untukmu, tapi aku sayang kamu." Kaisar lalu mengecup dahi istrinya dengan lembut.

Dia bangun dan segera berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah mandi, pria itu melihat Haura yang telah bangun.

"Kamu mau mandi. Setelah sarapan kita akan kerumah Mama," ucap Kaisar.

"Ya, Om. Aku mandi dulu," jawab Haura.

Haura lalu bangun dan menjejakkan kakinya ke lantai, tapi dia merasakan sedikit nyeri sehingga meringis. Mendengar suara rintihan istrinya membuat Kaisar kuatir. Dia lalu berjalan mendekati.

"Kenapa ...? Sakit kakinya?" tanya Kaisar. Dia berlutut dihadapan gadis itu. Dan memijatnya pelan. Kembali terdengar ringisan dari bibir istrinya.

Tanpa banyak bicara, Kaisar menggendong Haura ke kamar mandi. Dia lalu menghidupkan shower.

"Bisa mandi sendiri atau mandinya nanti aja di rumah mama. Kamu bisa mandi dengan pakai kursi."

"Aku masih bisa berdiri, Om. Cuma agak nyeri. Tinggalkan aja aku sendiri!" pinta Haura.

"Hati-hati ...!" ucap Kaisar sebelum keluar.

Kaisar menunggu di dekat meja rias, karena dekat dari kamar mandi. Dia masih kuatir jika Haura terjatuh lagi. Dia merasa bersalah, semua karena dirinya yang kemarin bercanda hingga gadis itu jatuh.

Setengah jam kemudian pintu kamar mandi terbuka. Haura keluar dengan ragu, karena dia hanya menggunakan handuk. Bajunya lupa dibawa.

"Kamu bisa sendiri?" tanya Kaisar. Takut jika Haura tak mau dibantu.

"Bisa, Om." Haura menjawab pelan. Dalam hatinya berkata, ternyata suaminya itu sangat lembut dan perhatian. Jauh dari bayangannya. Semua prasangka buruknya karena mendengar ucapan William.

Setelah berpakaian, dan merias wajahnya dengan sapuan bedak tipis dan lipstik warna soft, gadis itu duduk di tepi ranjang menunggu suaminya yang sedang memesan makanan.

"Aku sudah memesan dua piring nasi goreng. Kita sarapan dulu baru cek out. Apa kamu tak keberatan kita sementara ini tinggal bareng mama?" tanya Kaisar.

"Kenapa aku harus keberatan? Oma sangat baik," jawab Haura.

"Kita juga akan seatap dengan William. Walau dia jarang menginap di sana, karena lebih sering tidur di apartemen," balas Kaisar.

"Aku tak keberatan. Asal Om juga tak keberatan. Aku juga akan jarang di rumah karena harus kerja, dan pulang sudah mau magrib. Paling bertemu saat makan malam saja!" seru Haura.

"Baiklah. Secepatnya aku akan membeli rumah. Aku ingin mencari rumah yang nyaman untuk ditempati."

Haura hanya mengangguk. Obrolan mereka terjeda karena ketukan pintu. Pelayan hotel mengantar sarapan pesanan suaminya.

Mereka berdua makan dengan lahap. Mungkin karena lapar, setelah pesta berakhir, mereka tak sempat makan malam.

Setelah makanannya habis, Kaisar mengambil tasnya. Lalu pria itu tampak meminum obat. Mata Haura menatap tak berkedip. Ingin bertanya lagi, tapi dia takut Kaisar tak menjawab serius seperti kemarin.

"Sebenarnya obat apa yang selalu di minum Om Kaisar?" tanya Haura dalam hatinya.

**

Kaisar dan Haura tiba di rumah Mama Kartini, dengan senyum yang lebar dan mata yang berbinar. Mereka berdua terlihat sangat bahagia dan harmonis, masih dalam euforia pernikahan mereka.

Mama Kartini, yang sudah menunggu mereka di depan pintu, langsung menyambut mereka dengan riang. "Selamat datang, anak-anakku!" Mama Kartini berkata, dengan suara yang riang dan gembira. "Mama sangat bahagia melihat kalian berdua sudah menjadi suami-istri!"

"Terima kasih untuk semuanya, Ma," ucap Kaisar. Dia merasa beruntung telah menikahi gadis itu. Jika awalnya dia menikahi karena terpaksa, saat ini bersyukur karena Mama Kartini yang merayunya untuk menerima pernikahan ini.

"Aku juga mau mengucapkan terima kasih atas semuanya, Ma." Haura ikut mengucapkan terima kasih seperti suaminya.

"Mama juga berterima kasih pada Haura, karena mau menerima putra mama ini," ucap Mama Kartini.

Kaisar dan Haura tersenyum dan memeluk Mama Kartini, berterima kasih atas sambutannya yang hangat. Mereka berdua kemudian memasuki rumah, dengan Mama Kartini yang membawa mereka ke ruang tamu.

Di ruang tamu ternyata telah duduk William dan kedua orang tuanya. Haura tampak sedikit gugup. Bukan karena ada William tapi lebih tepatnya takut di sindir lagi sama mereka.

Kaisar yang melihat perubahan di wajah sang istri, langsung meraih tangan Haura. Keduanya berjalan dengan menggandeng tangan.

Kedua pengantin baru itu duduk berdekatan dan saling merapatkan tubuhnya. Kembali Kaisar meraih tangan sang istri dan menggenggamnya. Mata William tampak sesekali mencuri pandang ke arah Haura.

"Kaisar, sebelum kita makan siang bareng, ada yang ingin mama sampaikan. Dan mama juga ingin kamu, Yusuf, dan Melli mendengarnya," ucap Mama Kartini membuka obrolan.

Semua yang ada di ruangan itu diam. Menunggu ucapan mama selanjutnya. Semua penasaran dengan apa yang akan di sampaikan wanita paruh baya itu.

"Karena Kaisar sudah berumah tangga, mama harap kamu lebih bertanggung jawab pada diri sendiri dan juga istrimu. Jadi mama memutuskan, perusahaan X kembali kamu yang pegang. Kamu yang memimpinnya lagi!" ucap Mama Kartini.

Ucapan Mama Kartini itu mampu membuat William dan kedua orang tuanya terkejut.

Terpopuler

Comments

Radya Arynda

Radya Arynda

alhamdulillah kaisar begitu sayang sama haura,,,semogah cepat bucin ya kalian ber dua,,,,,ber sama2 menghadapi para musuh2 dan manusia2 serakaha,,,semogah oma kartini selalu sayang sama haura selamanya,,,,,,dan buat mereka yang jahat menerima balasan yang setimpa...semangaaat kaisa haura💪💪💪💪💪💪💪

2025-02-11

5

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

Alhamdulillah..kaisar jg bu kartini sangat sayang sm haura,,smg rasa sayang mereka tdk berubah walau mungkin nanti banyak yg ga sula sm haura dan mulai menyudutkn haura,smg kaisar tetap jd garda trdepan buat haira

2025-02-11

0

mbok Darmi

mbok Darmi

akhirnya william jd ampas ngga dpt haura perusahaan pun diberikan ke kaisar rasain kamu tukang selingkuh, semoga kaisar ngga mikirin lg sang mantan dan saat ketemu lg mantan nya jgn sampai jd pelakor

2025-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bab Satu
3 Bab Dua
4 Bab Tiga
5 Bab Empat
6 Bab Lima
7 Bab Enam
8 Bab Tujuh
9 Bab Delapan
10 Bab Sembilan
11 Bab Sepuluh
12 Bab Sebelas
13 Bab Dua Belas
14 Bab Tiga Belas
15 Bab Empat Belas
16 Bab Lima Belas
17 Bab Enam Belas
18 Bab Tujuh Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Sembilan Belas
21 Bab Dua Puluh
22 Bab Dua Puluh Satu
23 Bab Dua Puluh Dua
24 Bab Dua Puluh Tiga
25 Bab Dua Puluh Empat
26 Bab Dua Puluh Lima
27 Bab Dua Puluh Enam
28 Bab Dua Puluh Tujuh
29 Bab Dua Puluh Delapan
30 Bab Dua Puluh Sembilan
31 Bab Tiga Puluh
32 Bab Tiga Puluh Satu
33 Bab Tiga Puluh Dua
34 Bab Tiga Puluh Tiga
35 Bab Tiga Puluh Empat
36 Bab Tiga Puluh Lima
37 Bab Tiga Puluh Enam
38 Bab Tiga Puluh Tujuh
39 Bab Tiga Puluh Delapan
40 Bab Tiga Puluh Sembilan
41 Bab Empat Puluh
42 Bab Empat Puluh Satu
43 Bab Empat Puluh Dua
44 Bab Empat Puluh Tiga
45 Bab Empat Puluh Empat
46 Bab Empat Puluh Lima
47 Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
48 Bab Empat Puluh Enam
49 Bab Empat Puluh Tujuh
50 Bab Empat Puluh Delapan
51 Bab Empat Puluh Sembilan
52 Bab Lima Puluh
53 Bab Lima Puluh Satu
54 Bab Lima Puluh Dua
55 Bab Lima Puluh Tiga
56 Bab Lima Puluh Empat
57 Bab Lima Puluh Lima
58 Bab Lima Puluh Enam
59 Bab Lima Puluh Tujuh
60 Bab Lima Puluh Delapan
61 Bab Lima Puluh Sembilan
62 Promo Novel
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Prolog
2
Bab Satu
3
Bab Dua
4
Bab Tiga
5
Bab Empat
6
Bab Lima
7
Bab Enam
8
Bab Tujuh
9
Bab Delapan
10
Bab Sembilan
11
Bab Sepuluh
12
Bab Sebelas
13
Bab Dua Belas
14
Bab Tiga Belas
15
Bab Empat Belas
16
Bab Lima Belas
17
Bab Enam Belas
18
Bab Tujuh Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Sembilan Belas
21
Bab Dua Puluh
22
Bab Dua Puluh Satu
23
Bab Dua Puluh Dua
24
Bab Dua Puluh Tiga
25
Bab Dua Puluh Empat
26
Bab Dua Puluh Lima
27
Bab Dua Puluh Enam
28
Bab Dua Puluh Tujuh
29
Bab Dua Puluh Delapan
30
Bab Dua Puluh Sembilan
31
Bab Tiga Puluh
32
Bab Tiga Puluh Satu
33
Bab Tiga Puluh Dua
34
Bab Tiga Puluh Tiga
35
Bab Tiga Puluh Empat
36
Bab Tiga Puluh Lima
37
Bab Tiga Puluh Enam
38
Bab Tiga Puluh Tujuh
39
Bab Tiga Puluh Delapan
40
Bab Tiga Puluh Sembilan
41
Bab Empat Puluh
42
Bab Empat Puluh Satu
43
Bab Empat Puluh Dua
44
Bab Empat Puluh Tiga
45
Bab Empat Puluh Empat
46
Bab Empat Puluh Lima
47
Pengantin Pengganti Tanpa Nasab
48
Bab Empat Puluh Enam
49
Bab Empat Puluh Tujuh
50
Bab Empat Puluh Delapan
51
Bab Empat Puluh Sembilan
52
Bab Lima Puluh
53
Bab Lima Puluh Satu
54
Bab Lima Puluh Dua
55
Bab Lima Puluh Tiga
56
Bab Lima Puluh Empat
57
Bab Lima Puluh Lima
58
Bab Lima Puluh Enam
59
Bab Lima Puluh Tujuh
60
Bab Lima Puluh Delapan
61
Bab Lima Puluh Sembilan
62
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!